Kisah di Balik Muktamar NU di Lampung, Sukses Menggolkan Duet Kiai Miftach-Gus Yahya
Komposisi AHWA yang terpilih sebanyak 9 orang menunjukkan bahwa kubu Gus Yahya berada di atas angin dalam Muktamar ke-34 NU.
Penulis: Andi Asmadi | Editor: Andi Asmadi
TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, BANDAR LAMPUNG - Siapa calon yang akan terpilih menjadi Ketua Umum PBNU sebenarnya sudah bisa diketahui dari hasil pemilihan 9 kiai sepuh atau yang resminya disebut Ahlul Halli wal Aqdi (AHWA) pada Kamis (23/12) malam.
Namun, sebelum dan sesudah itu, terjadi banyak tarik menarik, intrik, bahkan intervensi yang bisa saja mengubah konstelasi suara.
Lokasi muktamar di Pesantren Darussa’adah, Lampung Tengah, sesungguhnya tak menyenangkan semua pihak.
Baca juga: Kisah di Balik Muktamar NU di Lampung, Tarik Menarik Jadwal, Privat Jet, hingga Deklarasi Gus Yahya
Baca juga: Kisah di Balik Muktamar NU di Lampung, Gus Yahya dan Thomas Riska Nekat Naik Speedboat ke Merak
Untuk jadi lokasi pembukaan pada Rabu (22/12), tak jadi masalah besar. Semua pihak bisa menerima di tempat itu nantinya akan hadir Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin.
Tapi, Sidang Pleno IV direncanakan digelar di lokasi tersebut. Sidang terakhir itu sangat urgen, karena terkait pemilihan AHWA, musyawarah mufakat untuk menetapkan rais aam, dan pemilihan ketua umum.
Setiap kubu pasti punya strategi tersendiri, yang mungkin ketika pemilihan ketua umum dilakukan di Lampung Tengah, tidak bisa berjalan dengan baik.
Itu sebabnya, dalam sidang muktamar, muncul desakan kuat agar lokasi Sidang Pleno IV dipindahkan dari Lampung Tengah.
Perdebatan mengenai hal ini cukup alot, meski akhirnya disepakati lokasi sidang benar-benar dipindahkan ke Kota Bandar Lampung. Belakangan, GSG Universitas Lampung akhirnya ditetapkan menjadi lokasi pemilihan.
Seperti pada munas atau muktamar berbagai organisasi, pembahasan alot menjelang pemilihan adalah pembahasan tata tertib.
Kedua kubu pasti berusaha menggolkan tatib yang menguntungkan pihaknya. Termasuk mengkritisi berbagai kemungkinan munculnya celah yang bisa dimanfaatkan kubu lawan.
Syaifullah Yusuf atau Gus Ipul, saat konferensi pers mendampingi Gus Yahya di Hotel Novotel, Selasa (21/12), mewanti-wanti panitia agar jangan ada yang mencoba bermain, terutama dalam hal verifikasi peserta. Jangan sampai peserta yang memiliki SK ilegal menjadi peserta yang memiliki hak suara.
Sidang pertama yang membahas tatib pada Rabu (22/12) malam pun sempat ricuh ketika membahas soal peserta tidak sah ini.
Interupsi yang dilakukan peserta membuat suasana menjadi panas, namun tidak berkepanjangan karena sidang langsung diskors.
Wartawan juga langsung dibatasi sehingga perkembangan pembahasan tatib tidak terliput dengan baik.
Di tengah berlangsungnya sidang-sidang muktamar itu, tarik menarik suara atara kubu Said Aqil dan Gus Yahya semakin panas.