PPDB di Lampung
73 SMP Swasta di Bandar Lampung Terancam Gulung Tikar, Tidak Kebagian Siswa Baru
Sebanyak 73 Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Bandar Lampung tidak kebagian siswa. Sekolah-sekolah tersebut pun terancam gulung tikar.
Penulis: Bayu Saputra | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sebanyak 73 Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Bandar Lampung tidak kebagian siswa pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ini.
Sekolah-sekolah tersebut pun terancam gulung tikar.
Penelusuran Tribunlampung.co.id, Kamis (16/7/2020), SMP-SMP swasta di Bandar Lampung ini hanya mendapatkan siswa kurang dari 20 orang.
Padahal, salah satu syarat untuk bertahan, SMP swasta minimal mendapatkan 60 siswa, sehingga bisa melaksanakan pembelanjaran dengan dua kelas.
SMP Swasta Dwi Warna di Kecamatan Panjang, Bandar Lampung, tidak mendapatkan satupun siswa tahun ini. Kondisi ini sudah terjadi sejak tahun lalu.
"Jika sampai tahun depan, sekolah kami tidak juga mendapatkan siswa, maka akan ditutup sekolahnya. Tahun lalu dapat siswa cuma 2, tapi langsung ditarik kembali oleh orangtuanya," jelas Kepala SMP Dwi Warna, Suhadi, Kamis (17/7/2020).
• Pengumuman PPDB 2020 Jenjang SMP Offline, Plt Kadisdik: Itu Wewenang Sekolah
• BREAKING NEWS Jenazah ABK yang Tewas di Kapal Berbendera China Siang Ini Tiba di Lampung
• 1 Pasien Positif Corona di Lamsel Terdeteksi saat Hendak Pulang ke Sumatera Barat
• KPK Periksa Bupati Lampung Selatan Nanang Ermanto di Mako Brimob Polda Lampung
Menurut Suhardi, ada 6 SMP negeri di daerah Panjang.
Sekolah-sekolah itu berdekatan dengan SMP Dwi Warna.
Saat ini, ia hanya berharap, pemerintah bisa membatasi penerimaan siswa melalui jalur afirmasi/biling SMP negeri.
Sehingga, sekolah swasta seperti di tempatnya, masih bisa kebagian siswa.
Menurutnya, sebelum ada biling, sekolah bisa mendapatkan 400 siswa.
Cuma 7 Siswa
Nasib tak kalah miris juga dialami SMP Maruja di Pinang Jaya, Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung.
Sekolah ini cuma mendapatkan 7 siswa saja pada PPDB tahun ini.
Kepala SMP Maruja, Eka Cindrawati, mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk mendapatkan siswa, mulai dari turun ke lapangan sebarkan brosur keliling serta menggratiskan SPP.
"Namun semua usaha itu tidak membuahkan hasil. Kita tetap saja tidak mendapat siswa," ujarnya lirih.
Ia mengaku, saat ini sekolah berusaha bertahan, namun tidak tahu tahun depan.
Ia pun hanya berharap, tahun depan bisa mendapatkan banyak siswa, sehingga bisa bertahan lebih lama.
Sama seperti yang dialami SMP Dwi Warna, SMP Maruja juga dikeliling banyak SMP negeri.
Sehingga, tidak ada orangtua yang mau memasukkan anaknya ke sekolah swasta.
"Saat ini siswa kelas 8 cuma 19 orang, dan kelas 9 tidak jauh berbeda. Guru ada 9 orang yang telah tersertifikasi ada 3 orang, sisanya honorer," jelas dia.
Tutup Sekolah
SMP Padjajaran, Jalan Arif Rahman Hakim, Bandar Lampung, juga mengalami hal serupa SMP Dwi Warna dan Maruja.
Tahun ini, SMP Padjajaran hanya mendapatkan 15 siswa saja.
Sementara kelas 8 ada 13 siswa dan kelas 9 ada 19 siswa. Karena itu, sekolah berencana tutup.
"Kita berencana komunikasi dengan guru untuk menutup sekolah yang dibangun sejak 1984 ini. Kita akan menggelar rapat dahulu. Saat ini guru PNS yang mengajar ada 4 orang, dan guru honor ada 9 orang," jelas Kepala SMP Padjajaran, A Zainuddin, kemarin.
Ia mengatakan, 15 siswa yang didapat tahun ini berasal dari sekitaran lingkungan sekolah.
Mereka sekolah tanpa dipungut biaya apapun.
Menjerit
Zainudin yang merupakan Ketua Forum Komunikasi Kepala Sekolah (FKKS) SMP se-Bandar Lampung mengatakan, ada 73 SMP swasta di Bandar Lampung yang menjerit tidak kebagian siswa baru tahun ini.
Berdasarkan data FKKS, tamatan SD dan MI di Kota Tapis Berseri cenderung menurun, dari 18 ribu lulusan menjadi 15 ribu lulusan.
Dari jumlah tersebut, hanya 3.300 siswa saja yang masuk ke 73 sekolah swasta yang ada. Sisanya, masuk ke SMP negeri.
"SMP negeri setiap tahun bertambah, saat ini ada 45 SMPN yang terdata. Hal itu semakin menggerus jumlah siswa yang didapat SMP swasta, sementara lulusan SD selalu menurun," beber Zainudin.
Sampai saat ini 73 SMP swasta tersebut dibawah standar untuk proses kegiatan belajar mengajar (KBM).
Menurutnya, jika tahun depan kondisi masih belum berubah, maka besar kemungkinan sekolah-sekolah swasta ini tutup alias gulung tikar.
"Berdasarkan ketentuannya memang dibawah 60 siswa (2 kelas) maka sekolah itu harus dimarger dengan sekolah lainnya," katanya.
Tetapi karena setiap sekolah swasta itu memiliki kebijakan berbeda dan pimpinan yayasannya juga berbeda, maka tidak mungkin bisa dimerger.
Sehingga pilihan menutup sekolah, adalah yang terbaik.
Sementara seorang siswa baru di SMP Padjajaran, M Triyasa, mengaku, memilih sekolah di sana karena dekat rumah dan gratis.
"Saya tidak daftar sekolah negeri, karena tidak ada zona SMP negeri yang deket dari lokasi rumah," kata dia.
Komentar Kadisdikbud
Plt Kadisdikbud Bandar Lampung, Sukarma Wijaya, mengatakan, saat ini pihaknya memang sedang melakukan penataan guru.
Jika nanti sekolah swasta tutup, maka guru-gurunya akan ditarik dan akan ditempatkan di sekolah negeri atau sekolah baru yang dibuat Pemkot Bandar Lampung.
"Masyarakat memang banyak yang meminta dihadirkannya sekolah negeri, sehingga Pemkot Bandar Lampung melakukan perluasan sarana dan prasarana," jelas dia.
Di sisi lain, terus dia, jumlah lulusan SD tidak meningkat.
Sementara banyak orangtua yang memilih mensekolahkan anaknya di SMP negeri.
Dampaknya, SMP swasta tidak kebagian siswa.(Tribunlampung.co.id/Bayu Saputra)