Wawancara Eksklusif
Wawancara Khusus Ketua Paguyuban Pasundan Lampung Bustomi Rosadi, Gelar Sundanese Arts Festival
wawancara khusus wartawan Tribunlampung.co.id, Kiki Adipratama dengan Ketua Umum Paguyuban Pasundan Lampung Bustomi Rosadi.
Penulis: kiki adipratama | Editor: Dedi Sutomo
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG – Etnis Sunda merupakan salah satu suku di Indonesia. Masyarakat Sunda memiliki kultur budaya.
Seperti halnya suku lainnya di Indonesia, masyarakat Sunda pun kini banyak tersebar di berbagai daerah di tanah air. Termasuk di Provinsi Lampung.
Masyarakat Sunda ini biasanya tergabung dalam Paguyuban Pasundan. Akulturasi budaya pun terjadi seiring waktu. Termasuk di Lampung.
Sebagai bentuk pelestarian dan kolaborasi budaya, Paguyuban Pasunda Lampung pun menggelar Lampung Sundanese Arts Festival yang rencananya akan digelar di Kabupaten Tulangbawang Barat, pada Sabtu (30/10/2021) besok.
Untuk mengetahui kegiatan Lampung Sundanese Arts Festival, berikut wawancara khusus wartawan Tribunlampung.co.id, Kiki Adipratama dengan Ketua Umum Paguyuban Pasundan Lampung Bustomi Rosadi.
Baca juga: Persiapkan PTNBH, Rektor Unila Kunjungi Dua Universitas di Padang
Bagaimana latar belakang terbentuknya Paguyuban Pasundan Lampung?
Paguyuban Pasundan sendiri sudah terbentuk pada tahun 1913 di Bandung. Tujuannya itu adalah memerangi kebodohan dan kemiskinan. Itulah visi dari Paguyuban Pasundan. Untuk di Lampung sendiri terbentuknya itu diawali proses yang bisa kita sebut transmigrasi pada tahun 1951 pada masa Presiden Soekarno.
Karena Soekarno pernah menawarkan kepada siliwangi untuk membuka daerah di Lampung. Singkat cerita mereka itu langsung berangkat ke Lampung Barat tepatnya di Sumber Jaya. Sejak itu mereka terus berkembang banyak keturunan keturunannya yang tersebar di daerah lain.
Karena mereka tersebar, masing-masing dari mereka mendirikan perkumpulan, ada Pasundan, Pariangan dan lain-lain. Di Lampung akhirnya terbentuklah Paguyuban Jawa Barat (Pajar) untuk menyatukan seluruhnya itu dan dibentuk lah Pajar Lampung pada tahun 2010.
Dan saat ini karena memang kami melebur dengan Jawa Barat yang ada di Bandung, maka kami menjadi Pasundan berinduk kesana. Maka pada 2019 kemarin kami dikukuhkan dan di SK kan menjadi pengurus Pasundan Lampung.
Baca juga: Tak Punya Uang untuk Beli Ponsel, Bocah di Pringsewu Nekat Bobol Konter
Terkait warga etnis Sunda yang tinggal di pelosok dan juga hutan, apakah ada kendala untuk identitas kependudukan ataupun fasilitas lainnya?
Jadi memang etnis sunda ini sangat banyak sekali keturunannya di Lampung, ada beberapa hal yang menjadi hal yang menurut kami sangat ironis sekali. Jadi di Lampung Barat itu ada saudara-saudara kami yang tidak mendapatkan hak nya seperti lahan.
Mereka yang dulu membuka lahan iti malah justru tidak kebagian lahan saat ini. Waktu itu pada zaman Suharto lahan mereka dijadikan kawasan hutan. Sejak perpindahan kepemimpinan setelah Soekarno malah dieranya Suharto ini ditetapkan jadi kawasan hutan. Nah ini sangat luar biasa ya. Kalo kependudukan masih tetap ada tapi lahan mereka tidak punya.
Ada berapa jumlah anggota di seluruh Lampung? Di kabupaten/kota?
Sebetulnya kita ada mekanisme pengisian formulir secara online keanggotaan. Tapi memang itu belum berjalan dengan baik. Saat ini jika melihat perkembangannya saya kira di Lampung ini ada sekitar 1 juta orang. Karena memang dari 1951 itu sampai sekarang sudah berkembang pesat ke daerah Lainnya.