Bandar Lampung

UMK Bandar Lampung 2022 Dipastikan Naik, Kadisnaker: Masih di Bawah Rp 50 Ribu

Upah minimum kota (UMK) di Bandar Lampung dipastikan naik di tahun 2022. Namun, untuk jumlah kenaikan masih sedang dalam perumusan.

Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id/V Soma Ferrer
Ilustrasi - Kadisnaker Bandar Lampung Wan Abdurrahman. UMK Bandar Lampung 2022 dipastikan naik. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Bandar Lampung - Besaran upah minimum kota atau UMK Bandar Lampung dipastikan naik di tahun 2022.

Namun, untuk jumlah kenaikan masih sedang dalam perumusan.

Hal itu menyusul naiknya upah minimum provinsi atau UMP Lampung tahun 2022.

"Masih dirumuskan prihal kenaikan, kita upayakan sebelum November habis, UMK sudah bulat kenaikannya," ujar Kepala Dinas Tenaga Kerja Bandar Lampung Wan Abdurrahman, Selasa (23/11/2021).

Untuk diketahui, UMP Lampung untuk tahun depan menjadi Rp 2.440.486,18.

Nominal itu naik sebesar Rp 8 ribu atau 0,35 persen dari yang berlaku di tahun ini, yakni Rp 2.432.001,57.

Ia membeberkan, kenaikan upah minimum di Bandar Lampung sendiri juga tidak naik secara signifikan.

"Masih di bawah Rp 50 ribu kenaikannya," kata dia.

"Jumlah itu masih dalam perumusan dewan pengupahan," lanjutnya.

Ia menjelaskan, tingkat kenaikan upah tersebut merujuk pada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Cipta Lapangan Kerja atau yang dikenal sebagai Omnibus Law.

"Jadi tahun ini adalah tahun pertama menggunakan indikator pertumbuhan ekonomi dan inflasi,"

"Sementara indikator kebutuhan hidup layak tidak lagi digunakan. Tidak lagi ada survey harga pasar tradisional," jelasnya.

UMP Cuma Naik Rp 8.484

Pemprov Lampung telah menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2022 sebesar Rp 2.440.486,18.

Upah ini hanya naik Rp 8.484,61 atau 0,35 persen dari UMP Lampung tahun 2021 yang sebesar Rp 2.432.001,57.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Kadisnaker) Lampung Agus Nompitu saat ditemui awak media di ruang kerjanya, Senin (22/11) mengatakan, angka UMP itu sesuai formula yang telah ditetapkan melalui Rapat Dewan Pengupahan Provinsi Lampung pada 15 November 2021.

"UMP ini juga telah di-SK-kan. SK Gubernur Lampung Nomor G/634/V.08/HK/2021 tanggal 19 November 2021 tentang UMP 2022," jelasnya.

Agus juga mengatakan jika penetapan angka UMP itu berdasarkan formula yang telah ditetapkan Kementerian Ketenagakerjaan mengacu UU 11 Tahun 2020 UU Cipta Kerja dan PP 36/2021 tentang Pengupahan dan Surat Edaran Menaker No. B-M/383/HI.01.00//XI/2021 tentang penyampaian data perekonomian dan ketenagakerjaan dalam penetapan upah minimum tahun 2022.

Menurut Agus, pertimbangan penetapan UMP ini juga melihat kondisi makro ekonomi daerah dan nasional, serta memperhatikan ketenagakerjaan di daerah dan secara nasional. UMP akan diberlakukan 1 Januari 2022.

Ia meminta setiap pemda di Lampung dapat memperhatikan UMP ini dalam menetapkan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK).

"UMK tidak boleh lebih rendah dari UMP dan perusahaan harus mengikuti formula yang telah ditentukan peraturan," jelasnya.

Lebih lanjut ia mengatakan, nilai UMK kabupaten/kota itu maksimal sudah diterima Disnaker Lampung pada 30 November 2021.

Ada 11 kabupaten/kota yang akan menentukan sendiri UMK-nya. Sementara 4 daerah yakni Pesawaran, Pringsewu, Tanggamus dan Pesisir Barat belum memiliki Dewan pengupahan sehingga UMK-nya mengikuti UMP.

Agus pun menegaskan jika pengusaha harus mematuhi soal upah ini.

"Jadi kalau ada perusahaan yang tidak mantaati UMP ini akan ada sanksinya sesuai tingkat pelanggaran norma pengupahan," kata Agus.

Adapun sanksinya sesuai Pasal 88 angka 63 UU 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Pasal ini menyebutkan, barang siapa melanggar ketentuan misalnya membayar upah lebih rendah dari upah minimum maka dapat dikenai sanksi pidana penjara paling singkat satu tahun dan paling lama empat tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 100 juta dan paling banyak Rp 400 juta. Tindak pidana tersebut termasuk ke dalam tindak pidana kejahatan sehingga pegawai/buruh dapat melaporkan ke polisi dan menempuh upaya hukum pidana terhadap pengusaha.

Namun penetapan UMP ini dikecualikan untuk usaha mikro kecil.

Untuk usaha mikro kecil, penetapan upahnya berdasarkan kesepakatan antara pemberi kerja dan tenaga kerjanya.

FSBKU Menolak

Ketua Federasi Serikat Buruh Karya Utama (FSBKU) Lampung, Tri Susilo menyatakan pihaknya menolak kenaikan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pekerja di Lampung.

Susilo menganalogikan, kenaikan UMP Rp 8.000 tidak akan cukup untuk menambah biaya operasional pekerja.

"Kita bulatkan kenaikannya Rp 10 ribu, itu saja belum cukup untuk tambahan beli bensin atau semacamnya," kata Susilo, Senin.

Menurut Susilo pihaknya sudah menyampaikan usulan kenaikan upah layak bagi pekerja buruh di Lampung.

Jika tahun lalu UMP sekitar Rp 2,6 juta perbulan maka tahun ini kenaikan bisa menyentuh minimal di angka Rp 3 juta.

"Layaknya upah di Lampung ini di atas Rp 3 juta. Tapi setidaknya bisa mendekati angka tersebut, pada kenyataannya justru naik jauh dari apa yang kami harapkan," kata Susilo.

Susilo menambahkan, pihaknya akan melakukan konsolidasi dengan serikat buruh lainnya terkait kenaikan upah tersebut.

Tidak menutup kemungkinan gabungan serikat buruh bakal menggelar aksi demo penolakan UMP 2022.

(Tribunlampung.co.id / V Soma Ferrer)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved