Kisah di Balik Muktamar NU di Lampung, Sukses Menggolkan Duet Kiai Miftach-Gus Yahya
Komposisi AHWA yang terpilih sebanyak 9 orang menunjukkan bahwa kubu Gus Yahya berada di atas angin dalam Muktamar ke-34 NU.
Penulis: Andi Asmadi | Editor: Andi Asmadi
Kubu Gus Yahya tetap optimistis bisa mendapatkan 447 suara, meski diprediksi akan berkurang sedikit setelah digerus kubu lawan.
Klaim 447 suara seperti yang disampaikan Syaifullah Yusuf dari kubu Gus Yahya, ditepis oleh Amin Nasution, Sekretaris Tim Kerja Said Aqil.
“Menghitungnya bagaimana,” kata Amin. Dia pun memunculkan angka-angka optimisme kubunya, yakni Said Aqil didukung oleh 21 PWNU dan 399 PCNU. Artinya, kubu Said Agil di atas kertas dapat 420 suara.
Konstelasi sempat sedikit berubah ketika muncul nama As’ad Said Ali, mantan Wakil Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), yang juga pernah menjabat Wakil Ketua Umum PBNU.
Kasak-kusuk yang muncul di kalangan peserta, As’ad mendapat sokongan dari beberapa kelompok kuat dan mencoba membuat celah dengan menempatkan diri sebagai pihak netral di antara kedua kubu.
Pada Kamis (23/12) malam, sudah mulai digelar pemilihan rais aam. Saat itu, KH Miftachul Akhyar menjabat Pj Rais Aam PBNU. Pada 2018, ia menggantikan Ma’ruf Amin yang maju menjadi calon presiden.
Mekanisme pemilihan rais aam ini dilakukan secara musyawarah mufakat oleh 9 kiai sepuh atau AHWA. Nah, AHWA itu sendiri dipilih oleh para peserta dari 505 cabang dan juga suara dari PWNU.
Nama-nama yang terpilih jadi AHWA sejatinya sudah menunjukkan kekuatan para calon. Sebab, AHWA dipilih berdasarkan suara terbanyak dari pemilik suara.
Komposisi AHWA yang terpilih sebanyak 9 orang menunjukkan bahwa kubu Gus Yahya berada di atas angin.
Itu terbukti kemudian ketika AHWA bermusyawarah untuk menentukan rais aam. Tanpa banyak perdebatan, Miftachul Akhyar akhirnya terpilih menjadi Rais Aam PBNU 2021-2026.
Kiai Miftach sebagai rais aam memang sudah menjadi skenario awal dari kubu Gus Yahya. Sedangkan kubu Said Aqil kabarnya menjagokan nama lain yang tak terpilih jadi AHWA.
Setelah rais aam terpilih, selanjutnya dilakukan pemilihan ketua umum. Mekanismenya, dilakukan dua putaran. Putaran pertama untuk memilih calon, yakni yang mendapatkan minimal 99 suara.
Calon yang terpilih akan diserahkan ke rais aam, apakah ada yang ditolak atau tidak, atau langsung dilanjutkan ke putaran kedua.
Pada putaran pertama, peta kekuatan calon sudah terbentuk. Seperti tercermin dari pemilihan AHWA, Gus Yahya meraih suara terbanyak yakni 327 suara. Sedangkan Said Aqil meraih 203 suara.
As’ad Said yang sempat dikhawatirkan akan mengubah konstelasi, hanya mendapat 17 suara, lalu KH Mustamar 2 suara, Ramadhan Bayo 1 suara.