Lampung Barat
Tak Laku di Pasaran, Agen Sayuran di Lampung Barat Buang Tomat Busuk
Sejumlah Agen sayur di Lampung Barat membuang tomat yang tidak laku di pasaran.
Penulis: Nanda Yustizar Ramdani | Editor: Reny Fitriani
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG BARAT - Sejumlah Agen sayur di Lampung Barat membuang tomat yang tidak laku di pasaran.
Hal tersebut terjadi lantaran hasil panen tomat yang melimpah dari petani.
Bahkan, berdasarkan informasi yang Tribunlampung.co.id dapatkan, ada satu akun media sosial yang menyebarkan video saat seseorang dari bak mobil pick up membuang sejumlah tomat pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Pekon Sukarame, Balik Bukit, Lampung Barat.
Akun Instagram tersebut @potretlampung.
Satu di antara agen sayur yang ada di Lampung Barat Robin (33) mengatakan, membuang hasil produksi tani merupakan suatu kewajaran bagi para agen sayur ketika hasil panen tersebut tidak laku di pasaran.
"Udah wajar hal tersebut di kalangan para agen," ujar Robin, Senin (24/5/2021).
Baca juga: Dishub Lampung Barat Pasang 74 Plang Nama Jalan
"Biasanya terjadi saat hasil panen yang melimpah," imbuhnya.
Saat hasil panen melimpah, lanjut Robin, para agen terpaksa harus menampung seluruh hasil panen dari para petani.
Akibatnya, para agen kewalahan untuk memasarkan produk tersebut.
"Soalnya terjadi kelebihan pasokan, sedangkan permintaannya lebih sedikit dibandingkan pasokan," katanya.
"Maka, barang yang belum laku, biasanya ditahan dulu oleh para agen di gudang," tambah dia.
Menurut Robin di sinilah yang menjadi permasalahan utamanya.
"Kalau gak laku-laku, lama-lama barang yang di gudang itu busuk," ungkapnya.
"Kalau sudah busuk, ya otomatis kita buang," lanjut dia.
Robin mengungkapkan, para agen tetap membeli atau mengambil barang dari para petani sayur sekalipun akan menimbulkan kerugian akibat kelebihan stok.
Hal tersebut, menurut dia, dilakukan para agen sayur demi meraih kepercayaan dari para petani sayur.
"Biasanya ketika stok melimpah, harga barang akan turun," ungkapnya.
"Ketika harga barang turun, kemudian kita gak mau menerima barang dari petani lagi atau membatasinya, maka ketika harga mahal petani gak akan mau lagi menjual hasil panennya ke kita para agen," jelasnya.
Jika sudah demikian, Robin meneruskan, para agen akan kesulitan mencari barang ketika harga pasaran naik.
Padahal, menurutnya, itu merupakan suatu keuntungan bagi para agen saat harga naik.
"Makanya agar para petani mau menyetorkan hasil panennya ke kita, ya harus kita tampung baik itu saat harga mahal maupun murah, baik itu saat stok melimpah, maupun saat terjadi kelangkaan stok," terang Robin.
Robin menjelaskan, kerugian dalam membuang stok barang yang membusuk akibat hasil panen melimpah masih lebih baik ketimbang kehilangan kepercayaan dari para petani.
Selain hasil panen melimpah, kasus pembuangan barang, dalam hal ini tomat sebagai contoh, Robin mengungkapkan, adanya suplai barang juga dari luar daerah.
"Contohnya dari Medan, Jawa, dan lain sebagainya," sebut dia.
"Padahal stok di Lampung juga melimpah, khususnya di Lampung Barat ini," terusnya.
Ia berharap, pemerintah setempat dapat memberikan solusi berupa kebijakan yang melindungi para agen sayur dan petani setempat.
"Misalnya ketika stok melimpah, ya jangan boleh masuk suplai dari daerah lain," pinta dia.
"Kecuali saat kekurangan stok, maka suplai dari daerah lain dipersilakan masuk," sambungnya.
Masalah seperti ini, Robin mengaku, seringkali terjadi, sementara pemerintah setempat tidak pernah memberikan solusi terbaik hingga saat ini.
( Tribunlampung.co.id / Nanda Yustizar Ramdani )