Berita Nasional
Kisah Pilu Gadis Sebatang Kara Tinggal di Gubuk Reyot, Ibu Meninggal Ayah Nikah Lagi
Kisah pilu remaja Siti Nuraida (16) tinggal di gubuk reyot, ibunya meninggal dunia dan ayahnya pergi setelah menikah lagi.
Aida tak mau mengeluh meski uang kiriman itu kurang mencukupi dan kadang datang terlambat.
Sebab, ia tidak ingin menyusahkan sang kakak yang tengah berjuang bekerja untuk mereka berdua.
"Kalau biaya hidup saya dikasih uang sama kakak saya yang sedang kerja di Jakarta. Dikirim Rp 800 ribu sebulan untuk kebutuhan sekolah dan makan," ungkapnya.
Keluarga Aida pernah menawarkan Aida untuk tinggal di rumah mereka.
Namun, Aida memilih tinggal di rumahnya yang reyot itu karena merasa nyaman di rumah sendiri.
Kini, besar harapan Aida mendapat bantuan dari pemerintah daerah setempat untuk perbaikan rumahnya.
5 Tahun Pengajuan Tak Digubris
Kepala Desa Cimanggu, Suwardi mengatakan pihaknya telah mengajukan proposal permintaan bantuan ke Pemerintah Kabupaten Pandeglang untuk perbaikan rumah Aida selama lima tahun berturut-turut.
Ia tak menapik jika rumah yang dihuni oleh siswi SMK itu sudah tak layak huni.
Menurutnya, tempat tinggal yang ditempati Aida sudah sejak lama masuk kategori rumah tidak layak huni (RTLH).
"Jadi, rumah ini sebenarnya sudah tidak layak pakai, sudah diajukan beberapa kali ke dinas, tetapi tidak pernah digubris. Jadi, hingga saat ini belum terealisasikan," ujar Suwardi.
Baca berita Pandeglang lainnya