Cinta Segi Tiga Editor Metro TV Yodi Prabowo, Suci Fitri, dan L , 'Kamu Pilih Siapa, Aku atau Dia?'

Terkuak kisah lain terntang cinta segitiga antara Yodi Prabowo dengan pacarnya, Suci Fitri, dan perempuan lain berinisial L.

Editor: Andi Asmadi
Kolase Youtube Kompastv
Almarhum Yodi Prabowo editor Metro TV (tengah) dan pacarnya, Suci Fitri (kanan). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Yodi Prabowo, editor Metro TV, diduga kuat meninggal dunia akibat bunuh diri, sesuai rilis polisi pada Sabtu (25/7/2020).

Namun, terkuak kisah lain terntang cinta segi tiga antara Yodi Prabowo dengan pacarnya, Suci Fitri, dan perempuan lain berinisial L.

Yodi Prabowo, Suci Fitri, dan perempuan berinisial L lalu bertemu di sebuah kafe. Di situ, Yodi Prabowo diberi pertanyaan oleh Suci Fitri, "Kamu pilih siapa, aku atau dia?"

Turinah, ibu dari editor Metro TV Yodi Prabowo, mengungkapkan isi pertemuan antara Yodi dengan pacarnya dan perempuan lain sebelum ditemukan tewas pada Jumat, 10 Juli 2020.

Perempuan lain yang dimaksud itu merupakan teman Yodi Prabowo berinisial L. Dia disebut-sebut sebagai sosok pihak ketiga yang hadir dalam hubungan asmara Yodi dan pacarnya, Suci Fitri.

Polisi Ungkap Penyebab Yodi Prabowo Diduga Bunuh Diri, Ada Rekaman CCTV Korban Beli Pisau Sendiri

Pacar Masuk Kamar Yodi saat Tahlilan, Suci Tepergok Buka-buka Laptop Editor Metro TV

Ibunda Editor Metro TV Ungkap Alasan Tak Terima Yodi Prabowo Disebut Bunuh Diri

Ketakutan Pacar Yodi Prabowo Disorot, Suci Diduga Bohong soal Kematian Editor Metro TV

Turinah menyebutkan, sosok perempuan tersebut berinisial L. Hal itu diketahuinya berdasarkan penuturan pacar Yodi yang mengadu kepadanya.

Dari keterangan Turinah, didapati bahwa Yodi, Suci, dan L pernah bertemu di sebuah kafe dekat kantor Metro TV beberapa hari sebelum Yodi ditemukan tewas.

TONTON VIDEONYA:

Dalam pertemuan tersebut, Yodi diminta memilih L atau Suci untuk memperjelas hubungan asmara mereka.

“Saya tanya itu yang ajak ketemuan siapa? 'Aku, Bu', kata si Suci. Terus yang diomongin apa? 'Itu, Bu, ngenalin ke L kalau ini saya (Suci) pacarnya. Akhirnya ditanya pilih salah satu, kamu pilih siapa?' Nah, si Yodi pilihnya Suci karena sudah dipacarin lama kan,” kata Turinah.

Dihadapkan pada pilihan tersebut, menurut Turinah, Yodi akhirnya menjatuhkan pilihan kepada sang pacarnya Suci. Mendengar itu, L hanya bisa tertunduk ketika Yodi tak memilihnya.

Turinah mengaku selama ini tak mengenal perempuan berinisial L itu. Namun, L pernah memberikan kado ulang tahun kepada adik Yodi.

“Memang sih waktu adiknya (Yodi) ulang tahun, L kasih kado, adiknya kan kembar," kata Turinah.

"Katanya, dek, ini kado dari teman aku (kata Yodi). Dari siapa? Mbak L. Saya kira L sudah berkeluarga karena panggilnya Mbak. Ternyata katanya dekat sama si L."

Lebih lanjut, Turinah mengatakan, kalau L selama ini mengejar-ngejar Yodi dalam urusan asmara.

Dari informasi yang Turinah dapatkan, L berambisi untuk mendapatkan hati Yodi.
“Gue harus dapetin Yodi, gue harus dapetin Yodi, katanya begitu. Pacarnya (L) sampai diputusin,” ucap dia.

Jenazah Yodi ditemukan di pinggir Tol JORR Pesanggrahan, Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta, pada Jumat lalu pukul 11.30 WIB oleh tiga anak kecil yang bermain layangan.
Yodi diperkirakan tewas pada Rabu (8/7/2020) sekitar pukul 00.00-02.00 WIB.

Sebelumnya, Yodi terakhir terlihat di kantor Metro TV pada Selasa (7/7/2020) pukul 22.27 WIB.

Di tempat kejadian perkara, polisi menemukan dompet berisi KTP, NPWP, kartu ATM, sepeda motor Honda Beat warna putih bernomor B 6750 WHC, tiga STNK, uang Rp 40.000, helm, jaket, dan tas milik korban.

Polisi kemudian juga menemukan ponsel dan pisau dengan bercak darah yang sudah mengering.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat, bersama jajarannya memperlihatkan barang bukti kasus kematian Yodi Prabowo editor MetroTV dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (25/7/2020).
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat, bersama jajarannya memperlihatkan barang bukti kasus kematian Yodi Prabowo editor MetroTV dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (25/7/2020). (TRIBUNNEWS)

Memberi Jawaban yang Tepat Tentang Alasannya Kuliah, Cinta Laura Dapat Pujian dari Netizen

Rizky Billar Punya Panggilan Sayang untuk Lesti

Bantah Setingan, Amanda Manopo dan Billy Syahputra Makin Lengket Setelah Putus dengan Christ Laurent

Hasil Penyelidikan Polisi

Polisi menduga kuat kematian Yodi Prabowo, editor MetroTV, karena tindakan bunuh diri, bukan pembunuhan.

Polda Metro Jaya, Sabtu (25/7), membeberkan perjalanan polisi selama dua pekan mengungkap kasus yang menjadi sorotan publik tersebut. Penyelidikan yang sangat scientific.

Suwandi, ayah Yodi Prabowo editor Metro TV yang ditemukan tewas dengan luka tusukan di tubuhnya pada Jumat (10/7) lalu di pinggir jalan Tol JORR Pesanggrahan, Jakarta, tak percaya anaknya meninggal bunuh diri karena depresi.

Suwandi yakin bahwa anaknya tidak depresi, karena sikap dan perhatian Yodi kepada keluarga sangat besar.

Yodi sangat sayang terhadap adiknya yang sedang sakit, bahkan mengantar ibunya pergi mencari tukang pijat untuk sang adik.

"Kalau orang depresi menurut saya ya, awam, paling enggak dia tidak bisa kerja, tidak punya harapan. Dia ini punya," kata Suwandi.

Memang, sebelum polisi menggelar konferensi pers mengenai kasus kematian Yodi Prabowo, banyak dugaan yang muncul mengenai penyebab kematian.

Pada umumnya menduga Yodi dibunuh.

Saat ditemukan, di mayat Yodi terdapat luka tusukan senjata tajam sejenis pisau.

Motor dan barang berharga tak ada yang hilang, semua ada di lokasi penemuan mayat.

Kemudian, ada pengakuan dari pacar Yodi mengenai kehadiran orang ketiga yang membuat cerita semakin seru.

Lalu, keterangan saksi melihat dua orang berjalan meninggalkan lokasi pada malam hari sebelum penemuan mayat.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat, dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Sabtu, mengungkap kesimpulan yang benar-benar berbeda dari dugaan banyak orang.

Polisi sampai pada dugaan kuat Yodi Prabowo bunuh diri, diperoleh dari serangkaian penyelidikan yang cukup panjang dan komprehensif.

Kalau kita mendengarkan cerita dari Kombes Tubagus, prosesnya mirip kisah dalam film serial "Crime Scene Investigation atau CSI" yang sering diputar di TV berbayar.

Peran Laboratorium Forensik sangat besar dalam pengungkapan kasus ini. Bukti-bukti diproses secara ilmiah.

Penyelidikan merembet ke rumah sakit terkait penyakit yang diderita Yodi. Juga tes narkoba pada urine yang bersangkutan.

Bahkan, polisi juga melibatkan tim ahli dari psikologi forensik. Mirip cerita dalam film serial "Criminal Minds" yang juga ditayangkan oleh TV berbayar.

Dugaan bunuh diri Yodi dianalisa dari pendekatan psikologi forensik, termasuk motif dia bunuh diri.

Rangkaian penyelidikannya kira-kira begini.

Sebelum mayat Yodi ditemukan pada Jumat (10/7) pukul 11.30 WIB, motornya lebih dulu ditemukan tak jauh dari lokasi, yakni pada Rabu (8/7) dini hari pukul 02.00 WIB.

Motor utuh. Kunci masih menggantung. Barang-barang Yodi juga lengkap seperti dompet dan isinya. Ini menepis dugaan perampokan.

Dari TKP juga ditemukan sedikit cipratan darah di tembok. Ada pisau, baju, dan jaket Yodi. Ada pula rambut di sekitar mayat Yodi.

Dari sinilah lab forensik bekerja. Bercak arah di tembok ternyata darah Yodi sendiri.

Kemudian pada pisau yang ditemukan, dilakukan tes sidik jari. Tak ada sidik jari lain kecuali sidik jari Yodi.

Lalu rambut itu positif rambut Yodi juga.

Fakta lain adalah luka akibat senjata tajam di leher dengan kedalaman hanya sekitar 1,5 cm.

Luka tusuk, jika dilakukan dari depan oleh orang lain, akan memiliki kedalaman yang jauh lebih besar.

Pada Yodi, Luka yang mematikan adalah di leher dan satu di dada yang mengenai paru-paru.

Barang bukti pisau di lokasi saat ditemukan berada dalam genggaman Yodi. Sempat muncul dugaan macam-macam.

Namun, setelah memastikan sidik jari di pisau hanya milik Yodi, polisi lalu membuka kemungkinan lain, yakni bunuh diri tadi.

Maka, penyelidikan diperlebar, termasuk ke Ace Hardware di Rempoa, Tangerang Selatan.

Ditemukan fakta Yodi membeli pisau pada Selasa (7/7) siang hari sekitar pukul 14.00 WIB.

Polisi menemukan bukti rekaman CCTV saat Yodi membeli pisau. Baju yang dikenakan sama persis dengan baju yang dipakai saat ditemukan.

Fakta lain yang akhirnya semakin memperkuat dugaan Yodi bunuh diri adalah penyelidikan polisi terkait aktivitas Yodi sebelum ajal.

Transaksi keuangannya diperiksa.

Dari situ diketahui, beberapa hari sebelumnya, Yodi melakukan transaksi keuangan di RSCM.

Di sana, Yodi membayar biaya tes dan konsultasi di Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSCM. Ia disarankan dokter untuk menjalani tes HIV.

Di sinilah kemudian peran ahli psikolog forensik. Serangkaian fakta yang ada dianalisa kemudian disimpulkan bahwa Yodi mengalami depresi terkait dengan penyakit yang dideritanya.

Depresi itu yang menimbulkan dorongan untuk mengakhiri hidupnya.

Selesai? Belum. Polisi masih terus melanjutkan penyelidikan. Kali ini, urine Yodi diperiksa.

Hasilnya, Yodi positif menggunakan amphetamine atau dalam isitilah umum ekstasi.

Depresi yang melanda diduga mendorong Yodi untuk melarikan diri ke narkoba.

Dan, pengaruh narkoba itulah yang justru semakin mendorongnya untuk mengakhir hidup.

"Apa yang ada di pikiran pengguna narkoba tidak bisa dicerna dengan nalar orang normal. Itu ada dorongan negatif, ada halusinasi," kata Kombes Tubagus.( *)

Sumber: Kompas.com
Tags
Metro TV
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved