Kesehatan

Halo Dokter, Apa Itu Kusta dan Seperti Apa Gejalanya

Lebih dari 200 ribu orang di dunia terserang penyakit kusta dan 14 ribu di antaranya merupakan anak-anak di bawah usia 14 tahun. Lalu apa itu kusta?

Penulis: Virginia Swastika | Editor: Dedi Sutomo
Tribun Kesehatan
Ilustrasi kusta. Halo Dokter, Apa Itu Kusta 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Ada beragam penyakit kulit yang umum terjadi, termasuk kusta. Namun apa itu kusta.

Kusta merupakan penyakit kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan.

Masalah kesehatan ini umumnya akan menyebabkan luka parah pada kulit dan kerusakan saraf di lengan, kaki, dan area kulit tubuh.

Kusta tergolong pada penyakit tertua dan sudah ada sejak zaman dahulu.

Nama lain dari kusta adalah lepra serta penyakit Hansen atau Morbus Hansen.

Disebut penyakit Hansen, karena masalah kulit ini ditemukan oleh G A Hansen pada 1873 silam.

Baca juga: Halo Dokter, Cara Mengobati dan Mencegah Kusta

Biasanya, penyebab kusta diakibatkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae yang tumbuh secara lambat.

Sebagai penyakit menular, bakteri kusta dapat menyebar melalui percikan ludah atau dahak yang keluar ketika batuk atau bersin.

Terlibat kontak fisik dengan penderita kusta akan berisiko tertular.

Namun aktivitas seperti berjabat tangan, berpelukan, atau duduk bersebelahan, serta berhubungan suami istri tak akan menyebarkan bakteri penyebab kusta.

Bahkan ibu hamil dengan kusta tidak dapat menularkan penyakitnya kepada bayinya yang belum lahir.

World Health Organization (WHO) melaporkan secara global terdapat 202.256 kasus baru pada 2019.

Baca juga: Halo Dokter, Jenis Cacing Penyebab Cacingan Pada Anak

Dari 200 ribu orang tersebut, 14.893 di antaranya merupakan anak-anak di bawah usia 14 tahun.

Selain itu, kebanyakan kasus ada di Afrika dan Asia.

Jenis kusta

Dilansir dari Healthline, terdapat tiga jenis kusta.

1. Kusta tuberkuloid, respon imunnya baik.

Seseorang dengan jenis infeksi ini hanya menunjukkan beberapa lesi atau kelainan.

Penyakit ini ringan dan hanya sedikit menular.

Biasanya ditandai dengan bercak hipopigmentasi pada kulit dan kelainan tersebut mati rasa (anestesi).

Kelainan kulit pada kusta tipe tuberkuloid ini hampir mirip atau menyerupai gejala penyakit lain, seperti panu, biduran, eksim ataupun vitiligo, yang bahkan tidak terasa gatal maupun sakit.

2. Kusta lepromatosa, respon imun buruk.

Jenis ini juga mempengaruhi kulit, saraf, dan organ lainnya.

Kelainan kulitnya juga lebih luas, termasuk nodul (benjolan besar dan benjolan).

Bentuk penyakit ini lebih menular.

elainan kulit simetris bentuk berupa bercak menebal atau benjolan hampir di seluruh tubuh.

Kadang didapatkan pembengkakan selaput lender hidung yang menyebabkan penyumbatan, dapat disertai mimisan (epistaksis).

Pada tipe ini seringkali gangguan saraf terlambat terdeteksi.

3. Kusta borderline (gabungan)

Terdapat gambaran klinis baik kusta tuberkuloid maupun kusta lepromatosa.

Jenis ini dianggap berada di antara dua jenis lainnya.

Kusta tipe ini tidak stabil dan dapat menjadi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid. Penyembuhannya bisa berlangsung selama 9-12 bulan.

Gejala kusta

Dikutip dari Kompas.com, berikut gejala kusta yang umum terjadi di kulit antara lain:

1. Sebagian area kulit tampak berubah menjadi lebih terang atau gelap.

2. Tumbuh nodul pada kulit.

3. Kulit kering, kaku, dan tebal.

4. Muncul luka tapi tidak terasa sakit.

5. Bisul tanpa rasa sakit di telapak kaki.

6 Kehilangan alis atau bulu mata.

Sementara gejala kusta yang disebabkan karena kerusakan saraf, di antaranya:

1. Mati rasa pada area kulit yang terkena Kelemahan atau kelumpuhan otot (terutama di tangan dan kaki)

2. Pembesaran saraf (terutama di sekitar siku dan lutut dan di sisi leher)

3. Masalah mata yang dapat menyebabkan kebutaan (ketika saraf wajah terpengaruh)

Sedangkan gejala yang timbul karena penyakit pada selaput lendir ditandai dengan:

1. Hidung tersumbat

2. Mimisan.

Namun WHO mngatakan rata-rata masa inkubasi penyakit adalah 5 tahun.

Meski begitu, gejalanya dapat muncul dalam waktu 1 tahun.

Ini juga bisa memakan waktu selama 20 tahun atau bahkan lebih untuk terjadi.

Komplikasi kusta

Bila kusta tak ditangani dengan cepat dan tepat, hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya komplikasi, berupa:

1. Kebutaan atau glaukoma.

2. Disfugarasi wajah, termasuk pembengkakan permanen dan benjolan.

3. Gagal ginjal.

4. Kelemahan otot yang mengarah ke tangan.

5. Tidak mampu melenturkan kaki.

6. Kerusakan permanen pada saraf di luar otak dan sumsum tulang belakang.

7. Cacat progresif di bagian hidung, alis, atau jari kaki.

8. Kemandulan pada pria.

Baca juga: Halo Dokter, Apa Itu Kanker Paru dan Tahapannya

Pengobatan kusta

Dalam pengobatan kusta, biasanya dokter akan memberikan obat antibiotik.

Obat tersebut terdiri dari kombinasi beberapa antibiotik yang dikonsumsi selama 6-24 bulan.

Namun jenis, dosis, serta durasi pengobatan kusta bergantung pada jenis kusta yang diderita.

Umumnya, antiobiotik yang digunakan adalah rifampicin, dapsone, clofazimine, minocycline, dan ofloxacin.

Sementara di Indonesia, pengobatannya dilakukan melalui metode MDT (multi drug therapy).

Sedangkan tindakan operasi baru akan dilakukan sebagai penanganan lanjutan setelah melalui pengobatan kusta dengan antibiotik. ( Tribunlampung.co.id / Virginia Swastika )

Baca berita kesehatan lainnya

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved