Kisah Polisi Ungkap Kematian Editor Metro TV Yodi Prabowo, Bagai Nonton Film CSI dan Criminal Minds

Polisi sampai pada dugaan kuat Yodi Prabowo bunuh diri, diperoleh dari serangkaian penyelidikan yang cukup panjang dan komprehensif.

Penulis: Andi Asmadi | Editor: Andi Asmadi
TRIBUNNEWS
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat, bersama jajarannya memperlihatkan barang bukti kasus kematian Yodi Prabowo editor Metro TV dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Sabtu (25/7/2020). 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Polisi menduga kuat kematian Yodi Prabowo, editor Metro TV, karena tindakan bunuh diri, bukan pembunuhan.

Polda Metro Jaya, Sabtu (25/7), membeberkan perjalanan polisi selama dua pekan mengungkap kasus yang menjadi sorotan publik tersebut. Penyelidikan yang sangat scientific.

Suwandi, ayah Yodi Prabowo editor Metro TV yang ditemukan tewas dengan luka tusukan di tubuhnya pada Jumat (10/7) lalu di pinggir jalan Tol JORR Pesanggrahan, Jakarta, tak percaya anaknya meninggal bunuh diri karena depresi.

Suwandi yakin bahwa anaknya tidak depresi, karena sikap dan perhatian Yodi kepada keluarga sangat besar.

Cinta Segi Tiga Editor Metro TV Yodi Prabowo, Suci Fitri, dan L , Kamu Pilih Siapa, Aku atau Dia?

Ibunda Editor Metro TV Ungkap Alasan Tak Terima Yodi Prabowo Disebut Bunuh Diri

Pacar Masuk Kamar Yodi saat Tahlilan, Suci Tepergok Buka-buka Laptop Editor Metro TV

Pengakuan Kekasih Yodi Prabowo Editor Metro TV Kepada Warga, Sebelum Olah TKP

Yodi sangat sayang terhadap adiknya yang sedang sakit, bahkan mengantar ibunya pergi mencari tukang pijat untuk sang adik.

Ilustrasi - Editor MetroTV ditemukan tewas - Polisi Lacak Pelaku Pembunuhan Editor Metro TV dari Barang-barang Bawaan Yodi Prabowo.
Ilustrasi - Editor Metro TV ditemukan tewas - Polisi Lacak Pelaku Pembunuhan Editor Metro TV dari Barang-barang Bawaan Yodi Prabowo. (Kolase Tribun Bogor/istimewa)

"Kalau orang depresi menurut saya ya, awam, paling enggak dia tidak bisa kerja, tidak punya harapan. Dia ini punya," kata Suwandi.

Memang, sebelum polisi menggelar konferensi pers mengenai kasus kematian Yodi Prabowo, banyak dugaan yang muncul mengenai penyebab kematian.

Pada umumnya menduga Yodi dibunuh.

Saat ditemukan, di mayat Yodi terdapat luka tusukan senjata tajam sejenis pisau.

Motor dan barang berharga tak ada yang hilang, semua ada di lokasi penemuan mayat.

Kemudian, ada pengakuan dari pacar Yodi mengenai kehadiran orang ketiga yang membuat cerita semakin seru.

Lalu, keterangan saksi melihat dua orang berjalan meninggalkan lokasi pada malam hari sebelum penemuan mayat.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat, dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Sabtu, mengungkap kesimpulan yang benar-benar berbeda dari dugaan banyak orang.

Tim Identifikasi Polres Metro Jakarta Selatan olah TKP penemuan mayat editor Metro TV Yodi Prabowo
Tim Identifikasi Polres Metro Jakarta Selatan olah TKP penemuan mayat editor Metro TV Yodi Prabowo (Tribun Jakarta/Annas Furqon Hakim)

Polisi sampai pada dugaan kuat Yodi Prabowo bunuh diri, diperoleh dari serangkaian penyelidikan yang cukup panjang dan komprehensif.

Kalau kita mendengarkan cerita dari Kombes Tubagus, prosesnya mirip kisah dalam film serial "Crime Scene Investigation atau CSI" yang sering diputar di TV berbayar.

Peran Laboratorium Forensik sangat besar dalam pengungkapan kasus ini. Bukti-bukti diproses secara ilmiah.

