Berita Luar Negeri
Aksi Demo di Afrika Selatan Ricuh, 10 Orang Tewas dan Lebih dari 400 Orang Ditahan
Di Afrika Selatan, aksi protes terkait pemenjaraan Mantan Presiden Jacob Zuma berakhir ricuh dan menewaskan 10 orang juga lebih dari 400 orang ditahan
Penulis: Virginia Swastika | Editor: Heribertus Sulis
Buntut dari aksi protes berujung ricuh di Afrika Selatan itu setidaknya menyebabkan lebih dari 400 orang ditahan polisi dan 10 orang tewas.
Sebelumnya Ramaphosa juga telah menyerukan ketenangan pada Sabtu (10/7/2021) lalu.
Tetapi pada Minggu (11/7/2021) pengunjuk rasa dengan tongkat kayu, stik golf, dan cabang pohon terlihat berbaris melalui distrik pusat bisnis Johannesburg.
Hal tersebut pun akhirnya membuatnya mengambil keputusan untuk mengirimkan bala militer ke lokasi kericuhan.
Sebagai informasi, aksi protes itu pecah di Provinsi KwaZulu-Natal setelah Jacob Zuma menyerahkan diri kepada otoritas penjara pada Kamis (8/7/2021) lalu untuk menjalani masa tahanan.
Hal itu karena di dalam sejarah Afrika Selatan, belum pernah terjadi aksi pemenjaraan seorang mantan presiden.
Presiden Afrika Selatan yang berkuasa selama sembilan tahun itu dijatuhi hukuman karena melecehkan penyidik anti-korupsi dan menolak menanggapi penyelidikan korupsi di pemerintahannya.
Zuma menyangkal tuduhan korupsi dan tidak bekerja sama dalam proses hukum.
Padahal selama ini diketahui masa jabatannya tersebut diwarnai dengan skandal korupsi dan tuduhan nepotisme.
Bahkan karena kepiawainya dalam mengelak pengusutan tuduhan korupsi dan nepotisme di masa pemerintahannya itu, para pengkritik menjulukinya "Presiden Teflon".
Namun nasibnya kemudian berubah akhir Juni lalu, ketika pengadilan mengeluarkan keputusan yang memberatkannya atas dakwaan penghinaan pengadilan.
Menanggapi hal tersebut, Jacob Zuma pun mengajukan pembelaan hukum terakhir dan menolak untuk menyerahkan diri ke pihak berwajib.
Dirinya meminta agar pengadilan melakukan penangguhan hukuman dan perintah penangkapannya sampai semua proses hukum diselesaikan.
Kasus ini kemudian kembali ke Mahkamah Konstitusi pada Senin (12/7/2021).
Tim Zuma saat itu hanya berharap hukumannya dibatalkan atau dikurangi. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )