Muktamar NU
Pemilihan Ketua Umum PBNU, KH Miftachul Akhyar: Harus Jadi Sosok Mendunia
Pemilihan Ketua Umum Ketua Umum PBNU diharapkan menghasilkan sosok yang mendunia. Hal ini diungkapkan oleh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Pemilihan Ketua Umum Ketua Umum PBNU diharapkan menghasilkan sosok yang mendunia.
Hal ini diungkapkan oleh Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftachul Akhyar saat menghadiri pembukaan Muktamar ke-34 NU di Pondok Pesantren Darussa’adah, Lampung Tengah, Rabu (22/12/2021).
KH Miftachul Akhyar singgung soal harapannya mengenai karakter pewaris Nadhlatul Ulama (NU) agar bisa menjadi sosok yang mendunia.
"Rasulullah Allah dan para nabinya, terutama Rasulullah SAW adalah untuk dunia bahkan alam semesta, maka para pewarisnya itu Nahdlatul Ulama harus juga mendunia dan sekarang sedang dinantikan kiprahnya di dunia," kata Miftachul.
Menurutnya, demi mendukung tujuan tersebut, pewaris NU harus memiliki karakter baik yang kokoh.
Baca juga: Sempat Berlangsung Ricuh, Sidang Pleno 1 Muktamar NU Diskors Sementara
"Maka karakter-karakter yang mendunia harus terus digali dengan diperkokoh. Sifat-sifat membebek, gerutak-gerutuk, latah segera kita enyahkan," tambahnya lagi.
Ia juga berharap agar kader organisasi keagamaan itu dapat menunjukkan semangat dalam menjaga idealisme dalam bersikap baik.
Pasalnya, dirinya percaya bahwa sifat-sifat latah hanya akan merusak kemaslahatan manusia.
"Kader Nahdaltul Ulama harus mampu menunjukkan kepribadian dan semangat menuju kebaikan serta menjaga idealisme dalam bersikap.
"Ikut-ikutan orang lain dan menjadi latah hanya akan membuat kita terpecah belah, terombang-ambing, dan menjadi bulan-bulanan."
Baca juga: Muktamar NU 2021, Malam Ini Pembahasan Tatib dan LPj PBNU Masa Khidmat 2016-2021
"Dengan perpecahan tidak ada satu kebaikan yang akan dianugerahkan Allah kepada seseorang pun, baik orang-orang terdahulu maupun orang yang akan datang belakangan," tambahnya.
Miftachul Akhyar juga mengakui kekuatan besar yang dimiliki para kader NU.
Sayangnya, di matanya, NU masih belum sepenuhnya memosisikan diri di tempat yang semestinya.
"Kekuatan jamiatun Nahdlatul Ulama sebenarnya sangat luar biasa, tapi selama ini warga Nadhaltul Ulama yang hanya memosisikan diri sebagai jamaah belum ber-jamiah. Inilah yang perlu kita jamiahkan."
"Jangan sampai nanti warga tercerai berai hanya untuk kepentingan sesaat. Mereka harus mengikuti satu pemandu yang dikomando dari PBNU dan didukung dari para Mustasyarin dan para ulama panutan kita," sambungnya.
Selain itu, Miftachul Akhyar menambahkan NU memiliki tugas yang cukup penting dalam hal memanfaatkan potensi yang ada dengan baik dan benar.
Pasalnya bila tidak dikelola dengan baik hal tersebut dapat berakibat fatal dan menyebabkan perpecahan.
"Menjamiahkan jamaah dengan segala potensinya yang berkekuatan raksasa ini menjadi pekerjaan rumah terpenting dari sekian pekerjaan rumah yang lain."
"Sebab potensi raksasa ini kalau tidak dikelola dengan baik dan benar justru akan menjadi beban dan terpecah belah, menjadi bulan-bulanan dan diperebutkan oleh kelompok-kelompok yang lain," imbuhnya lagi.
Di samping itu, RaIs Aam PBNU tersebut mengajak peserta Muktamar NU 2021 untuk dapat menyongsong NU yang lebih baik lagi.
"Marilah kita songsong satu abad untuk masuk ke abad kedua Nahdlatul Ulama dengan menyegarkan kembali gerakan dan sistem komando kita agar posisi Nahdaltul Ulama sebagai ashabul haq sekaligus ashabul qarar dapat terwujud dalam berbagai dimensi kehidupan dan kebangsaan dan kemaslahatan kita," tambah KH Miftachul Akhyar.
Tak hanya itu dalam Pemilihan Ketua Umum PBNU, Wakil Presiden Ma'ruf Amin sempat meminta agar Ketua PBNU yang nantinya terpilih dapat menyelesaikan masalah (fakih).
Karena dirinya dulu pernah sebagai Rais Aam pada muktamar di Jombang, Jawa Timur.
Hal itu disampaikan Wapres Ma’ruf Amin saat menyampaikan konferensi persnya di Hotel Radisson, Rabu (22/12/2021).
“Ada beberapa kriteria yang harus dilewati oleh calon ketua PBNU,” kata Ma’ruf Amin.
Selain fakih, seorang calon Ketua PBNU itu harus tahu organisasi, harus bisa menjadi seorang motor pergerakan ulama dalam mengislah dan jangan sampai digerakan.
Tetapi, semua keputusan itu diserahkan kepada muktamirin dan mereka yang tahu pemenangnya.
Diakui oleh Ma’ruf Amin, Rois Aam bukan sekedar posisi di organisasi. Tapi harus memiliki posisi central.
Terpenting itu Ketua PBNU terpilih harus bisa menjalankan program yang telah dirancang.
Terbaru, ada dua calon kuat untuk menduduki kursi ketua umum PBNU pada Muktamar ke-34 NU di Lampung.
Yakni, KH Said Aqil Siradjyang merupakan petahana. Lalu Yahya Cholil Staquf atau dikenal Gus Yahya.
Keduanya pun mengklaim telang mengantongi dukungan dari pengurus PCNU.
Pemilihan Dipindahkan
Sebagaimana diketahui, Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama telah dimulai dengan Sidang Pleno I yang membahas soal tata tertib muktamar.
Sekretaris Panitia Pelaksana Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama, KH Syahrizal Syarif memastikan pemilihan calon Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tidak dilangsungkan di Pondok Pesantren Daarussa'adah Lampung Tengah.
Dia menyebut, perubahan lokasi pemilihan atas masukan dari Muktamirin atau peserta Muktamar dalam forum Sidang Pleno I yang berlangsung dinamis.
"Tadi sudah diputuskan, tempatnya akan pindah di Bandar Lampung, tapi lokasinya belum diketahui dan diserahkan kepada penyelenggara," ujar Syahrizal di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan, Bandar Lampung, Rabu (22/12/2021) malam.
Berlangsung dinamis dan cenderung alot, dikatakan Syahrizal, Sidang Pleno I akan dilanjutkan Sidang Pleno II untuk membahas Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) kepengurusan PBNU periode 2015-2020.
"Kemudian, kita lihat apakah LPJ itu diterima atau ditolak. Saya rasa kita sudah biasa rapat pleno sampai subuh dan itu tidak akan mengganggu rapat pleno selanjutnya," terangnya.
Adapun seluruh proses Sidang Pleno I dan Sidang Pleno II dilangsungkan secara tertutup.
Sementara untuk lokasi pemilihan Ketua Umum PBNU terdapat tiga lokasi, yakni UIN Raden Intan, Universitas Negeri Lampung, dan Universitas Malahayati.
Sejauh ini, ada dua nama kandidat yang berpotensi maju menjadi Ketua Umum PBNU yakni KH Said Aqil Siroj dan KH Yahya Cholil Staquf.
Profil Singkat KH Asad Said Ali
KH Asad Said Ali adalah mantan wakil kepala Badan Intelijen Negara (BIN).
Dia dipercaya Presiden KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjabat di BIN.
Rizal Ramli menambahkan rekam jejak Asad Said Ali tak perlu diragukan lagi.
Ia adalah Alumnus Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta dan Alumni Hubungan Internasional UGM.
KH As'ad Ali mendapat Gelar Doktor Horonis causa dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro (UNDIP) Semarang, dan Penanggung jawab kaderisasi di PBNU.
"Kiai Asad akan mampu memimpin NU untuk meneruskan dan memperbaharui Khitah NU 1926, menjadi bagian penting dari peningkatan keadilan dan kemakmuran Rakyat," katanya.
Profil KH Yahya Cholil Staquf
Sebagaimana diikutip dari Tribunnews, KH Yahya Cholil Staquf berasal dari di Rembang, Jawa Tengah.
Ia lahir pada 16 Februari 1966.
KH Yahya Cholil Staquf merupakan tokoh Nahdlatul Ulama dan saat ini menjabat sebagai Katib Aam Syuriah PBNU.
Ayahnya merupakan tokoh NU sekaligus salah satu pendiri Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), KH. Muhammad Cholil Bisri.
Ibunya bernama Muchisnah.
KH Yahya Cholil Staquf juga merupakan keponakan dari Pengasuh Pondok Raudlatut Thalibin, KH Mustofa Bisri atau Gus Mus.
Soal pendidikan, KH Yahya Cholil Staquf mendapatkan pendidikan formal di pesantren.
Ia pernah menjadi murid KH. Ali Maksum di Madrasah Al-Munawwir Krapyak di Yogyakarta.
Pendidikannya berlanjut di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Gadjah Mada.
Baca juga: Muktamar NU 2021, Pasca Salat Istikharah Alzier Yakin Gus Yahya Terpilih Jadi Ketum PBNU
Dibesarkan dari kultur Nahdilyin kuat dan kehidupan pesantren, KH. Yahya Cholil Staquf pun pernah menjadi pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang, Jawa Tengah.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dan sebagian tayang di Tribunlampung.co.id
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lampung/foto/bank/originals/Muktamar-NU-2021-KH-Miftakhul-Akhyar-Bersyukur-Tugasnya-Sebagai-Rais-Aam-PBNU-Selesai.jpg)