Kisah di Balik Muktamar NU di Lampung, Tarik Menarik Jadwal, Privat Jet, hingga Deklarasi Gus Yahya
Gus Yahya ditemani sejumlah pentolan NU seperti Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul dan juga Habib Hilal dan Ulil Absar Abdallah.
Penulis: Andi Asmadi | Editor: Andi Asmadi
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama di Lampung, 22-24 Desember 2021, telah usai. Rais Aam PBNU dan Ketua Umum PBNU 2021-2026 sudah terpilih. Muktamar itu berlangsung lancar tanpa kendala berarti. Namun, tak banyak yang tahu, beragam kisah seru di balik pelaksanaan muktamar tersebut.
Masyarakat awam hanya tahu bahwa pemilihan Ketua Umum PBNU dilakukan secara voting dalam dua putaran yang dimenangkan oleh KH Yahya Cholil Staquf pada Jumat (24/12) pagi.
Dalam prosesnya, sebelum dan selama pemilihan berlangsung, terjadi tarik menarik yang kuat di antara kedua kubu.
Menjelang pelaksanaan muktamar, munculnya dua calon kuat Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj (incumbent ketua umum) dan Yahya Cholil Staquf (katib aam), pada akhirnya membentuk dua kutub.
Dalam penetapan jadwal muktamar pun, tak dapat dihindari, terjadi polarisasi yang kuat.
Baca juga: Kisah di Balik Muktamar NU di Lampung, Sukses Menggolkan Duet Kiai Miftach-Gus Yahya
Baca juga: Kisah di Balik Muktamar NU di Lampung, Gus Yahya dan Thomas Riska Nekat Naik Speedboat ke Merak
Ketika jadwal muktamar yang semula 23-25 Desember 2021 diubah karena ada rencana kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3, muncul dua keinginan: memajukan dan memundurkan jadwal.
Kedua kubu terlihat nyata di sini. Kubu Said Aqil ingin dimundurkan ke Janauri 2022, sedangkan kubu Yahya Staquf ingin dimajukan ke 17-19 Desember 2021.
Untunglah pemerintah batal memberlakukan PPKM Level 3, sehingga jadwal bisa kembali ke semula, 23-25 Desember, yang kemudian direvisi menjadi 22-23 Desember. Dalam pelaksanananya, acara baru bisa ditutup pada 24 Desember.
Sebelum pelaksanaan muktamar, pertarungan antara Said Aqil dan Yahya Staquf juga terasa di Lampung. Mereka tercatat masing-masing berkunjung ke Lampung. Bahasa resminya adalah mengecek persiapan pelaksanaan muktamar.
Namun, ada makna lain dari kunjungan itu. Tentu saja, membangun komunikasi dengan para pemilih di Lampung, yakni para pengurus PCNU dan PWNU.
Gus Yahya datang ke Lampung pada 17 Oktober 2021 dan langsung bertemu sahabatnya, Thomas Azis Riska, di Bukit Mas.
Malam harinya, Gus Yahya menggelar silaturahmi dengan PCNU dan PWNU Lampung. Dari sini, muncul klaim bahwa Lampung mendukung Gus Yahya menjadi Ketua Umum PBNU.
Berselang empat hari kemudian, giliran Said Aqil yang berkunjung ke Lampung dan menggelar silaturahmi juga dengan PCNU dan PWNU. Di sini juga muncul klaim bahwa PCNU se-Lampung mendukung Said Aqil menjadi ketua umum untuk periode ketiga.
Dari kunjungan Gus Yahya dan Said Aqil ke Lampung, juga terlihat siapa yang mendukung siapa. Juga jelas terlihat bahwa suara Lampung terpecah ke kedua kubu, meski dukungan untuk Gus Yahya lebih banyak yang mengemuka.
Sejumlah pengurus PCNU yang punya hak suara saat dihubungi Tribun memberikan pernyataan off the record dan meminta pernyatan yang keluar adalah “belum menentukan sikap” atau “masih wait and see”.
Keseruan lain muncul dua hari menjelang pelaksanaan muktamar, yakni 20 Desember. Gus Yahya lebih dulu tiba di Lampung dan kedatangannya sempat viral karena tertangkap kamera baru turun dari privat jet atau pesawat pribadi.
Isu ini sempat bergulir namun kemudian reda setelah Gus Yahya memberikan klarifikasi bahwa timnya telat mengurus tiket sehingga tidak bisa ikut dalam penerbangan reguler, dan akhirnya menggunakan privat jet. Pemilik pesawat itu adalah salah satu pengurus PBNU.
Ke mana Gus Yahya berlabuh? Dia ternyata tidak menuju hotel, tetapi ke kediaman sahabatnya, Thomas Azis Riska, di Bukit Mas.
Di lokasi tersebut banyak terdapat kamar cottage dan villa yang kemudian dijadikan posko untuk tim Gus Yahya selama muktamar.
Gus Yahya ditemani sejumlah pentolan NU seperti Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul dan juga Habib Hilal dan Ulil Absar Abdallah. Mereka pun bersantap malam di Bukit Mas dan menikmati suguhan durian.
Said Aqil juga sudah tiba di Lampung pada hari yang sama. Hanya saja, wartawan Tribun kesulitan untuk mengakses keberadaan Said Aqil. Pada Senin malam diperoleh informasi bahwa Said Aqil berada di Lampung Tengah.
Said Aqil bersama sejumlah tokoh NU berada di kediaman KH Muhsin Abdillah, Rais Syuriah PWNU Lampung, yang juga pengasuh pesantren Darussa’adah Lampung Tengah.
Komunikasi media yang dilakukan tim Gus Yahya memang lebih intens ketimbang tim Said Aqil. Wartawan lebih mudah mengakses ke Gus Yahya maupun orang dekatnya seperti Gus Ipul, ketimbang ke Said Aqil atau orang terdekatnya. Yang kerap memberi pernyataan dari kubu Said Aqil adalah pengurus PCNU yang mendukungnya.
Pada 21 Desember, sehari menjelang pembukaan muktamar, Said Aqil dan Gus Yahya sama-sama menggelar konferensi pers.
Waktunya pun hanya berselang satu jam. Said Aqil pukul 13.00 WIB di Universitas Malahayati sedangkan Gus Yahya pukul 14.00 di Hotel Novotel.
Hanya saja, undangan dari Gus Yahya sudah menyebar sejak jam 09.00 pagi, sedangkan undangan dari Said Aqil lebih telat.
Yang datang ke lokasi konferensi pers Gus Yahya lebih banyak dari kalangan pemimpin redaksi dan wartawan media di Lampung serta wartawan media nasional.
Pada 21 Desember malam hari, Gus Yahya kembali mengadakan pertemuan dengan seluruh pengurus PCNU dan PWNU pendukungnya di Graha Wangsa.
Di situ kemudian muncul klaim bahwa sebanyak 447 pengurus PCNU dan PWNU se-Indonesia yang memiliki hak pilih mendeklarasikan dukungan untuk Gus Yahya.
Pada 23 Desember, beberapa jam sebelum pemilihan, Gus Yahya bahkan masih sempat menggelar konferensi pers lagi.
Akibatnya, lebih banyak pemberitaan media dari sisi Gus Yahya ketimbang pemberitaan dari sisi Said Aqil.(*)