Wawancara Ekslusif

Masih Ada Nelayan Pakai Alat Tak Ramah Lingkungan

Provinsi Lampung secara konsisten menyumbang produksi rajungan nasional hingga 15 persen per tahun. Produksi rajungan itu bersumber dari pesisir timur

Penulis: sulis setia markhamah | Editor: soni
dokumentasi
Ketua Forum Nelayan Rajungan Provinsi Lampung Miswan. 

Saya jadi nelayan sejak tahun 1997, sejak masih remaja karena orangtua juga nelayan. Membantu perekonomian orangtua, padahal saat itu pengennya belajar (meneruskan sekolah). Tapi, karena orangtua melaut sendirian, sementara adik masih kecil semua, jadi saya mengikuti jejak orangtua jadi nelayan juga.

Dulu saya terpikir hanya bagaimana melaut, menangkap, tanpa tahu bagaimana harus melestarikannya. Tapi semakin ke sini, semakin banyak belajar. Pola pikir saya menjadi terbuka dan bahkan saya sering sosialisasi ke sesama nelayan mengenai cara penangkapan yang benar.

Sejak terpilih menjadi ketua Forum Nelayan Rajungan Lampung, apa saja yang menjadi program untuk pelestarian rajungan?

Saya memiliki impian, dari nelayan sendiri mulai berjuang untuk melestarikan keberlanjutan rajungan. Tapi, nelayan tidak akan bisa berbuat banyak tanpa dukungan dan dorongan dari pemerintah. Karena, upaya kami akan kalah dan tertinggal dengan oknum-oknum yang berduit, menggunakan alat canggih, tapi tidak mempedulikan keberlanjutan rajungan ke depan.

Upaya yang sudah terealisasi?

Terus mengajak nelayan untuk menangkap dengan cara yang lebih aman, sehingga terjaga habitatnya.

Harapannya ke depan?

Agar keberadaan zona konservasi benar-benar dijaga oleh semua pihak. Termasuk dalam hal ini pengawasan berkelanjutan dari pihak-pihak terkait. Pengawasannya ada agar terhindar dari keberadaan alat-alat yang mengancam keberadaan zona konservasi.

Selain itu, melalui Forum Nelayan Rajungan ini, agar turut mendorong kesejahteraan para nelayan. Harapan kepada pemerintah agar nelayan dipermudah untuk mendapatkan pas kecil (surat tanda kebangsaan kapal untuk kapal tonase di bawah 7 dari GT) dan juga akses untuk mendapatkan Kartu Kusuka. Kalau dulu namanya kartu nelayan, sekarang sudah diganti nama menjadi Kartu Kusuka.

(Tribunlampung.co.id / Sulis Setia Markhamah)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved