Berita Terkini Artis

Viral Video Pengakuan Hendry Susanto, Fahrenheit Tak Akan Bawa Lari Uang Anggota

Sosok Hendry Susanto Fahrenheit kini ramai dicari-cari karena dianggap penipu yang lebih sadis dari Indra Kenz dan Doni Salmanan.

IST
Sosok Hendry Susanto Fahrenheit kini ramai dicari-cari karena dianggap penipu yang lebih sadis dari Indra Kenz dan Doni Salmanan. 

Tribunlampung.co.id - Sosok Hendry Susanto pencipta robot trading Fahrenheit kini ramai dicari-cari karena dianggap penipu yang lebih sadis dari Indra Kenz dan Doni Salmanan. Hendry Susanto dikabarkan membawa kabur uang member trading senilai Rp 5 triliun.

Hendry Susanto kini menghilang bak ditelan bumi setelah robot trading Fahrenheit miliknya ditutup oleh Bappebti, Kemendag bersama Satgas Waspada Investasi OJK.

Dalam video yang beredar viral, Hendry Susanto pernah membantah bahwa Fahrenheit adalah scam yang bisa membawa lari uang member.

"Kalau scam dibawa lari, itu bukan. Kita harus sadar investasi ada risikonya apalagi kita trading di market," katanya.

Hendry Susanto juga menyatakan Fahrenheit memiliki perizinan lengkap. Dia menyatakan tidak ada robot trading yang punya izin lengkap yang mengalami scam.

Baca juga: Lebih Sadis, Sosok Hendry Susanto Pemilik Robot Trading, Bawa Kabur Rp 5 Triliun

Baca juga: Merasa Dibohongi Suami Venna Melinda, Elma Theana Bongkar Borok Ferry Irawan

Nyatanya, Pemerintah memblokir robot trading Fahrenheit yang dikelola Hendry Susanto.

Hingga Februari 2022, Bappebti telah memblokir 336 perusahaan robot trading ilegal, seperti Fahrenheit, DNA Pro, Net89, Auto Trade Gold (ATG), dan lainnya.

Sosok Hendry Susanto mencuat di tengah kasus afiliator aplikasi trading Indra Kenz dan Doni Salmanan yang kini sudah dijebloskan penjara.

Hendry Sisanto adalah pemilik dari tobot trading Fahrenheit dengan jumlah member ribuan.

Fahrenheit sendiri merupakan perusahaan robot trading di Indonesia yang mengklaim bahwa mereka adalah perusahan robot trading pertama di Indonesia.

Henry Susanto yang merupakan pengusaha di bidang investasi saham kripto yang berlokasi di Jakarta dan memiliki banyak member yang menggunakan jasa robot trading mereka.

Aktivitas mereka seketika hilang sejak 3 Februari 2022 yang berhenti publikasi di sosial media mereka.

Baca juga: Korban Hendry Susanto Bermunculan, Total 300 Orang yang Tertipu hingga Ratusan Miliar

Baca juga: Artis Penerima Dana Doni Salmanan dan Indra Kenz Dapat Peringatan Keras dari Polisi

Tercatat pada Senin malam pada tanggal 7 Maret 2022, Fahrenheit dikabarkan mendadak melakukan Margin Call.

Broker yang melakukan margin call biasanya akan menutup paksa akun member dengan cara membuat dana investor menjadi nol atau minus.

Hal ini merugikan para nasabah karena margin call yang dilakukan oleh robot trading akan menyebabkan dana nasabah tidak bisa ditarik karena lenyap tak bersisa.

Anggota DPR Ahmad Sahroni, dalam akunnya @ahmadsahroni88 mengunggah kutipan tentang bos Fahrenheit yang saat ini buronan, kata-katanya berbunyi:

"PENIPU LEWAT ROBOT TRADING
FAHRENHEIT SENILAI 5 TRILIUN !!

WANTED!!

"Siapakah dia? Dia dikenal sebagai pemilik robot trading Fahrenheit dimana pada tanggal 7 maret 2022 sudah menipu uang masyarakat Indonesia,".

"Sampai skrg tidak ada pencarian penangkapan, dan anehnya berita pun tidak mau menulis padahal yang diambil sebesar 10 kali lipat dari Indra Kenz dan Doni Salmanan,"

"Yang lgi viral dan sudah byk yg melapor namun tidak ada respon! 5 Triliun secara live. Siapakah pejabat tinggi di balik investasi bodong ini?"

Lantas Ahmad Sahroni pun menanggapi hal tersebut dengan menuliskan caption dalam unggahannya tersebut.

Dalam akunnya @ahmadsahroni88 menuliskan"Adaaaa lagi lebih sadiss... entahbener entah engga. (apa bener sampe 5 T) wassalam ini kl sampe bener...

"Makanya saya Minta Polri untuk ta takut kejar pelaku Pemaen Trading llegal siapapun.. tegak Lurus pak @polisirepublikindonesia @divisihumaspolri @cyberpolri," pungkasnya dalam tulisan dengan menandai akun Polri.

Baca juga: Sosok Guru Indra Kenz Terungkap, Fakar Rich Buka Kelas Trading Binomo Jutaan Rupiah

Baca juga: Istri Juragan 99 Siap Hidup Miskin, Uang Rp 5.000 untuk Makan Sehari Sekeluarga

Ahmad Sahroni juga mengaku dirinya sudah mengusahakan penumpasan kasus ini dengan membawanya ke ranah pemerintahan.

Mengingat dirinya adalah sebagai anggota DPR RI dari komisi 3 yang membidangi hukum, HAM dan Keamanan.

Masih ada kaitannya dan bisa mengusahakan penumpasan kasus robot trading ini dengan mengerahkan aparat hukum.

Korban bermunculan 

Korban Hendry Susanto bermunculan, total 300 orang yang tertipu hingga ratusan miliar akibat robot trading Fahrenheit.

Diketahui, setelah kasus Indra Kenz dan Doni Salmanan mencuat ke permukaan, saat ini mulai bermunculan kasus penipuan trading lainnya, satu di antaranya robot trading Fahrenheit.

Beberapa korban kasus penipuan robot trading Fahrenheit mendatangi Mapolda Bali. Tujuh dari 300 orang yang merasa tertipu melaporkan kasus tersebut, Senin (14/3/2022).

Dua korban dari tujuh orang yang melaporkan kasus penipuan tersebut yakni Beni Kurniawan dan Murni Wiati didampingi beberapa korban lainnya.

Tujuh orang tersebut datang dan mewakili ratusan nasabah yang merasa dirugikan akibat robot trading Fahrenheit dari perusahaan PT FSP Akademi Pro.

Baca juga: Lebih Sadis, Sosok Hendry Susanto Pemilik Robot Trading, Bawa Kabur Rp 5 Triliun

Baca juga: Aset Doni Salmanan Disita Polisi, Suami Dinan Nurfajrina Cuma Bisa Pasrah

Tak main-main, beberapa nasabah tersebut ada yang rugi puluhan juta hingga ratusan juta rupiah dengan nilai kerugian dari korban yang ada di Bali mencapai ratusan miliar rupiah.

Menurut keterangan Beni dan Murni, perusahaan milik Hendry Susanto itu telah melakukan penipuan berkedok trading menggunakan robot.

"Kami sudah laporkan, mewakili 300 orang nasabah yang menjadi korban. Ada yang puluhan juta hingga ratusan juta," ujar Murni, Senin.

Sebelumnya, korban robot trading Fahrenheit ini mengatakan perusahaan PT FSP yang didirikan pada Juli 2021 ini tidak menuai masalah.

Namun secara tiba-tiba, nasabah mengalami margin call pada 18 Januari 2022 dengan alasan mengurus perizinan yang belum lengkap dan pada 25 Februari 2022 nasabah bisa whitdraw atau menarik modal.

"Tadinya ya aman-aman saja. Trading setiap hari ada profit. Baru tanggal 18 Januari 2022 diberhentikan. Alasannya mereka mengurus perizinan."

Baca juga: Juragan 99 Mengaku Siap Jika Semua Hartanya Diambil dan Hidup Susah Lagi

Baca juga: Juragan 99 Ternyata Terlibat Kasus Pabrik Bodong, Gilang dan Istri Jadi Tersangka

"Tanggal 25 Februari 2022 mereka kemudian menjanjikan akan trading dan bisa WD (whitdraw), menarik modal, ternyata tidak terjadi. Mereka tetap trading tapi kita tidak bisa whitdraw," kata Murni didampingi Beni.

Baru pada 7 Maret 2022, nasabah mulai mengalami hal yang tidak diinginkan atau lebih tepatnya mulai kehilangan modal yang mereka investasikan.

Meskipun robot trading tetap masuk ke pasar, namun hasilnya membuat mereka kecewa akibat tidak ada hasil yang didapatkan.

"Malamnya, trading lagi, tapi minus yang luar biasa dan itu terus menerus tidak setop sampai equity kita terkuras," kata Murni.

Murni dan Beni saat ditemui di lobi depan Gedung Ditreskrimsus Polda Bali, Senin (14/3/2022) mengatakan, korban investasi bodong tidak hanya 300, tapi lebih dari itu.

"Di Bali ini ada 300 orang yang menjadi korban, sedangkan untuk di seluruh Indonesia masih lebih dari itu. Total kerugian kalau dijumlahkan ada mencapai Rp 5 triliun," tambahnya.

Sementara itu, Murni mengaku korban yang rugi dan merasa tertipu dengan robot trading Fahrenheit kebanyakan dari korban yang kena PHK.

Ia pun berharap dengan kejadian ini dan setelah dilaporkan ke Ditreskrimsus Polda Bali, mereka berharap uang yang telah diinvestasikan bisa kembali.

"Tapi intinya itu, kami kan invest di trading lain juga. Jadi biar mereka tidak melakukan seperti yang Fahrenheit lakukan. Kalau sampai mereka melakukan, member seluruh Indonesia akan melawan," tegasnya.

Murni menuturkan, korban dari PT FSP Akademi Pro belum mengetahui pasti perizinan dari perusahaan itu. Namun begitu, saat ditanya mengenai kantor trading Fahrenheit itu, ia menjawab ada di Kuta, Badung.

"Infonya ada di Kuta. Tapi kantor pusatnya ada di Jakarta," kata Murni.

Kasus yang menjerat ratusan korban ini, sebelumnya diajak oleh perusahaan dengan bermodalkan SIUO dan NPWP saja, ditambah dengan keanggotaan APLI di awal mereka berkenalan.

Sedangkan dari kasus ini, sejumlah tempat yang di wilayah Indonesia seperti Jogjakarta, Surabaya, Medan dan beberapa lokasi lainnya juga sudah melaporkan kasus serupa.

Direktur Reskrimsus Polda Bali Kombes Pol Hendri Fiuser mengatakan, pihaknya masih mengecek terlebih dahulu laporan korban.

"Ya nanti saya cek dulu. Saya belum terima laporan resminya. Yang jelas, kalau sudah kami terima akan kami selidiki berdasarkan laporan yang ada," katanya.

(Tribunlampung.co.id/Reni Ravita)
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved