Kesehatan
Halo Dokter, Apa Itu Penyakit Asma dan Seperti Apa Gejala Klinisnya
Asma merupakan gangguan kesehatan yang banyak diderita orang. Asma merupakan permasalahan pernapasan.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID – Asma merupakan gangguan kesehatan yang banyak diderita orang. Asma merupakan permasalahan pernapasan.
Gejala umum dari asma, yakni si penderita akan mengalami sesak nafas.
Saat seseorang terkena Asma, saluran udaranya akan meradang dan menyempit hingga membuatnya kesulitan bernapas.
Ketidakmampuannya dalam bernapas itu disebabkan karena saluran udara menghasilkan lendir ekstra di dalam paru-paru.
Umumnya, kondisi tersebut juga bisa menyebabkan terjadinya batuk, mengi (suara siulan) saat menarik napas, serta sesak napas.
Dikutip dari WebMD, Asma adalah penyakit paru-paru jangka panjang.
Baca juga: Halo Dokter, Apa Itu Gagal Napas dan Seperti Apa Gejalanya
Bahkan Asma yang parah juga bisa menyebabkan seseorang mengalami kesulitan berbicara.
Dikutip dari lung.org, hingga kini belum ada obat yang bisa mengatasi penyakit Asma.
Meski begitu, gejalanya bisa dikendalikan.
Masalah kesehatan ini juga tak pandang bulu. Artinya, Asma bisa menyerang siapa saja dan semua usia, tak terkecuali anak-anak.
Bahkan Asma merupakan penyakit kronis yang umum terjadi pada anak-anak.
Baca juga: Halo Dokter, Manfaat Happy Lift 4D Treatment untuk Kecantikan Wajah
Berdasarkan data WHO, setidaknya ada 262 juta orang yang memiliki penyakit Asma pada tahun 2019.
Di tahun yang sama, Asma telah membunuh 461 ribu orang.
Gejala Asma
Adapun beberapa gejala Asma yang umum dirasakan para penderita Asma, seperti:
1. Batuk, terutama di malam hari, saat tertawa atau saat berolahraga.
2. Sesak di dada
3. Sesak napas
4. Kesulitan berbicara
5. Kecemasan atau panik
6. Kelelahan akibat sulit tidur
Tidak setiap orang akan mengalami gejala yang sama.
Bahkan beberapa penderita Asma juga terkadang hanya akan mengalami gejala hanya saat berolahraga.
Dikutip dari Buku Asma (2006) oleh Vitahealth, gejala awal Asma yang patut diwaspadai antara lain:
1. Perubahan dalam pola pernapasan.
2. Bersin-bersin.
3. Perubahan suasana hati (moodiness).
4. Hidung mampat atau hidung ngocor.
5. Batuk.
6. Gatal-gatal pada tenggorokan.
7. Merasa capek.
8. Lingkaran hitam di bawah mata.
9. Susah tidur.
10. Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan olahraga.
11. Kecenderungan penurunan prestasi dalam pengguna peak flow meter.
Peak flow meter adalah alat untuk mengukur kelancaran aliran udara dari paru-paru.
Klasifikasi Asma
Asma dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya. Di antaranya:
1. Asma intermiten ringan.
Gejala ringan umumnya terjadi kurang dari dua kali seminggu.
Sementara gejala malam hari kurang dari dua kali sebulan.
Dalam klasifikasi Asma ini, serangan Asma pun lebih sedikit terjadi.
2. Asma persisten ringan.
Gejala tiga sampai enam kali seminggu. Gejala malam hari tiga sampai empat kali sebulan. Serangan Asma dapat mempengaruhi aktivitas.
3. Asma persisten sedang
Gejala Asma harian. Serangan malam hari lima kali atau lebih dalam sebulan. Gejala dapat mempengaruhi aktivitas.
4. Asma persisten yang parah.
Gejala yang berlangsung baik siang maupun malam. Anda harus membatasi aktivitas Anda.
Penyebab Asma
Dikutip dari Kompas.com, tidak ada yang tahu persis mengenai penyebab Asma.
Asma bisa saja muncul karena adanya faktor keturunan, tetapi ternyata faktor lingkungan juga bisa berpengaruh.
Para ilmuwan hingga kini masihi terus mengeksplor penyebabnya.
Meski dapat menyerang siapa saja, Asma akan lebih rentan menyerang orang-orang yang memiliki beberapa faktor di bawah ini.
1. Riwayat keluarga
Jika memiliki orangtua dengan penyakit Asma, kemungkinan terserang Asma pun akan semakin besar.
Bahkan enam kali lebih besar potensinya dibandingkan orang yang tidak memiliki orangtua penderita Asma.
2. Infeksi saluran pernapasan karena virus
Masalah pernapasan yang terjadi saat masa bayi dan anak-anak dapat menyebabkan mengi.
Beberapa anak yang mengalami infeksi saluran pernapasan juga dapat mengembangkan Asma kronis.
3. Alergi
Memiliki kondisi alergi, seperti dermatitis atopik (eksim) atau rinitis alergi (demam), juga meningkatkan faktor risiko untuk terserang Asma.
4. Paparan debu
Bagi sebagian orang, paparan debu tertentu seperti debu industri atau kayu, asap dan uap kimia, serta jamur dapat menyebabkan Asma berkembang untuk pertama kalinya.
5. Merokok
Asap rokok dapat membuat saluran udara meradang. Itu sebabnya, perokok memiliki risiko tinggi terkena Asma.
Anak-anak yang ibunya merokok selama kehamilan atau yang terpapar asap rokok juga lebih berpotensi menderita Asma.
6. Polusi udara
Paparan polusi udara meningkatkan risiko Asma.
Mereka yang tumbuh besar atau tinggal di daerah perkotaan memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita Asma.
Komplikasi Asma
Berikut ini komplikasi Asma yang meliputi:
1. Gejala yang mengganggu tidur, pekerjaan dan aktivitas lainnya.
2. Sering absen dari pekerjaan atau sekolah karena Asma kambuh.
3. Penyempitan permanen pada saluran yang membawa udara ke dan dari paru-paru (tabung bronkial), yang memengaruhi kelancaran pernapasan.
4. Kunjungan ruang gawat darurat dan rawat inap akibat serangan Asma parah.
5. Efek samping dari penggunaan jangka panjang dari beberapa obat yang digunakan untuk menstabilkan Asma parah.
Perawatan yang tepat dapat berperan besar dalam mencegah komplikasi jangka pendek dan jangka panjang yang disebabkan oleh Asma.
Penanganan Asma
Sebagai penyakit yang belum memiliki obat, para ahli kesehatan hanya mampu memberikan penanganan Asma untuk mengurangi gejalanya.
Biasanya, dokter akan memberikan obat-obatan yang masuk pada jenis:
1. Kortikosteroid inhalasi untuk mengatasi Asma jangka panjang.
Meliputi obat jenis beclometason (QVAR), budesonida (Pulmicort), fluticasone (Arnuity Ellipta, Armonair Respiclick, Flovent).
2. Pengubah leukotrien untuk memblokir serangan Asma.
Obat-obatannya meliputi jenis montelukast (singulair), zafirlukast (alokat).
3. Inhaler kombinasi untuk meredakan Asma.
Terdiri dari Budesonide dan formoterol (Symbicort), Fluticasone dan salmeterol (Advair Diskus, AirDuo Respiclick),
Flutikason dan vilanterol (Breo), serta
Mometason dan formoterol (Dulera).
4. Teofilin untuk membuka saluran udara.
5. Bronkodilator untuk melonggarkan pita otot di sekitar saluran udara dan meredakan gejala Asma.
Baca juga: Halo Dokter, Apa Itu Malaria dan Pencegahannya
6. Antikolinergik untuk mencegah pita otot saluran udara mengencang. Umumnya obat jenis ini di antaranya ipratropium (atrovent FHA), dan tiotropium bromida (spiriva). ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )