Berita Terkini Nasional
Yunarto Wijaya Sindir Gubernur yang Bolak-balik ke Kuburan: Apa yang Bisa Diteladani?
Kegiatan Presiden Jokowi bagi-bagi sembako di tengah masa pandemi dibanding-bandingkan dengan sosok gubernur yang bolak-balik ke kuburan.
Yunarto Wijaya mengatakan situasi seperti sekarang ini membutuhkan segala sesuatu yang lebih.
"Ini situasi yang tidak biasa membutuhkan perhatian lebih dan segala sesuatu yang lebih, tidak cukup APBN tidak cukup aturan sebagus apapun kalau kemudian tidak ada kolaborasi dengan elitenya dengan warganya atau antar warganya," kata Yunarto Wijaya.
Aksi blusukan Jokowi juga, kata Yunarto, dapat menjadi sebuah teladan bagi banyak pihak.
"Penting dari kegiatan simbolik ini adalah bisa menjadi teledan, contoh misalnya ketika Presiden memberi sembako betul itu memang paling lima rumah, pentingnya apa? Lho kan tetap akan ada pembagian sembako dalam jumlahnya jutaan," kata Yunarto Wijaya.
"Tetapi kehadiran Presiden itu memastikan malulah kepala daerah, level camat atau lurah kalau kemudian ini tidak tersalurkan dengan baik kalau sudah diberi contoh oleh pemimpinnya," imbuhnya.
Sama halnya dengan seorang kepala daerah yang menyisihkan gajinya untuk membantu masyarakat.
Memang, kata Yunarto Wijaya, jumlahnya tak besar dan tak akan bisa membantu semua masyarakat.
Namun setidaknya, tindakan itu bisa menggugah pihak lain untuk turut melakukan hal baik.
"Saya malah gak ngerti sampai sekarang ada seorang gubernur yang bolak-balik datang ke kuburan, apa makna dan yang bisa diteladani dari hal itu?" kata Yunarto Wijaya.
Meski begitu, Yunarto Wijaya menekankan kegiatan simbolik dengan membawa makna demikian harus tetap hati-hati.
"Dengan catatan jangan sampai kegiatan simbolik ini malah melanggar aturan sendiri, contoh kerumumanan yang sempat muncul di acara Jokowi di NTT," kata Yunarto Wijaya.