Kisah di Balik Muktamar NU di Lampung, Sukses Menggolkan Duet Kiai Miftach-Gus Yahya
Komposisi AHWA yang terpilih sebanyak 9 orang menunjukkan bahwa kubu Gus Yahya berada di atas angin dalam Muktamar ke-34 NU.
Penulis: Andi Asmadi | Editor: Andi Asmadi
Dengan demikian, hanya ada dua calon yang akan lanjut ke putaran kedua, yakni Gus Yahya dan Said Aqil. Jika mengacu pada hasil putaran pertama, pemilihan hampir pasti akan dimenangkan oleh Gus Yahya.
Namun, seperti diakui salah seorang tim Gus Yahya, ada kekhawatiran suara mereka akan lari ke Said Aqil. Ia pun mengungkap banyak intrik yang berjalan di arena muktamar.
Untungnya, kata tim Gus Yahya tadi, proses dari putaran pertama ke putaran kedua tidak memakan jeda waktu yang lama.
Demikian pula, sinyal komunikasi di arena muktamar yang dihadiri Wakil Presiden Ma’ruf Amin, di-jammed.
Sedikitnya tiga mobil yang memiliki peralatan pengacau sinyal ponsel berada di lokasi muktamar. Komunikasi digital dengan peserta, terutama dengan pihak luar, hampir tidak ada.
Pada akhirnya, hasil putaran kedua menunjukkan, suara untuk Gus Yahya dari putaran pertama tidak ada yang lari, bahkan ketambahan 10 suara menjadi 337 suara.
Sedangkan Said Aqil juga ketambahan 7 suara sehingga menjadi 210 suara. Gus Yahya pun terpilih menjadi Ketua Umum PBNU 2021-2026.
“Sejujurnya, suara kami tergerus sekitar 100 suara,” kata salah seorang tim Gus Yahya. Ia menduga ada peserta yang sebelumnya sudah berkomitmen berhasil dipengaruhi oleh kubu lawan.
Kubu Said Aqil pun mengaku suaranya tergerus banyak. “Kalau hitung-hitungan awal kami bisa mendapatkan sekitar 400 suara,” ujarnya.
Apakah ada praktik money politics? Isu yang bergulir memang ada kabar seperti itu, misalnya satu suara Rp 50 juta bahkan Rp 100 juta, namun sangat sulit untuk membuktikannya.
Cerita money politics yang sama selalu muncul di momen munas atau muktamar organisasi manapun.(*)