Harga Singkong Anjlok di Lamteng
VIDEO Petani Singkong di Lamteng Menjerit, Harga Anjlok hingga Rp 950 per Kg
Para petani singkong di sejumlah kecamatan di Lampung Tengah kembali menjerit.
Penulis: Wahyu Iskandar | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, ANAK TUHA - Para petani singkong di sejumlah kecamatan di Lampung Tengah kembali menjerit.
Pasalnya, harga komoditi tersebut di tingkat pengepul kembali mengalami turun harga.
Jika sebelumya harga singkong mencapai Rp 1.100 per kilogram, saat ini turun menjadi Rp 950 per kilogram.
Selain dianggap tidak sesuai dengan produksi tanam, penurunan harga tersebut juga dianggap membuat petani merugi besar.
Budi, salah seorang petani singkong di Kecamatan Anak Tuha mengungkapkan, turunnya harga singkong membuat mereka tak bisa berpikir panjang untuk produksi tanam selanjutnya.
• VIDEO Penemuan Singkong Sepanjang 2 Meter Bikin Heboh Warga, Terungkap Fakta di Baliknya
• Artis Raffi Ahmad Simpan Uang Receh di Dompet Seharga Puluhan Juta Rupiah, Nagita Slavina Malu
• Artis Jessica Iskandar Tulis I Miss You Richard di Instastory, Mengaku Cuma Bucin
• Artis Baim Wong Kaget Didatangi Ibu-ibu Minta Uang Rp 10 Juta, Alasannya Mencurigakan
"Karena apa, penurunan juga diikuti dengan besarnya potongan (nilai berat singkong) yang diberikan pabrik. Jadi kami tidak dapat apa-apa dari harga tersebut," ungkap Budi, Rabu (5/8/2020).
Tonton video beritanya di bawah ini.
Pernyataan tak jauh berbeda disampaikan Yusup petani singkong lainnya di Kecamatan Gunung Sugih.
Harga singkong yang kembali anjlok membuat mereka tak bisa lagi produksi untuk masa tanam selanjutnya.
"Modal (untuk tanam) saja kalau dengan harga segitu tidak cukup. Jadi kami hanya berharap pemerintah daerah ikut menyikapi kondisi ini, karena Lamteng kan penyuplai singkong tertinggi di Provinsi Lampung," harapnya.
Anak Petani Singkong Lulusan Terbaik
Berita lainnya, Ahmad Subarkah menjadi lulusan terbaik UIN Raden Intan Lampung dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95, Selasa (30/7/2019) kemarin.
Tak mudah ia meraih prestasi tersebut.
Ahmad harus berjuang membagi waktu dan tenaga antara kuliah dan bekerja.
Sebab, ia mengajar di SD IT di Lampung Selatan guna memenuhi kebutuhan hidupnya.