Tulangbawang
Vertigo Tak Kunjung Sembuh, Warga Tulangbawang Tewas Tergantung di Pohon Cokelat
Korban ditemukan dalam posisi tergantung dengan leher terlilit tali, Rabu (27/1/2021) pukul 20.39 WIB.
Penulis: Endra Zulkarnain | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, TULANGBAWANG - Warga Kecamatan Gedung Aji Baru, Tulangbawang, digegerkan dengan tewasnya Sk (50).
Korban ditemukan tak bernyawa tergantung di pohon cokelat yang ada di belakang rumahnya.
Korban ditemukan dalam posisi tergantung dengan leher terlilit tali, Rabu (27/1/2021) pukul 20.39 WIB.
Kapolsek Penawar Tama AKP Heru Prasongko menjelaskan, merujuk keterangan Po (43), istri korban, Sk pergi dari rumah tanpa sepengetahuan istrinya, Rabu sekitar pukul 03.00 WIB.
"Istri korban baru bangun pukul 04.00 WIB pagi, dan melihat korban sudah tidak ada lagi di kamar serta posisi pintu dapur telah terbuka," ungkap AKP Heru Prasongko, mewakili Kapolres Tulangbawang AKBP Andy Siswantoro, Kamis (28/1/2021).
• Psikolog Beberkan Dugaan Penyebab Mahasiswi Itera Bunuh Diri
• Diduga Depresi, Kakek 76 Tahun di Pringsewu Tewas Gantung Diri di Pohon Mangga
Istrinya menunggu sampai siang, namun korban tidak kunjung pulang.
Sekitra pukul 14.00 WIB, Po melapor kepada Hermanto (31), ketua rukun kampung (RK) setempat.
Lalu Hermanto bersama warga lainnya berupaya mencari korban hingga sore hari.
"Tapi sampai sore, korban belum juga ditemukan," papar Kapolsek.
Selepas Magrib, warga kembali melakukan pencarian.
Hingga akhirnya seorang warga bernama Dedek Sulaiman (37) berhasil menemukan korban dalam kondisi tak bernyawa dengan posisi tergantung di pohon cokelat belakang rumahnya, sekira pukul 20.39 WIB.
"Hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas medis, tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. Penyebab korban meninggal adalah murni karena bunuh diri," jelas mantan Kasubbag Humas Polres Lamtim ini.
Hasil olah TKP dan pemeriksaan para saksi, korban nekat mengakhiri hidupnya karena sering sakit kepala (vertigo) yang tak kunjung sembuh.
Korban juga diketahui sering menyendiri.
Pihak keluarga telah membuat surat pernyataan menolak autopsi.
Mereka menerima peristiwa ini sebagai sebuah musibah. (Tribunlampung.co.id/Endra Zulkarnain)