Bandar Lampung
Alami Efek Samping KIPI, Vaksinasi Ketiga untuk Nakes di Bandar Lampung Disetop
Efek samping yang biasa disebut Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) usai vaksinasi covid-19 ketiga dialami nakes di sejumlah Puskesmas di Lampung
Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Heribertus Sulis
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Sejumlah tenaga kesehatan atau nakes di Bandar Lampung mengalami efek samping setelah menjalani vaksinasi Covid-19 ketiga.
Efek samping yang biasa disebut sebagai Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) usai vaksinasi covid-19 dosis ketiga dialami nakes di sejumlah Puskesmas di Bandar Lampung.
Akibatnya, beberapa fasilitas layanan kesehatan (faskes) tidak melaksanakan vaksinasi kepada nakes secara rutin.
"Sekarang kita tidak suntikan dulu. Karena kemarin, dari beberapa yang divaksin, ada yang pegal-pegal dan ngilu karena disuntik," kata Kepala TU Puskesmas Satelit Bandar Lampung, Heri, Rabu (18/8/2021).
Hal serupa juga dialami oleh sejumlah tenaga kesehatan di Puskesmas Kupang Kota.
"Kita mengatur jadwal vaksinasi sebaik mungkin, karena bahaya KIPI dari vaksin Moderna yang lebih berat dari Sinovac," jelas kepala Puskesmas Kupang Kota Agustin Hadjar.
Baca juga: Polresta Bandar Lampung Ringkus 4 Pelaku Curanmor dan HP
Guna meminimalisasi efek sampingnya, vaksinasi kemudian diberikan setelah jam pelayanan usai.
"Kalau di Puskesmas Sumur Batu, vaksinasi tenaga kesehatan akhirnya dilakukan mendekati jam pelayanan usai. Sehingga kalau ada KIPI tidak berpengaruh pada pelayanan," kata Kepala Puskesmas Sumur Batu Santi Sundari.
Apa itu KIPI?
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI adalah bentuk respon tubuh terhadap vaksin yang disuntikkan.
Efek samping vaksinasi memiliki reaksi yang berbeda-beda pada setiap orang, ada yang berat dan ada yang ringan.
Baca juga: Penyekatan di Bandar Lampung Tiba-tiba Terpasang Kawat Berduri, Warga: Serem Gitu Jadinya
Mengutip penjelasan Penyuluh Kesehatan Masyarakat Pertama Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten Farida Nur Aisyiyah, S.Gz di situs resmi Dinas Kesehatan Kabupaten Klaten, KIPI biasa dibagi dalam dua kategori kelompok, yakni KIPI ringan dan berat.
KIPI ringan cenderung bersifat lokal, mudah diatasi dan bisa hilang dengan sendirinya seperti demam, pusing maupun nyeri.
KIPI berat menunjukkan gejala yang parah dan biasanya tidak berlangsung lama seperti kecacatan, syok anafilaktik dan alergi.
Reaksi anafilaktik adalah syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat dan membutuhkan pertolongan yang cepat dan tepat.
Untuk itu fasilitas pelayanan kesehatan harus selalu siap mengantisipasi kemungkinan kejadian tersebut.
Reaksi anafilaktik pasti terjadi pada penyuntikan vaksinasi skala besar meskipun kejadiannya sangat jarang. Dari satu juta dosis, terjadi sebanyak 1 atau 2 kasus.
Hingga kini dilaporkan belum ada kejadian anafilaktik pasca penyuntikan COVID-19 di Indonesia.
Jika mengalami KIPI berat, apa yang harus dilakukan?
Untuk mengantisipasi terjadinya KIPI, di setiap pos pelayanan vaksinasi telah menetapkan contact center yang bisa dihubungi jika ada keluhan dari penerima vaksinasi.
Dari fasyankes melaporkan ke Puskesmas, lalu dari Puskesmas maupun RS akan melaporkan ke Dinkes Kab/Kota atau bisa melalui keamananvaksin.kemkes.go.id.
Apabila terjadi efek samping serius atau KIPI, maka pasien akan menerima perawatan medis dan seluruh biaya akan ditanggung oleh pemerintah.
Dalam pelaksanaan vaksinasi di Indonesia, pemerintah turut melibatkan Komnas KIPI untuk memantau jalannya vaksinasi.
Komnas KIPI adalah lembaga yang kredibel dan independen yang memiliki fungsi dalam mengawasi pelaksanaan vaksinasi khusus untuk kejadian ikutan pasca imunisasi.
Sejauh pelaksanaan vaksinasi COVID-19, Komnas KIPI melaporkan belum ada kematian langsung sebagai akibat dari vaksinasi COVID-19.
Setelah dilakukan investigasi, kematian orang dengan status telah divaksinasi tidak berkaitan dengan penyuntikan vaksin.
( Tribunlampung.co.id / V Soma Ferrer )