Bandar Lampung
Dapat Kucuran Rp 600 Miliar, Pembangunan RS Unila Segera Dilanjutkan
Kucuran dana dari Asian Development Bank (ADB) sebesar 44 juta dolar AS (sekitar Rp 600 miliar) beserta dana pendampingan dari Unila.
Penulis: sulis setia markhamah | Editor: Daniel Tri Hardanto
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Pembangunan Rumah Sakit Perguruan Tinggi Negeri (RSPTN) Universitas Lampung akan dilanjutkan.
Rencananya, pengerjaan konstruksi RSPTN kembali dimulai pada April atau Mei 2022.
Berikut pembangunan gedung Integrated Research Centre (IRC) dan sarana prasarana pendukung lainnya.
Kucuran dana dari Asian Development Bank (ADB) sebesar 44 juta dolar AS (sekitar Rp 600 miliar) beserta dana pendampingan dari Unila akan mengoptimalkan realisasi pembangunannya.
Baca juga: Unila Terima Kunjungan Kerja Senat Politeknik Negeri Jakarta
Perwakilan ADB Indonesia bersama tim Belmawa Kemendikbud, Rektor Unila Karomani, Pembantu Rektor IV Bidang Perencanaan, Kerjasama dan TIK Suharso meninjau langsung RSPTN Unila seluas 7,8 hektare itu, Selasa (7/12/2021).
Perwakilan ADB Indonesia Sutarum Wiryono mengapreasiasi kemajuan dari tim RSPTN Unila melalui pergerakan yang cukup bagus dengan tim yang dinilai sangat kompak.
“Ini awal yang baik. Untuk posisi pinjaman antara ADB sudah melakukan loan negosiation (negosiasi pinjaman) dengan Pemerintah Indonesia Juni lalu, sudah disetujui oleh Board of Director ADB pada November," tutur Sutarum dalam Workshop Project Readiness Criteria Higher Education for Technology and Inovation (HETI) Project Implementation Unit (PIU) di lantai dua Rektorat Unila, Selasa.
"Kita berharap langsung penandatanganan pinjaman atau loan signing, tapi Pemerintah Indonesia meminta dokumen pertanggungjawaban mutlak dan penyerapan anggaran," papar dia.
Di tahap awal 2022 mendatang, terusnya, dana pinjaman tersebut sudah akan digunakan untuk pembangunan yang sifatnya fisik/kontruksi bangunan, sarana prasarana, pengadaan equipment untuk mendukung laboratorium rumah sakit, dan juga untuk capacity building (pembangunan sumber daya manusia).
Baca juga: Unila Gelar Persiapan Akreditasi Internasional Program Studi
“Kami dari ADB memang meminta supaya komponen capacity building ini ditingkatkan, karena kita bukan membangun rumah sakit atau research centre saja, tapi membangun suatu ekosistem yang insya Allah memberi dampak jangka panjang,” jelas Sutarum.
Lebih lanjut dia mengatakan, ADB mensyaratkan ada konsultan yang dikhususkan untuk hospital management (manajemen rumah sakit) agar rumah sakit betul-betul berfungsi memberikan layanan modern, berbasis teknologi informasi.
Untuk tahapan pembangunan sendiri, sambung dia, setiap kegiatan sudah ada jadwalnya mulai dari persiapan, tender, kontruksi, hingga pascakontruksi.
“Sementara ini, kita tengah mengurus surat izin dari Kementerian Kesehatan, jadi sekitar April atau Mei 2022 sudah mulai pembangunan konstruksi,” katanya.
Rektor Unila Karomani mengatakan, Rumah Sakit Unila sudah lama mulai dibangun yaitu sejak 2010 lalu. Hanya saja sempat terbengkalai.
Pembangunan rumah sakit berlanjut pada 2016 di masa kepemimpinan Rektor Hasriadi Mat Akin dengan dibangunnya tiga gedung dari sumbangan dana APBD Pemerintah Kota Bandar Lampung.
“Alhamdulillah, saat ini ada titik terang untuk kelanjutan pembangunan dengan kucuran dana dari ADB, semoga ke depan pembangunan ini lancar dan selesai sesuai jadwal yang sudah dibuat,” ujarnya.
Direktur Belmawa Kemendikbud Aris Djunaidi turut mengapresiasi tim RSPTN Unila. Menurutnya, progress tim Unila sangat bagus dengan gambar maket dan desain yang luar biasa serta lokasi rumah sakit yang strategis baik untuk RSPTN maupun untuk IRC.
"Saat ini sudah ada 22 RSPTN yang sudah beroperasional dan menjalankan praktek. Ke depan RSPTN Unila juga dapat menjalankan praktek berbasis seperti yang diharapkan," ujar dia.
PIU Manager RSPTN Unila Satria Bangsawan mengatakan, tim sudah menyelesaikan detail engineering design (DED), mengantongi izin lingkungan (Amdal), dan saat ini tengah proses pengajuan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ke Pemkot Bandar Lampung.
RSPTN Unila menurutnya akan menjadi rumah sakit pelayanan prima yang memiliki tenaga medis dan nonmedis profesional. Capasity development ada dua basis yaitu kompetitif dan nonkompetitif.
"Untuk kompetitif akan bekerjasama dengan industri, perguruan tinggi nasional dan internasional, serta untuk nonkompetitif berupa training tenaga medis dan nonmedis. Sehingga saat rumah sakit di launching sudah siap dengan SDM yang melayani pasien,” katanya.