Lampung Tengah

Meteor Jatuh di Lampung Tengah, Ada Kilatan Cahaya di Langit dan Dentuman Mirip Ban Pecah

Dentuman keras yang didengar warga Tanggamus seperti ban pecah. Warga Lampung Tengah bahkan menyaksikan ada kilatan cahaya di langit.

Tribunlampung.co.id/Syamsir Alam
Kepala Dusun V Edi Kurniawan memegang batu diduga meteor, Jumat (29/1/2021). Dentuman keras yang didengar warga Tanggamus seperti ban pecah. Warga Lampung Tengah bahkan menyaksikan ada kilatan cahaya di langit. 

"Suara apa itu ya tadi, kok keras terus banyak yang dengar," ujar Aldi, warga Kota Agung. 

Dari informasi yang dihimpun Tribun Lampung, tidak ada ledakan atau kerusakan yang besar sebagai sumber suara dentuman tersebut.

Begitu juga kerusakan yang timbul.

Sedangkan jika suara guntur, umumnya cuaca berawan, tidak ada hujan dan juga angin, baik sebelum munculnya suara atau sampai suara itu berlalu. 

Lalu dari snapshot Instagram BMKG Lampung, menginformasikan bahwa alat yang dimiliki BMKG tidak mencatat adanya gempa bumi atau awan-awan hujan di Tanggamus dan Pringsewu. 

Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang mempertanyakan suara dentuman tersebut, baik melalui media sosial, hubungan telpon atau percakapan langsung. 

Suara tersebut bisa saja berasal dari gelombang seismik, sebab pada pukul 21.54 WIB terjadi gempa di Bengkulu tepatnya sekitar Pulau Enggano dengan kekuatan 3,2 magnitudo. 

Namun pastinya hingga saat ini tidak ada yang tahu sumber suara tersebut berasal dari mana dan benda apa. 

Penjelasan ahli dari Itera Lampung

Peneliti Institut Teknologi Sumatera (Itera) Lampung meminta warga tidak menyalahgunakan batu meteorit yang ditemukan di Lampung Tengah.

Batu tersebut menghantam rumah warga di Dusun 5 Astomulyo, Desa Mulyodadi, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah pada Kamis (28/1/2021) sekitar pukul 22.00 WIB.

Dosen Teknik Geologi Itera Lampung, Danni Gathot Harbowo mengatakan, diharapkan warga tidak menyalahgunakan batu tersebut, termasuk mengonsumsi air rendaman batu.

Menurut Gathot, saat dia dan rekannya, Robiatul Muztaba (peneliti Observatorium Astronomi Itera Lampung) mendatangi lokasi, kondisi batu disimpan di dalam akuarium dan direndam air.

“Jangan menyalahgunakan, termasuk mengonsumsi air rendaman batu. Sebab dikhawatirkan masih adanya unsur-unsur radioaktif dari meteorit,” kata Gathot melalui keterangan tertulis, Jumat (29/1/2021) malam.

Gathot menyebutkan, dikhawatirkan masih ada unsur-unsur asing yang terkandung pada meteorit tersebut yang terkena panas dan tekanan saat bergesekan dengan atmosfer.

“Dikhawatirkan me-radioaktifkan beberapa unsur. Untuk itu kami akan teliti lebih lanjut,” kata Gathot.

Gathot mengatakan, penemuan meteorit tersebut merupakan fenomena langka dan menjadi kesempatan Itera Lampung untuk melakukan penelitian lebih mendalam.

“Kami sudah membawa sampel batunya, untuk diuji di laboratorium, semoga hasil kami bisa lebih cepat, dan bisa dijelaskan detail. Hasil analisis laboratorium akan kami sampaikan,” kata Gathot.

Sementara itu, peneliti OAIL dan Dosen Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan Itera Lampung, Robiatul Muztaba menduga, suara dentuman yang terdengar oleh warga di Kabupaten Lampung Tengah dan Tanggamus ada hubungannya dengan fenomena jatuhnya meteorit tersebut.

“Diduga, suara dentuman terdengar saat meteorit pecah di langit atau dikenal sebagai fenomena fireball,” kata Robiatul.

Robiatul menambahkan, warga tidak perlu panik dengan adanya fenomena jatuhnya meteorit tersebut.

Warga bisa menghubungi peneliti jika fenomena serupa terulang kembali.

“Fenomena hujan meteor memang terjadi sepanjang Januari 2021. Puncak hujan meteor terjadi pada 3-4 Januari lalu,” kata Robiatul.

( Tribunlampung.co.id / Syamsir Alam / tri yulianto)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved