Breaking News

Menteri Agama Yaqut Bela KSAD Jenderal Dudung: 'Clear, Pernyataan Pak Dudung Tak Menista Agama'

Pernyataan KSAD Jenderal Dudung tentang pilihan berdoa menggunakan bahasa Indonesia adalah hal yang tidak perlu diperdebatkan, kata Menag Yaqut.

Editor: Andi Asmadi
DOK TRIBUN
Menag Yaqut Cholil Qoumas (kiri) bersama sahabatnya, Thomas Azis Riska, menghadiri pengukuhan PBNU di Kaltim, belum lama ini. Menag Yaqut menegaskan, pernyataan KSAD Jenderal Dudung Abdurachman soal berdoa dalam bahasa Indonesia, tak mesti bahasa Arab, karena Tuhan bukan orang Arab, adalah celar dan tidak perlu diributkan karena itu bukan penistaan agama. 

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, JAKARTA - Polemik seputar pernyataan Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Dudung Abdurachman mengenai bahasa dalam doa yang tidak mesti menggunakan bahasa Arab karena Tuhan bukan orang Arab, mendapat tanggapan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas.

"Pernyataan KSAD Jenderal Dudung tentang pilihan berdoa menggunakan bahasa Indonesia adalah hal yang tidak perlu diperdebatkan. Pernyataan Pak Dudung justru menegaskan bahwa Tuhan itu bukan makhluk," kata Menag Yaqut Cholil Qoumas, yang dikutip dari laman resmi Kemenag RI, Senin (7/2/2022).

Menag Yaqut menyampaikan hal tersebut sebagai respons atas laporan yang dilayangkan sekelompok orang ke Pusat Polisi Militer TNI AD (Puspomad TNI).

Baca juga: KSAD Jenderal Dudung Terinspirasi Jenderal M Jusuf, Bagi-bagi Susu untuk Prajurit dan Anaknya

Mereka yang menamakan diri Koalisi Ulama dan Pengacara Anti Penodaan Agama (KUHAP APA) itu, menganggap pernyataan Jenderal Dudung dalam sebuah podcast di YouTube sebagai penistaan agama.

“Itu clear sekali kalau kita memahami pernyataan Jenderal Dudung secara utuh. Pernyataan itu juga menjadi penegasan bahwa Tuhan memang bukan makhluk, tapi sebagai Khalik (Sang Pencipta). Sudahlah, tidak ada yang perlu diributkan dengan statemen itu,” ujar Menag Yaqut.

Menurut Menag Yaqut, dalam berdoa setelah shalat, umat Islam diperbolehkan menggunakan bahasa apa pun, termasuk bahasa Indonesia.

Menurut Menag Yaqut, pernyataan Jenderal Dudung dalam podcast tersebut juga dalam konteks soal pilihan dan cara berkomunikasi dengan Tuhan, jelas bukan bermaksud memosisikan Allah sebagai makhluk.

Kalimat Jenderal Dudung "karena Tuhan Kita itu Bukan Orang Arab" adalah tidak berdiri sendiri tapi bermakna penegasan setelah kalimat "pakai bahasa Indonesia saja".

Menag mengajak kepada semua pihak untuk mengedepankan proses klarifikasi (tabayyun) ketika melihat persoalan yang dinilai ambigu.

Termasuk pada pernyataan Jenderal Dudung, semestinya dapat diselesaikan dulu dengan bertemu atau berdiskusi langsung. Cara tersebut, menurut Menag, akan lebih elegan dan tak menguras energi.

Menag menilai, sebagai petinggi TNI, Jenderal Dudung sudah pasti dibekali kedalaman pengetahuan dan kematangan cara berkomunikasi kepada publik.

Dengan keyakinan itu, Jenderal Dudung tentu memiliki kehati-hatian dan mampu mengukur dampak pernyataan atau tindakannya di tengah publik.

“Termasuk soal agama, Jenderal Dudung justru selama ini memberikan perhatian besar terhadap upaya menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Mari kita harus jernih melihat setiap persoalan,”ucap Menag.

Klarifikasi Dudung

Sebelumnya, KSAD Jenderal Dudung Abdurachman memberikan klarifikasi mengenai pernyataannya tersebut dalam acara “Coffee Morning Pemimpin Redaksi Bersama KASAD” di Markas Besar Angkatan Darat (Mabes TNI AD), Senin (7/2/2022).

Dudung mengungkapkan bahwa dirinya berdoa kepada Tuhan menggunakan bahasa Indonesia. Ia juga meyakini bahwa bahasa Indonesia juga digunakan oleh masyarakat Tanah Air ketika berdoa kepada Tuhan.

