Liputan Eksklusif Tribun
PPKM di Bandar Lampung, Omzet Tempat Wisata Anjlok 100 Persen
Selama PPKM di Bandar Lampung, omzet tempat rekreasi atau tempat wisata dan restoran jatuh sangat dalam bahkan hingga 100 persen.
Thomas memahami tempat rekreasi harus tutup, terutama pada masa PPKM.
Sebab jika tetap beroperasi, menurut dia, justru akan menimbulkan dampak lebih luas, baik untuk pengunjung, pengelola, hingga masyarakat secara umum.
"Kayaknya sebelum PPKM juga sudah sepi. Yang penting saat ini adalah bagaimana pandemi cepat berlalu," ujarnya.
Bagaimana dengan omzet? Selama PPKM berlangsung, omzet tempat-tempat rekreasi anjlok ke jurang terdalam.
Ketua Perhimpunan Usaha Taman Rekreasi Indonesia (Putri) Provinsi Lampung Irwan Nasution mengungkapkan omzet anjlok bahkan sampai 100 persen.
"Sektor rekreasi dan wisata mengalami penurunan omzet drastis. Penurunannya 70 persen dengan pengukuran minimal," kata Irwan, akhir pekan lalu.
"Kalau tempat rekreasi dan wisata tutup, ya tidak ada pemasukan. Gimana mau ada pemasukan kalau tidak ada pengunjung 'kan," lanjutnya.
Restoran Juga Anjlok
Tak hanya tempat-tempat rekreasi, restoran-restoran juga mengalami penurunan omzet cukup dalam selama masa PPKM di Bandar Lampung.
Meskipun tidak tutup 100 persen seperti tempat rekreasi, tetapi omzet tetap menurun karena berkurangnya jumlah pengunjung. Khususnya, pengunjung yang makan dan minum di tempat.
Pantauan Tribun di sejumlah restoran sepekan lalu, banyak restoran sepi pengunjung karena pembatasan dan pengetatan aktivitas masyarakat.
Sejumlah restoran kehilangan konsumen dari kalangan pegawai kantor karena pemberlakuan work form home (WFH) atau bekerja dari rumah.
Selain itu, banyak restoran tidak melayani makan dan minum di tempat untuk pengunjung.
Konsumen hanya boleh memesan dan membawa pulang makanan dan minuman. Jumlah konsumen ini tidak sebanyak konsumen yang makan dan minum di tempat.
Belum lagi, jam operasional terbatas menjadi sampai pukul 21.00 dari biasanya bisa sampai pukul 22.00 WIB.