Apa Itu

Apa Itu Resiliensi

Simak pengertian terkait apa itu resiliensi, materi yang kerap dijumpai dalam ilmu psikologi. 

Penulis: Kiki Novilia | Editor: Kiki Novilia
Kolase Kompas.com / YouTube Adiez Gilang
Ilustrasi. Apa Itu Resiliensi. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Simak pengertian terkait apa itu resiliensi, materi yang kerap dijumpai dalam ilmu psikologi. 

Melansir dari psychology.binus.ac.id, Selasa, 22 Juni 2021, istilah resiliensi pertama kali diperkenalkan pada 1950-an oleh Blok dengan nama ego-resiliency (ER).

Hal ini diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal.

Awalnya konsep itu diterapkan pada anak-anak dimana ia dikenal sebagai “invulnerability” atau “stress-resistance“.

ER dan resiliensi keduanya diperlakukan sebagai faktor protektif melawan kesulitan, keduanya berbeda dalam banyak hal (Farkas & Orosz, 2015).

Baca juga: Apa Itu NISN

1. Terminologi

Terminologi resiliensi dalam perjalanannya mengalami perluasan dalam hal pemaknaan.

Ilustrasi. Apa Itu Resiliensi.
Ilustrasi. Apa Itu Resiliensi. (Kolase Kompas.com / Instagram @officialrcti)

Diawali dengan penelitian Garmezy (1991) tentang anak-anak yang mampu bertahan dalam situasi penuh tekanan, disebut sebagai descriptive labels yaitu menggambarkan anak-anak yang mampu berfungsi secara baik walaupun mereka hidup dalam lingkungan buruk dan penuh tekanan. 

Menurut Ledesma (2014), beberapa penelitian tentang resiliensi menggunakan istilah yang berbeda tapi pada dasarnya menggambarkan mekanisme yang sama untuk adaptasi terhadap stres yaitu:

- Compensatory

Baca juga: Apa Itu Konsumerisme

Melihat resiliensi sebagai faktor yang menetralkan resiko, faktor resiko dan faktor pengganti yang secara independen berkontribusi pada outcome.

- Challenge

Menggunakan faktor resiko sebagai tantangan, contohnya individu  yang resilien adalah mampu memecahkan masalah, kecenderungan untuk memahami pengalaman sebagai suatu yang positif bahkan ketika mereka menderita, kemampuan untuk positif pada orang lain, dan keyakinan untuk mempertahankan pandangan hidup yang positif.

- Protective factor

Menggunakan faktor resiko untuk beradaptasi contohnya individu yang resilien adalah yang optimis, memiliki empati, insight,  intellectual  competence,  self-esteem, serta punya tujuan, tekad dan ketekunan.

2. Pengertian

Lalu, sebenarnya apa itu resiliensi?

Berikut ini adalah pengertian terkait resiliensi dari beberapa ahli.

- Keberhasilan seseorang dalam beradaptasi dengan kondisi yang tidak menyenangkan/buruk (Garmezy, 1991).

- Kapasitas universal dari individu atau kelompok untuk mencegah, meminimalisasi, atau bahkan mengatasi efek yang merusak (Grotberg, 2001).

- Kemampuan individu dalam mengatasi, melalui, dan kembali pada kondisi semula setelah mengalami kesulitan (Reivich dan Shatte, 2002).

- Sebuah pola adaptasi yang bersifat positif dalam menghadapi kesulitan (Riley dan Masten, 2005).

- Kemampuan untuk mempertahankan stabilitas psikologis dalam menghadapi stres (Keye & Pidgeon, 2013).

- Kemampuan untuk bangkit kembali dari kesulitan, frustrasi, dan kemalangan (Ledesma, 2014).

- Hasil dari adaptasi yang sukses meskipun terdapat situasi yang menantang atau mengancam (Wright & Masten, 2015).

- Sebuah proses dari hasil adaptasi dengan pengalaman hidup yang sulit atau menantang, terutama melalui mental, emosional dan perilaku yang fleksibilitas, baik penyesuaian eksternal dan internal (APA Dictionary of Psychology, VandenBos, 2015: hal. 910).

3. Faktor-faktor yang Dapat Meningkatkan Resiliensi

Menurut Benard (2004), meningkatkan resiliensi adalah hal yang penting karena dapat memberikan pengalaman bagi individu dalam menghadapi permasalahan dan kesulitan di dalam hidupnya.

