Berita Nasional

Sepak Terjang Djoko Tjandra, Pedagang Toko Grosir hingga Jadi Bos 41 Perusahaan

Di Jakarta, Djoko mengawali karier dengan membuka perusahaan kontraktor bernama PT Bersama Mulia.

kompas.com
Djoko Tjandra. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Nama Djoko Soegiarto Tjandra mendadak menjadi buah bibir setelah muncul di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 8 Juni 2020.

Saat itu, ia mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) kasusnya.

Sejak kemunculan yang tiba-tiba itu, namanya kian santer terdengar.

Bukan hanya tiba-tiba muncul, ia juga sempat menggemparkan publik dengan ulahnya yang lain.

Djoko Tjandra mulanya dikenal sebagai pebisnis.

TONTON JUGA:

Saat berusia 17 tahun, ia merantau ke Irian Jaya (sekarang Provinsi Papua).

Pada 1968, ia membuka toko grosir bernama Toko Sama-Sama di ibu kota provinsi tersebut, Jayapura.

Kemudian pada 1972, ia membuka toko bernama Papindo di Papua Nugini.

Alasan Brigjen Prasetijo dan Djoko Tjandra Tak Satu Sel

Kapolri Jenderal Idham Azis: Djoko Tjandra Licik dan Pandai

Curhat Guru kepada Mendikbud Nadiem: HP Sering Hang, Kerja 24 Jam

Pengacara Aniaya Istri dan Kejar Anaknya hingga Lari Ketakutan, Videonya Viral

Usaha pria kelahiran Sanggau, Kalimantan Barat, 27 Agustus 1951, ini semakin berkembang.

Ia lalu membuka bisnis distribusi di Melbourne, Australia, pada 1974.

Di Jakarta, Djoko mengawali karier dengan membuka perusahaan kontraktor bernama PT Bersama Mulia.

Tiga tahun berselang, ia menjadi ahli untuk PT Jaya Supplies Indonesia.

Djoko kemudian memperoleh banyak proyek dari negara seperti Pertamina, PLN, dan Kementerian Perindustrian.

Buronan Djoko Tjandra saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma
Buronan Djoko Tjandra saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma (Tribunnews.com/Igman Ibrahim)

Pada 1979-1981, Djoko mengembangkan pembangkit listrik Belawan di Sumatera Utara.

Ia juga memperluas kilang minyak di Balikpapan, juga mengembangkan sebuah kilang minyak di Cilacap dan pupuk di Bontang, Kalimantan Timur.

Tidak hanya di sektor energi, Djoko melebarkan sayap bisnis ke sektor properti dengan mengembangkan blok kantor.

Proyek-proyek yang pernah ditanganinya antara lain pembangunan gedung Lippo Life, Kuningan Plaza, dan BCA Plaza.

Ia juga terlibat dalam pengembangan Mal Taman Anggrek.

Djoko disebut sebagai tokoh utama PT Mulialand yang didirikan awal 1970-an oleh ayah Djoko Tjandra, Tjandra Kusuma (Tjan Boen Hwa).

Bisnis keluarga ini kemudian dijalankan bersama oleh saudara-saudaranya, Eka Tjandranegara, Gunawan Tjandra, dan Djoko Tjandra sendiri.

Mulialand terlibat dalam pengerjaan konstruksi dan properti mewah seperti Hotel Mulia Senayan, Wisma Mulia, Menara Mulia, dan Wisma GKBI.

Kemudian Menara Mulia Plaza 89, Plaza Kuningan, dan Apartemen Taman Anggrek.

Tidak berhenti di situ, pada 5 November 1986, mereka mendirikan PT Mulia Industrindo, perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur kaca dan keramik.

Pada 1998, aset perusahaan-perusahaan Djoko Tjandra mencapai Rp 11,5 triliun dengan menaungi 41 anak perusahaan di dalam dan luar negeri.

Selain itu, mereka merambah bisnis di Malaysia dengan memiliki gedung Exhange 106 di kawasan Tun Razak Exchange, Kuala Lumpur. (tribun network/igm/dod)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved