Lampung Tengah
Kisah Nenek di Lampung Tengah Fasih Berbahasa Prancis, Lahir dan Dibesarkan di Kaledonia Baru
Di masa pemerintahan kolonial Belanda, sang ayah dan beberapa kerabatnya dipekerjakan ke Kaledonia Baru.
Penulis: syamsiralam | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, LAMPUNG TENGAH - Suzzani (81), warga Dusun Mulyo Katon, Kampung Toto Katon, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah, ternyata memiliki kemampuan berbahasa Prancis dari Kaledonia Baru.
Ia lahir dan dibesarkan di Kaledonia Baru sebelum hijrah ke Indonesia.
Suzanni menceritakan, leluhurnya berasal dari Yogyakarta dan Blora, Jawa Tengah.
Di masa pemerintahan kolonial Belanda, sang ayah dan beberapa kerabatnya dipekerjakan ke Kaledonia Baru.
Baca juga: Apa Itu Peribahasa Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia, Berikut Penjelasannya
"Itu masih di zaman penjajahan (Belanda), ayah dari Jawa diberangkatkan dan dipekerjakan ke Kaledonia," kata Suzzani kepada Tribunlampung.co.id, Selasa (2/11/2021).
Ayah Suzzani pun menikah dengan wanita asli Kaledonia.
Dari penikahan itu, ia dikaruniai enam orang anak.
Suzzani adalah anak keempat dari enam bersaudara yang lahir pada 9 November 1939.
Suzzani tinggal di Kaledonia hingga usianya 14 tahun.
Baca juga: Apa Itu Kata Imbuhan Dalam Pelajaran Bahasa Indonesia
Saat itu sang ayah bekerja di tambang nikel di ibu kota Kaledonia Baru, Noumea.
Suzzani termasuk beruntung karena dapat mengenyam pendidikan hingga kelas tiga SMP di Kaledonia, meski tidak tamat.
Itulah kenapa Suzzani mahir berbahasa Prancis.
Ia biasa berinteraksi dengan warga pendatang dan warga asli Kaledonia.
Setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, kabar tersebut juga sampai kepada warga Indonesia yang ditempatkan di negara kepulauan Pasifik itu.
"Saya waktu itu ingat sekali, seluruh warga Indonesia yang ada di Kaledonia dikumpulkan di konsulat. Ada perwakilan Indonesia yang berpidato menerangkan jika Indonesia telah merdeka," kenangnya.
Saat itulah sebagian warga Indonesia kembali berpikir pulang ke Tanah Air.
"Kalau jumlahnya (yang pulang ke Indonesia) saya gak tahu. yang pasti rame sekali. Gak hanya yang dari Jawa, tapi dari provinsi lainnya di Indonesia," tuturnya.
Suzzani bersama ketiga saudaranya dan sang ayah kembali ke Indonesia dengan menumpang kapal dari Norwegia sekitar tahun 1950-an.
"Ibu sama dua adik saya gak ikut pulang. Waktu itu saya pulang dengan tiga saudara saya yang lainnya, dan juga ayah saya. Kapal merapat di Tanjung Priok dan kami ditempatkan di sana," ujarnya.
Sesampai di Indonesia, Suzzani dan keluarganya harus mengurus paspor dan dokumen kependudukan.
Karena ia saat itu tercatat sebagai warga Kaledonia.
Sempat ditempatkan di Jakarta dan Surabaya, barulah pada tahun 1953 Suzzani dan keluarga bersama ratusan orang lainnya akhirnya diberangkatkan menggunakan kapal laut dalam program transmigrasi di Kampung Totokaton, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.