Penyelidikan merembet ke rumah sakit terkait penyakit yang diderita Yodi. Juga tes narkoba pada urine yang bersangkutan.

Bahkan, polisi juga melibatkan tim ahli dari psikologi forensik. Mirip cerita dalam film serial "Criminal Minds" yang juga ditayangkan oleh TV berbayar.

Dugaan bunuh diri Yodi dianalisa dari pendekatan psikologi forensik, termasuk motif dia bunuh diri.

Sudah Punya 4 Anak, Stefan William Beri Kode pada Celine Evangelista

Memberi Jawaban yang Tepat Tentang Alasannya Kuliah, Cinta Laura Dapat Pujian dari Netizen

Rizky Billar Punya Panggilan Sayang untuk Lesti

Bantah Setingan, Amanda Manopo dan Billy Syahputra Makin Lengket Setelah Putus dengan Christ Laurent

Rangkaian penyelidikannya kira-kira begini.

Sebelum mayat Yodi ditemukan pada Jumat (10/7) pukul 11.30 WIB, motornya lebih dulu ditemukan tak jauh dari lokasi, yakni pada Rabu (8/7) dini hari pukul 02.00 WIB.

Motor utuh. Kunci masih menggantung. Barang-barang Yodi juga lengkap seperti dompet dan isinya. Ini menepis dugaan perampokan.

Dari TKP juga ditemukan sedikit cipratan darah di tembok. Ada pisau, baju, dan jaket Yodi. Ada pula rambut di sekitar mayat Yodi.

Dari sinilah lab forensik bekerja. Bercak arah di tembok ternyata darah Yodi sendiri.

Kemudian pada pisau yang ditemukan, dilakukan tes sidik jari. Tak ada sidik jari lain kecuali sidik jari Yodi.

Lalu rambut itu positif rambut Yodi juga.

Fakta lain adalah luka akibat senjata tajam di leher dengan kedalaman hanya sekitar 1,5 cm.

Luka tusuk, jika dilakukan dari depan oleh orang lain, akan memiliki kedalaman yang jauh lebih besar.

Pada Yodi, Luka yang mematikan adalah di leher dan satu di dada yang mengenai paru-paru.

Barang bukti pisau di lokasi saat ditemukan berada dalam genggaman Yodi. Sempat muncul dugaan macam-macam.

Namun, setelah memastikan sidik jari di pisau hanya milik Yodi, polisi lalu membuka kemungkinan lain, yakni bunuh diri tadi.

Maka, penyelidikan diperlebar, termasuk ke Ace Hardware di Rempoa, Tangerang Selatan.

Ditemukan fakta Yodi membeli pisau pada Selasa (7/7) siang hari sekitar pukul 14.00 WIB.

Polisi menemukan bukti rekaman CCTV saat Yodi membeli pisau. Baju yang dikenakan sama persis dengan baju yang dipakai saat ditemukan.

Fakta lain yang akhirnya semakin memperkuat dugaan Yodi bunuh diri adalah penyelidikan polisi terkait aktivitas Yodi sebelum ajal.

Transaksi keuangannya diperiksa.

Dari situ diketahui, beberapa hari sebelumnya, Yodi melakukan transaksi keuangan di RSCM.

Di sana, Yodi membayar biaya tes dan konsultasi di Poli Penyakit Kulit dan Kelamin RSCM. Ia disarankan dokter untuk menjalani tes HIV.

Di sinilah kemudian peran ahli psikolog forensik. Serangkaian fakta yang ada dianalisa kemudian disimpulkan bahwa Yodi mengalami depresi terkait dengan penyakit yang dideritanya.

Depresi itu yang menimbulkan dorongan untuk mengakhiri hidupnya.

Selesai? Belum. Polisi masih terus melanjutkan penyelidikan. Kali ini, urine Yodi diperiksa.

Hasilnya, Yodi positif menggunakan amphetamine atau dalam isitilah umum ekstasi.

Depresi yang melanda diduga mendorong Yodi untuk melarikan diri ke narkoba.

Dan, pengaruh narkoba itulah yang justru semakin mendorongnya untuk mengakhir hidup.

"Apa yang ada di pikiran pengguna narkoba tidak bisa dicerna dengan nalar orang normal. Itu ada dorongan negatif, ada halusinasi," kata Kombes Tubagus.( *)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved