Tribun Bandar Lampung

TPA Bakung Bandar Lampung, Mampu Tampung Sampah hingga 10 Tahun, Sehari 800 Ton Sampah Masuk

Menurut Sahriwansyah, dengan kapasitas yang masih ada, TPA Bakung, Bandar Lampung mampu menampung sampah hingga 10 tahun lagi.

Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa
Kondisi di TPA Bakung, Bandar Lampung. Dalam sehari, TPA Bakung menampung 800 ton sampah. Dengan lahan seluas 14,3 hektare, TPA Bakung diperkirakan mampu menampung sampah hingga 10 tahun ke depan. TPA Bakung Bandar Lampung, Mampu Tampung Sampah hingga 10 Tahun, Sehari 800 Ton Sampah Masuk. (Tribunlampung.co.id/Hanif Mustafa) 

Laporan Reporter Tribunlampung.co.id V Soma Ferrer

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Seluas delapan dari total 14,3 hektare (ha) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bakung telah terisi sampah.

"Yang sudah terisi seluas 8 hektare, di mana total lahan TPA Bakung seluas 14,3 hektare," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandar Lampung Sahriwansyah, Jumat (16/10/2020).

Menurut Sahriwansyah, dengan kapasitas yang masih ada, TPA Bakung, Bandar Lampung mampu menampung sampah hingga 10 tahun lagi.

"Ini kan tampak penuh dari depan saja, kalau mau disusuri ke belakang itu masih banyak lahan tersedia," terang Sahriwansyah.

Saat ditanya tentang bobot sampah, ia mengatakan pihaknya menampung sebesar 800 ton sampah setiap harinya.

Baca juga: 8 dari Total 14,3 Hektare TPA Bakung Sudah Terisi Sampah, DLH: Masih Banyak Lahan Tersedia

Baca juga: Eks Kabid Humas Jabat Kasatpol PP, Gubernur Arinal Djunaidi Lantik 14 Pejabat Eselon II

"Sehari setidaknya 800 ton sampah masuk ke TPA Bakung," kata Sahriwansyah.

"Sampah tersebut terkumpul baik dari jalan protokol, jalan lingkungan, dan sampah-sampah rumah tangga," tandas Sahriwansyah.

Karena itu, DLH Kota Bandar Lampung akan memaksimalkan pengelolaan sampah di TPA Bakung bersama pihak ketiga.

Sahriwansyah mengatakan saat ini pihaknya tengah mengupayakan adanya jalinan kerja sama dengan salah satu perseroan terbatas.

"Dalam pengelolaan sampah kita tengah menjalin komunikasi dengan PT WIKA (Wijaya Karya). Wacananya sampah akan dikelola menjadi sumber energi," kata Sahriwansyah tanpa merinci energi yang dimaksud seperti apa.

Dengan adanya kerja sama tersebut, ia berharap sampah dengan bobot penambahan 800 ton per harinya itu bisa terkendali.

"Kita juga berharap dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD) tentunya," kata Sahriwansyah.

Sebelumnya, DLH Kota Bandar Lampung menyatakan proses pengelolaan sampah di Kota Tapis Berseri tetap optimal.

Di mana petugas kebersihan terus melakukan pengangkutan setiap hari.

"Sejatinya, DLH tetap hadir sesuai tupoksinya pada pengelolaan sampah dengan melakukan pengangkutan sampah dari hulu sampai ke hilir setiap hari," ucap Sahriwansyah.

Menurut Sahriwansyah, terdapat ratusan armada pengangkut yang beroperasi setiap hari untuk mengangkut ratusan ton sampah di Bandar Lampung.

"Kita memiliki 89 unit dump truck dan 38 unit truk amrol sebagai pengangkut sampah utama," kata Sahriwansyah.

"Terdapat pula 35 mobil pikap, dan 38 motor roda tiga yang menyisir sampah-sampah baru di lingkungan dan seluruh kediaman warga Kota Bandar Lampung," lanjut Sahriwansyah.

Selain didukung ratusan armada, ia juga memastikan seluruh petugas kebersihan di bawah struktural DLH Kota Bandar Lampung selalu melaksanakan tugasnya sesuai dengan koridor.

Untuk itu, ia meminta agar masyarakat tetap percaya akan proses pengelolaan sampah di Kota Tapis Berseri.

"Informasi yang benar adalah informasi dari kami, karena kami menggunakan data. Jika ada berita yang lain, ini bisa digunakan untuk sarana meluruskan. Sehingga tidak terjadi simpang siur di masyarakat," kata Sahriwansyah.

Pesisir Pantai Penuh Sampah

Meski Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandar Lampung Sahriwansyah menyatakan memiliki banyak armada untuk mengangkut sampah, namun tampaknya tidak demikian dengan sampah yang berada di sejumlah pesisir pantai Kota Bandar Lampung.

Misalnya di Kampung Baru III, Kelurahan Panjang Utara, Kecamatan Panjang yang kerap dipenuhi sampah.

Tumpukan didominasi kain bekas dan sampah rumah tangga berserakan hingga 200 meter panjangnya.

Sampah itu juga nampak menumpuk hingga menutupi bebatuan yang ada.

Kondisi demikian sangat memprihatinkan, mengingat kawasan tersebut merupakan daerah padat penduduk.

Salah seorang nelayan yang enggan disebutkan namanya mengaku, keberadaan tumpukan sampah yang tersebut sangat mustahil dihilangkan.

"Bisa dibilang keberadaan sampah di sini abadi. Sangat sulit hilang," ujar pria paruh baya itu, awal pekan lalu.

Dijelaskannya, bukan tak pernah dirinya dan warga sekitar bergotong-royong membersihkan sampah yang ada.

Namun, sampah dari tempat lain secara kontinu kembali lagi bersamaan dengan gelombang laut.

"Sudah pernah dibersihkan, tapi datang lagi bersama ombak. Ada yang terbawa sungai dan ada juga yang dari laut," sebutnya.

"Padahal, hampir tidak ada warga sekitar yang membuang sampah di sini. Kebanyakan dari laut. Apalagi bentuk pesisir yang berbentuk huruf U, jadi terbawa semua ke sini," sambungnya.

Untuk opsional dilakukan pembakaran, dirinya menegaskan, lokasi tumpukan sampah yang berhimpitan dengan Pertamina, membuat warga sekitar pasrah dengan penguraian alam.

(Tribunlampung.co.id/V Soma Ferrer)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved