Tribun TV
Perilaku Seksual Menyimpang Sesama Jenis 9 Kali Lebih Berisiko Terjangkit Virus HIV
Hubungan perilaku seksual menyimpang sesama jenis, memiliki resiko sembilan kali lipat lebih tinggi terjangkit virus HIV.
Penulis: Tama Yudha Wiguna | Editor: Heribertus Sulis
Laporan Reporter Tribunlampung.co.id Tama Yudha Wiguna.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID BANDAR LAMPUNG – Hubungan perilaku seksual menyimpang sesama jenis memiliki resiko sembilan kali lipat lebih tinggi terjangkit virus HIV.
dr. Dina Fatmasari mengatakan, pelaku hubungan seks sesama jenis beresiko mengidam penyakit infeksi menular seksual berkali-kali lebih tinggi.
“Hampir semua infeksi seksual bisa ditularkan melalui praktek seks yang menyimpang,” kata dr. Dina Fatmasari, Sp. DV, dalam acara Ngode (Ngobrol Sex Education) yang disiarkan Tribun TV Lampung, Jumat (11/9/2020).
“Di mana, hubungan seks sesama jenis resiko infeksi seksualnya akan meningkat 19 kali lebih tinggi dan 9 kali lipat kemungkinan akan terjangkitnya virus HIV,” sambungnya.
Lebih lanjut, Dokter RS DKT Bandar Lampung tersebut menjelaskan, perilaku seksual menyimpang merupakan semua bentuk tindakan aktivitas seksual, yang dilakukan dengan cara tidak wajar atau umum.
“Hal itu mereka lakukan demi mencapai suatu kenikmatan dalam hubungan seks, tetapi dengan cara yang tidak wajar. Seperti, hubungan seks sesama jenis ataupun melakukan masturbasi akibat melihat benda-benda tertentu,” jelas dr. Dina Fatmasari.
“Contoh lainnya, adanya tindakan-tindakan kekerasan saat berhubungan seks. Intinya secara garis besar yaitu, hubungan seks yang tidak wajar dan diluar jalur umumnya,” lanjutnya.
dr. Dina Fatmasari juga menuturkan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) termasuk dalam perilaku hubungan seksual yang menyimpang.
“Umumnya perilaku seks mereka (LGBT) ada yang menggunakan sex toys (alat permainan seks), meraba-raba atau digesek saja, dijilat pada anggota tubung vital hingga menimbulkan ransangan, atau adanya hubungan dari anus ke kelamin,” tuturnya.
dr. Dina Fatmasari mengungkapkan, umumnya infeksi menular seksual terjadi karena adanya luka, akibat kegiatan seks diluar nalar.
“Seperti kelamin yang dimasukan ke dalam dubur, sebab fungsi dubur sendiri sebagai saluran pencernaan dan bukan untuk berhubungan seks,” ungkap dr. Dina Fatmasari.
“Contoh lain, seperti aktivitas orak seks. Jika menimbulkan luka, maka bukan tidak mungkin bakal ada infeksi yang akan terjadi,” tandasnya.
(Tribunlampung.co.id/Tama Yudha Wiguna)