Muktamar NU
Malam Ini Ketum PBNU Ditentukan, Mekanismenya Melalui Usulan Baru Voting
Malam ini Ketum PBNU ditentukan, mekanismenya PCNU usulkan nama baru kemudian dimusyawarahkan dan selanjutnya voting.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Malam ini Ketum PBNU ditentukan, mekanismenya PCNU usulkan nama baru kemudian dimusyawarahkan dan selanjutnya voting.
Diketahui, gelaran Muktamar ke-34 NU memasuki agenda pemilihan Ketua Umum PBNU.
Diperkirakan ada dua nama kandidat yang berpotensi maju menjadi calon Ketum PBNU dalam Muktamar ke-34 NU.
Keduanya yakni KH Said Aqiel Siradj dan KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya.
Mengenai mekanisme pemilihan Ketum PBNU tersebut, Ketua SC Muktamar ke-34 NU Muhammad Nuh menjelaskan, nantinya setiap cabang mengusulkan nama.
Baca juga: Muktamar NU 2021, Empat Nama Digadang Bakal Maju Pencalonan Ketua Umum PBNU
Menurutnya, siapa saja boleh mengusulkan nama-nama sebagai calon kandidat ketua umum.
Namun, kata Nuh, ada syarat minimal dukungan untuk bisa ditetapkan sebagai calon ketua umum.
"Minimal 99 suara. Siapa saja yang mencapai 99 suara atau lebih dari 99 suara itu yang masuk calon Ketum PBNU," ungkap Nuh, saat diwawancarai di GSG UIN Raden Intan Lampung, Kamis (23/12/2021)..
"Kemudian, yang dapat 99 suara tadi itu kemudian diminta untuk musyawarah di antara mereka," imbuhnya.
Namun demikian, jika dalam musyawarah tidak ditemukan keputusan siapa yang akan menjadi Ketum PBNU, cara selanjutnya adalah dikonsultasikan kepada Rais Aam.
Baca juga: Muktamar NU 2021, PCNU Barito Kuala Nilai Gus Yahya Layak Jadi Ketum PBNU
"Apakah si A saja atau si B saja yang mau maju. Kalau misalnya di antara kandidat itu belum dapat mufakatnya, maka itu dikonsultasikan ke Rais Aam terpilih."
"Terserah Rais Aam terpilih nanti kalau merekomendasikannya satu, dua atau tiga, itu terserah Rais Aamnya."
"Kalau Rais Aam sudah memberikan persetujuannya," sambungnya.
Jika calonnya lebih satu, kata Nuh, maka baru akan dilakukan voting.
"Siapa yang dapat suara terbanyak dari situ ya itu yang akan menjadi Ketum."
"Itu sudah disepakati semua," pungkas Muhammad Nuh.
Mekanisme Pemilihan Rais Aam
Sementara itu, untuk mekanisme pemilihan Rais Aam PBNU, Nuh menjelaskan, akan digelar secara musyawarah.
Dia mengatakan, pemilihan Rais Aam dilakukan dengan mengusulkan 9 nama calon oleh setiap pengurus cabang dan pengurus cabang istimewa.
Lalu kemudian, dari 9 nama yang diusulkan tersebut akan mencari 9 nama terbesar untuk menjadi AHWA (ahlul halli wal aqdi).
Nantinya, lanjut Nuh, 9 ulama yang terkumpul dalam AHWA yang akan menunjuk siapa yang akan menjadi Rais Aam PBNU.
"Kalau model pemilihan Rais Aam itu kan mengusulkan 9 nama calon setiap pengurus cabang, wilayah, dan pengurus cabang istimewa."
"Dari 9 nama tadi itu dicari 9 nama terbesar."
"Nah, 9 terbesar itulah yang akan menjadi AHWA (ahlul halli wal aqdi) untuk memilih Rais Aam," jelas Muhammad Nuh.
Lokasi Pemilihan Ketum PBNU
Di sisi lain, lokasi pemilihan Ketum PBNU dalam Muktamar ke-34 NU di Lampung dipastikan digelar di Universitas Lampung atau Unila.
Lokasi ini mengalami perubahan, setelah sebelumnya pemilihan Ketum PBNU diagendakan di Pondok Pesantren Daarussa'adah Lampung Tengah.
"(Pemilihan ketua umum) di Universitas Lampung," ujar Ketua Steering Committee Muktamar ke-34 NU, Muhammad Nuh di Gedung Serbaguna (GSG) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Bandar Lampung, Kamis (23/12/2021).
Jalanan Macet
Sementara itu, jelang pemilihan Ketum PBNU dalam gelaran Muktamar ke-34 NU 2021, kondisi arus lalu lintas di beberapa ruas jalanan di Bandar Lampung mengalami kemacetan.
Diketahui, pemilihan Ketua Umum PBNU akan digelar Kamis (23/12/2021) malam.
Berdasarkan pantauan reporter Tribunlampung.co.id, terjadi peningkatan arus lalu lintas di sejumlah wilayah, tepatnya di sekitaran area penginapan peserta Muktamar NU 2021.
Tiga di antaranya adalah Jalan Wolter Mangonsidi, Jalan Jendral Ahmad Yani, dan Jalan Gatot Subroto.
Terlihat kepadatan kendaraan memadati ruas jalan.
Sejumlah aparat kepolisian juga nampak tengah mengatur arus lalu lintas di sekitaran lokasi kemacetan.
Sementara itu, terlihat pula beberapa muktamirin yang berada di luar area penginapan.
Rencananya pelaksanaan Muktamar NU 2021 hari kedua akan dilanjutkan dengan pemilihan Ketua PBNU.
Terdapat dua kandidat kuat yang bersaing untuk mengisi posisi tersebut, yakni Said Aqil Siradj dan Gus Yahya.
Terkait pemilihan tersebut, Gus Yahya mengklaim sudah mengantongi 469 suara jelang Muktamar Ke-34 NU.
Ia bahkan menegaskan jika suara tersebut bukan sekadar klaim.
“Dukungan itu solid dan bisa dicek langsung dari mana saja dukungan itu."
"Semua real, bukan sekedar klaim angka-angka,” kata Gus Yahya dalam konferensi pers bertajuk “Ngopi Bareng Gus Yahya dari Arena Muktamar” di Hotel Novotel, Kota Bandar Lampung, Selasa (21/12/2021) siang.
Gus Yahya mengaku, informasi soal 469 suara dukungan itu berasal dari Gus Ipul.
“Beliau yang mengawal suara dukungan itu, dan saya menerima laporannya,” ujar dia.
Jika Gus Yahya mengklaim mendapat 469 suara, maka sejatinya pemilihan ketua umum sudah selesai sebelum muktamar dibuka.
Namun, masalahnya, calon lain yakni Kiai Said Aqil juga mengklaim mendapat dukungan suara mayoritas.
Dalam beberapa kesempatan, kubu Kiai Said Aqil menyebut angka 389 suara dukungan untuk menjabat periode ketiga memimpin PBNU.
Jika suara Gus Yahya yang 469 dan suara Kiai Said yang 389 dijumlahkan, maka total terdapat 858 suara.
Padahal, menurut Gus Ipul, jumlah suara yang memiliki hak pilih totalnya 587.
Namun, karena ada sejumlah kepengurusan yang bermasalah, maka total suara sah dalam muktamar kali ini sebanyak 519.
Dengan demikian, ada kelebihan 339 suara.
Menurut Gus Ipul, angka 469 suara dukungan yang dipaparkan Gus Yahya semuanya real dan jelas siapa orangnya, siapa pengurusnya.
“Kami terbuka, ada daftarnya kalau ada yang mau mengecek,” ujarnya.
Pada bagian lain, Gus Ipul mengingatkan agar panitia pelaksana berhati-hati dalam melakukan verifikasi peserta, terutama peserta yang memiliki hak suara.
Hasil pemantauan di lapangan, kata dia, verifikasi digital tidak bisa membedakan SK yang sah dan SK yang tidak sah, sehingga perlu dilakukan verifikasi secara manual.
“Kami punya daftar pengurus yang sah, dan yang lain juga punya daftarnya. Itu sama daftarnya. Kita semua tahu. Jadi, jangan ada yang coba bermain,” tegasnya.
Sidang sempat ricuh
Kampus UIN Raden Intan Lampung menjadi satu di antara lokasi sidang pleno dalam rangka Muktamar ke-34 NU.
Sidang pleno pertama dan kedua berlangsung di GSG UIN Raden Intan.
Sidang pleno 1 ini sendiri dihadiri oleh sejumlah tokoh PBNU dan dipimpin oleh KH Mohammad Nuh.
Selain itu hadir pula sejumlah tokoh lain seperti Nadirsyah Hosen hingga tokoh Partai Golkar Nusron Wahid.
Sidang Pleno 1 Muktamar Ke-34 NU ini sendiri membahas tentang tata tertib (tatib) persidangan.
Adapun beberapa poin yang dibahas pada sidang pleno ini diantaranya, masalah korum peserta sidang.
Selain itu, poin lain yang dibahas adalah legalitas delegasi dari setiap pengurus cabang.
Saat sidang baru saja berlangsung, sejumlah muktamirin melakukan interupsi mempertanyakan legalitas peserta.
Pasalnya, muktamirin tersebut menduga adanya kekeliruan saat registrasi peserta muktamar.
Hal itu kemudian menimbulkan kericuhan yang membuat para tokoh NU yang memimpin persidangan meninggalkan meja.
Adapun tokoh NU yang meninggalkan meja sidang diantaranya KH Muhammad Nuh serta Nadirsyah Hosen Hal itu pun membuat persidangan harus di skors sementara.
Namun, setelah peserta sidang mulai kembali tertib, para tokoh PBNU tersebut pun kembali ke meja dan melanjutkan persidangan. ( Tribunlampung.co.id / Kiki Adipratama / Virginia Swastika )
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/Rapat-Pleno-Muktamar-NU.jpg)