Tribun Bandar Lampung
Kisah Relawan Rumah Singgah di Lampung, Rela Rogoh Kocek Pribadi untuk Bantu Sesama
Udin tidak menyangka, menjadi relawan yang awalnya karena ingin membalas budi, berubah menjadi kebahagiaan yang sulit digambarkan.
Penulis: Jelita Dini Kinanti | Editor: Reny Fitriani
Selain memberikan pandampingan pasien, Udin juga membantu mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari yang tinggal di rumah singgah.
Untuk memenuhinya Udin dan relawan rumah singgah lain menggunakan uang dari para donatur.
Tapi tak jarang, Udin dan relawan lain mengeluarkan uang dari kantong pribadi mereka.
Relawan Rumah Singgah Peduli Indonesia Cabang Lampung lain Indah Fitriana mengatakan, sudah menjadi relawan sejak tahun 2017.
Keputusan wanita berusia 24 tahun itu menjadi relawan karena ingin membantu sesama yang membutuhkan.
"Alhamdulillah saya diberi Allah fisik sehat, pekerjaan, dan penghasilan. Saya merasa sangat beruntung, dan saya putuskan saya ingin membantu orang lain yang belum seberuntung saya," kata warga Gunung Terang itu.
Bentuk bantuan yang diberikan Indah sama dengan Udin, yakni melakukan survei pasien yang hendak diberikan pendampingan ke rumah sakit.
Kemudian memberikan pendampingan ke rumah sakit.
Ia mengaku ada kebahagiaan tak terukir kala bisa membantu orang lain.
Sama seperti Udin, Indah juga kerap merogoh kocek pribadi untuk membantu sesama.
"Alhamdulilah uang saya peroleh dari pekerjaan saya di sebuah tempat pengeringan jagung di Lampung Selatan, walaupun tidak banyak," kata wanita berhijab itu.
Relawan Rumah Singgah Sedekah Rombongan Safri Yulian mengatakan, sudah menjadi relawan sejak tahun 4 tahun lalu.
Alasan pegawai PT Kereta Api Indonesia menjadi relawan karena ingin membantu sesama yang membutuhkan.
Selain itu Safri dan relawan lain juga sering memberikan santunan bagi pasien, jika membutuhkannya.
Ada santunan diberikan sekali dan ada yang diberikan rutin setiap bulan.
Santunan itu ada yang menggunakan uang donatur dan ada uang pribadi. (Tribunlampung.co.id/jelita dini kinanti)