Komut PTPN VII: "Kinerja Unggul Muaranya Harus Untung"
Transformasi manajemen PTPN VII dengan berbagai program restrukturisasi mulai menunjukkan hasil.Program yang dilakukan, yakni kinerja unggul
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, PESAWARAN - Transformasi manajemen PTPN VII dengan berbagai program restrukturisasi mulai menunjukkan hasil. Program yang dilakukan, yakni kinerja unggul (operational excellence) telah mencatatkan laba sejak 2020.
“Operational excellence yang kita lakukan sudah bertumbuh, baik berupa revenue maupun budaya kerja atau corporate culture. Namun, saya ingatkan kembali bahwa operational excellence itu muaranya harus kepada financial excellence,” kata Komisaris Utama PTPN VII Nurhidayat saat menginspeksi Kebun Karet PTPN VII Unit Waylima, Selasa (2/11/21).
Bersama R. Wiwin Istanti, salah satu Komisaris, pada kunjungan itu Nurhidayat didampingi Ryanto Wisnuardhy, Direktur PTPN VII dan SEVP Operation II Dicky Tjahyono.
Turut hadir, beberapa Anggota Komite Audit Komisaris, Kabag. Tanaman Wiyoso, Sekretaris Perusahaan Bambang Hartawan, Kabag SPI Ari Askari dan beberapa pejabat utama.
Dari Unit Waylima, rombongan melanjutkan inspeksi ke PTPN VII Unit Wayberulu.
Baca juga: Usaha Sulam Usus Eva yang Jadi Mitra Binaan PTPN VII, Berdayakan Ekonomi Masyarakat Sekitar
Dalam arahannya, Nurhidayat menyampaikan apresiasi kepada Unit Waylima yang meraih penghargaan Kebun Karet Berkinerja terbaik II Semester I/2021 se-PTPN Holding.
Namun, ia mengingatkan agar kebanggaan di luar harus menjadi kewaspadaan ke dalam.
Menurutnya, industri karet saat ini, terutama di PTPN Grup, masih bisa optimalisasi dalam kontribusi dalam mengumpulkan revenue. Kebanggan menjadi juara II, kata dia, bukan berarti Unit Waylima sudah menyumbang laba yang equivalen dengan dinamika korporasi.
Dari presentasi Manajer PTPN VII Unit Waylima, Nurhidayat mengkritisi angka-angka yang optimistis. Ia mengatakan, secara keseluruhan pencapaian kinerja Unit Waylima sudah baik dan membentuk grafik menanjak tajam, tetapi faktor keseimbangan dengan biaya pokok produksi harus tetap menjadi perhatian.
“Kita mencatat laba naik tetapi kalau biaya produksi juga tinggi, ya itu belum memenuhi unsur operational excellence menjadi financial excellence. Oleh karena itu, selain menaikkan produksi dan lama, kita juga harus tekan biaya produksi,” tambah dia.
Meskipun demikian, Nurhidayat menyatakan komoditas karet yang masih relatif stagnan kinerjanya harus tetap dipertahankan. Fluktuasi harga kelapa sawit yang saat ini sedang naik, kata dia, sangat terbuka juga terjadi pada karet.
R. Wiwin Istanti, komisaris PTPN VII menyoroti statemen Moehammad Baasith, Manajer PTPN VII Unit Waylima tentang kebun yang dikelolanya.
Menurut Wiwin, kebun dengan luas yang relatif kecil harus menjadi keunggulan kinerja dibanding dengan kebun lain.
“Kebun kecil justru harus menjadi keungulan komparatif. Sebab, dengan jangkauan yang lebih dekat, semua dapat dikontrol dengan maksimal. Dan itu pasti akan lebih sehat. Salah satu cara, bisa dilakukan kompetisi di internal,” kata dia.
Ryanto Wisnuardhy yang juga memberikan pengarahan mengatakan, komoditas karet harus terus melakukan upaya maksimal menaikkan produksi dan kontribusinya kepada manajemen.