Ada tiga hal yang dapat diberikan lingkungan untuk meningkatkan resiliensi seseorang.

- Caring relationship

Poin ini adalah dukungan cinta yang didasari oleh kepercayaan dan cinta tanpa syarat.

Caring relationship dikarakteristikkan sebagai dasar penghargaan yang positif.

Contohnya seperti memegang pundak, tersenyum, dan memberi salam.

- High expectation massages

Poin kedua ini merupakan harapan yang jelas, positif, dan terpusat kepada seseorang.

Harapan yang jelas merupakan petunjuk dan berfungsi mengatur di mana orang dewasa memberikan harapan tersebut untuk perkembangan seseorang.

Harapan yang positif, dan terpusat mengomunikasikan kepercayaan yang mendalam dari orang dewasa dalam membangun resiliensi dan membangun kepercayaan dan memberikan tantangan untuk membuat seseorang menjadi apa yang mereka inginkan.

- Opportunities for participation and contribution

Dalam hal ini, kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, memiliki tanggung jawab, dan kesempatan untuk menjadi pemimpin.

Di samping itu opportunities juga memberikan kesempatan untuk melatih kemampuan problem solving dan pengambilan keputusan.

4. Faktor-Faktor Pembentuk Resiliensi

Menurut Davis (1999), faktor-faktor pembentuk resiliensi adalah:

- Faktor resiko

Faktor ini mencakup hal-hal yang dapat menyebabkan dampak buruk atau menyebabkan individu beresiko untuk mengalami gangguan perkembangan atau gangguan psikologis.

- Faktor pelindung

Hal ini merupakan faktor yang bersifat menunda, meminimalkan, bahkan menetralisir hasil akhir yang negatif.

Ada tiga faktor pelindung yang berhubungan dengan resiliensi pada individu, yakni:

- Faktor individual

Mencakup faktor-faktor yang bersumber dari dalam individu itu sendiri, yaitu, sociable, self confident, self-efficacy, harga diri yang tinggi, memiliki talent (bakat).

- Faktor keluarga

Keluarga yang berhubungan dengan resilensi, yaitu hubungan yang dekat dengan orangtua yang memiliki kepedulian dan perhatian, pola asuh yang hangat, teratur dan kondusif bagi perkembangan individu, sosial ekonomi yang berkecukupan, memiliki hubungan harmonis dengan anggota keluarga lain.

- Faktor masyarakat sekitar

Lingkungan memberikan pengaruh terhadap resiliensi pada individu.

Contohnya seperti mendapat perhatian dari lingkungan, aktif dalam organisasi kemasyarakatan di lingkungan tempat tinggal.

5. Aspek-aspek yang Membentuk Resiliensi

Wolin dan Wolin (1993) mengemukakan tujuh aspek utama yang mendukung individu untuk resiliensi, yaitu:

- Insight

Yakni proses perkembangan individu dalam merasa, mengetahui, dan mengerti masa lalunya untuk mempelajari perilaku-perilaku yang lebih tepat.

- Independence

Yakni kemampuan untuk mengambil jarak secara emosional maupun fisik dari sumber masalah (lingkungan dan situasi yang bermasalah).

- Relationships

Yakni individu yang resilien mampu mengembangkan hubungan yang jujur, saling mendukung dan berkualitas bagi kehidupan, memiliki role model yang baik.

- Initiative

Yakni keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab terhadap hidupnya.

- Creativity

Yakni kemampuan memikirkan berbagai pilihan, konsekuensi, dan alternatif dalam menghadapi tantangan hidup.

- Humor

Yakni kemampuan individu untuk mengurangi beban hidup dan menemukan kebahagiaan dalam situasi apapun.

- Morality 

Yakni kemampuan individu untuk berperilaku atas dasar hati nuraninya. Individu dapat memberikan kontribusinya dan membantu orang yang membutuhkan.

Demikian pengertian terkait arti apa itu resiliensi dalam ilmu psikologi. ( Tribunlampung.co.id / Kiki Novilia )

Baca juga: Apa Itu Koda dalam Fabel, Struktur Teks Fabel

Baca juga: Apa Itu Median dalam Matematika, Cara Hitung Median

Baca juga: Apa Itu Komunisme

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved