Berita Luar Negeri
Tak Terima Dikalahkah Perempuan saat Main Game, Bocah SD Bunuh Temannya
Seorang bocah perempuan di India dibunuh temannya saat sedang main game bersama.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID -- Seorang bocah perempuan di India dibunuh temannya saat sedang main game bersama.
Pelaku pembunuhan adalah seorang bocah laki-laki yang sering main bersama dengan korban.
Meski demikian, pihak keluarga korban tak percaya dengan pengakuan pelaku dan meminta polisi menyelidiki adanya dugaan keterlibatan orang dewasa.
Entah apa yang ada dipikiran seorang bocah hingga tega menghabisi nyawa temannya sendiri.
Penyebabnya diduga karena hal sepele, lantaran pelaku kalah main game dengan bocah peremuan teman bermainnya.
Pelaku yang usianya setara dengan anak SD ini membunuh teman yang menemaninya bermain setiap hari.
• Kabar Menyedihkan Artis Epy Kusnandar Preman Pensiun, Alami Kebutaan Akibat Stroke
• VIDEO Detik-detik Kecelakaan Beruntun di Tol Boyolali, 2 Orang Meninggal Dunia
Berdasarkan pengakuan pelaku, ia nekat membunuh teman bermainnya itu karena tidak terima kalah main game.

Tak hanya itu, pekaku juga diduga kesal karena tikus putih peliharaannya dibunuh korban.
Peristiwa mengerikan ini terjadi di kota Indore Madhya Pradesh, India, Senin (7/9/2020).
Bocah perempuan itu ditemukan sudah menjadi mayat oleh orangtuanya sendiri.
“Sesuai penyelidikan awal, korban keluar dari flatnya untuk mengambil bunga di dekat situ sore ini.
Ketika dia tidak kembali, ayahnya keluar dan melihat jasad putrinya.
"Kepalanya pecah, ” kata Wakil Inspektur Jenderal (DIG) Kepolisian Indore, Harinarayanchari Mishra seperti dilansir Hindustan Times.
Polisi Periksa CCTV
Aparat kepolisian setempat melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebab kematian sang gadis kecil tersebut.
Polisi pun memeriksa rekaman CCTV disekitar lokasi kejadian.
Polisi juga mencari keterangan sejumlah saksi hingga akhirnya diketahui siapa yang telah membunuh korban.
“Bocah itu ditahan setelah polisi memeriksa beberapa anak di daerah itu dan memeriksa rekaman CCTV apartemen itu.
Gadis itu terakhir kali terlihat bersamanya.
Seorang bocah laki-laki lain mengaku melihat pelaku dengan noda darah di tangan dan pakaiannya.
Saat diinterogasi, pelaku mengaku melakukan kejahatan, ” kata Mishra.
Pengakuan Pelaku
Bocah kecil yang membunuh teman bermainnya memberikan pengakuan kepada polisi.
“Bocah laki-laki itu mengaku pada polisi bahwa korban adalah temannya, tetapi sering membuatnya marah.
Korban mengalahkannya bermain game di ponsel mereka dan permainan lainnya.
Beberapa hari yang lalu, korban membunuh tikus putih peliharaan pelaku.
Ini membuatnya marah dan dia membunuh gadis itu untuk membalas dendam padanya, ” tambah Mishra.
Keluarga Tak Percaya
Kakak perempuan korban mengaku tak percaya jika bocah kecil itu membunuh adiknya seorang diri.
Pihak keluarga menduga ada orang dewasa yang membantu bocah kecil itu untuk membunuh korban.
“Kami tidak percaya bahwa bocah laki-laki itu membunuh adik perempuan saya karena masalah sepele seperti kekalahan dalam permainan dan pembunuhan tikus peliharaan.
Polisi harus menyelidiki pembunuhan itu dengan serius karena mungkin ada keterlibatan orang dewasa juga dalam kejahatan itu," kata kakak korban.
Respon Psikolog
Dr Vinay Mishra, seorang psikolog yang tinggal di Bhopal, mengatakan kekalahan dalam permainan atau pembunuhan tikus peliharaan mungkin bukan alasan yang signifikan untuk memprovokasi anak itu.
Menurutnya, sang anak tersbeut seperti itu menderita kelainan perilaku.
Diantaranya perilaku aneh pada usia dini sambil memperoleh kesenangan dari menyakiti hewan dan membakar berbagai hal.
"Mereka memiliki keinginan kuat untuk menghancurkan banyak hal.
Biasanya, mereka miskin dalam studi dan itu bukan karena kecerdasan (IQ) mereka yang rendah.
Mereka tidak suka disiplin di sekolah," tuturnya.
Dia menambahkan, hati nurani yang memberi tahu kita apa yang benar dan salah, tidak sepenuhnya berkembang pada anak-anak seperti itu.
Bahkan setelah menghancurkan benda-benda, menyakiti hewan, dan melakukan kegiatan yang melanggar hukum, mereka tidak menyesalinya.
"Mereka tidak merasa bahwa mereka telah melakukan kesalahan," tutupnya.