"Teman-teman juga berdoa seperti ini, 'Anak saya hari ini ujian semester, mohon diberikan ketenangan, semoga bisa menyelesaikan persoalan-persoalan itu dengan baik dan nilainya bagus'. Bahasa Arabnya ‘kan kira-kira enggak tahu kita," ujar Dudung.

Dudung meyakini bahwa Tuhan mengerti ketika doa yang dirapalkan menggunakan bahasa Indonesia. "Mau pakai bahasa Sunda, bahasa Jawa, bahasa Ambon, semuanya, bahasa Inggris saja Allah tahu," ungkap mantan Pangkostrad itu.

"Jadi, bahasanya (berdoa) pakai bahasa Indonesia ya enggak apa-apa, enggak harus pakai bahasa Arab," sambung dia.

Dudung yakin pernyataannya itu tak ada maksud atau niat menistakan agama. Ia pun mengaku heran pernyataan tersebut dipersoalkan oleh kelompok masyarakat tertentu.

Dudung mengatakan, Emha Ainun Najib atau Cak Nun dulu pernah menyampaikan pernyataan yang hampir serupa. Akan tetapi, ia heran apa yang disampaikan Cak Nun tidak dipersoalkan.

"Karena Dudung yang ngomong, kejang, benar enggak?" kata Dudung.

Sebelumnya, Koalisi Ulama, Habaib, dan Pengacara Anti Penodaan Agama (KUHAP APA) melaporkan Dudung ke Puspomad terkait pernyataannya ketika menjadi bintang tamu di acara bincang-bincang di YouTube.

Koordinator KUHAP APA Damai Hari Lubis mengatakan, pernyataan Dudung tidak mencerminkan tupoksinya sebagai perwira tinggi TNI AD. "Jadi tidak sepantasnya secara etika dan secara hukum," kata Damai dalam keterangan tertulis, Minggu (30/1/2022).

Kalimat Jenderal Dudung dalam talkshow di YouTube yang dipersoalkan berbunyi begini: "Kalau saya berdoa setelah salat, berdoa saya simpel aja, ya Tuhan, pakai Bahasa Indonesia saja karena Tuhan kita bukan orang Arab. Ya Tuhan, ya Allah SWT, saya ingin membantu orang, saya ingin menolong orang."

Menurut dia, pernyataan Dudung itu sarat dengan tindak pidana formil dan mengandung delik umum

Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Darat (Danpuspomad) Letnan Jenderal Chandra Warsenanto Sukotjo menyampaikan pelapor KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman meminta penjadwalan ulang pemeriksaan.

Pernah Santri

Jenderal Dudung membantah tudingan dirinya telah memusuhi Islam. Menurutnya, anggapan oleh kelompok tertentu itu sama sekali tidak benar. "Saya ini pernah santri. Ada orang mengatakan saya musuhi Islam, itu enggak benar, salah. Saya santri, saya tidak pernah lewat salat lima waktu, tidak pernah lewat berpuasa," kata Dudung.

Jenderal Dudung menegaskan tuduhan itu salah besar. Ia menilai seharusnya masyarakat memerangi kelompok yang mencoba mengancam persatuan NKRI. KSAD bahkan selalu memberikan kultum di masjid-masjid saat kunjungan daerah.

"Jadi saya sering kultum. Saya sering menyampaikan, kalau belajar, mempelajari agama itu jangan terlalu mendalam kalau tidak ada ustadnya, tidak ada kiainya, tidak ada gurunya," tutur Dudung.

Ia menyayangkan kalimatnya (di sebuah video, red) dipotong menjadi kalau belajar agama jangan terlalu mendalam. "Makanya kalau saya sampaikan kebenaran sekalipun itu jadi persoalan," imbuhnya.

Mantan Pangkostrad ini menilai, ada kelompok-kelompok yang memiliki agenda tersendiri atas kedaulatan negeri. Mereka menggiring opini agar pernyataannya selalu salah di mata masyarakat. KSAD memandang pihak-pihak yang dimaksud berlindung dibalik alasan agama.

"Kalimat sejelek apapun kalau bungkusannya agama tidak jadi soal. Ada caci maki dan segala macam, ini yang kita waspada sebab ini membudaya," jelas dia.

Jenderal Dudung bertutur bahwa benar apa yang dikatakan Bung Karno 'perjuangan kalian akan lebih sulit melawan bangsamu sendiri'.

"Bangsa ini besar 17 ribu pulau, yang satu daratan Uni Soviet aja bubar," tuturnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved