Bandar Lampung

Nelayan di TPI Lempasing Bandar Lampung Keluhkan Kelangkaan BBM Jenis Solar

Nelayan di Bandar Lampung mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sejak beberapa pekan terakhir.

Penulis: joeviter muhammad | Editor: Dedi Sutomo
Tribunlampung.co.id / Muhammad Joviter
Nelayan di Bandar Lampung mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sejak beberapa pekan terakhir. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung – Nelayan di Bandar Lampung mengeluhkan kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar sejak beberapa pekan terakhir.

Dampaknya, sejumlah nelayan yang menggunakan kapal motor terpaksa tidak melakukan aktivitas seperti biasanya.

Sukandi, seorang nelayan di  TPI Lempasing mengatakan, sudah lebih dari satu Minggu dirinya tidak pergi ke Laut.

Hal itu dikarenakan tak ada pasokan bahan bakar solar, untuk menggerakkan motor mesin kapal miliknya.

"Sudah berapa Minggu ini solar nya gak ada, gimana kita mau melaut," kata Sukandi, Sabtu (19/3/2022).

Baca juga: Mahasiswa Psikologi Islam UIN Raden Intan Lampung Menerbitkan Karya Novel Perdana

Baca juga: PCNU Tubaba Rombak Formasi Katib Syuriah dan Wakil Katib

Sukandi pun tak mengetahui dengan jelas alasan pasokan BBM jenis solar tersebut sulit didapatkan.

Hanya saja, lanjut Sukandi, stok solar yang masuk ke TPI Lempasing tidak sebanyak seperti biasanya.

"Kalau begini terus bagaimana mau ada pemasukan, karena kita kerja bergantung dari solar ini," ujar Sukandi.

Dikatakannya, dirinya hanya bisa berharap beberapa hari kedepan pasokan BBM Solar kembali normal.

"Secepat nya lah bisa normal, supaya kita nelayan nelayan kecil ini bisa melaut lagi," kata Sukandi.

Wandi, pengawas Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Lempasing mengakui sejak sepekan ini pasokan solar mulai mengalami kelangkaan.

Namun, pihaknya sudah mengambil sejumlah langkah untuk mensiasati kelangkaan tersebut.

"Salah satunya mencampur solar biasa dengan bahan bakar dexlite meskipun harga nya agak mahal," terang dirinya.

Baca juga: Pailit di Masa Pandemi, Faktor Calon Jemaah Haji di Mesuji Batalkan Keberangkatan

Baca juga: Memiliki Keperdulian pada Dunia Farmasi, Herman HN Dapat Penghargaan dari IAI

Menurutnya hal tersebut terpaksa dilakukan agar nelayan tetap bisa melaut.

"Harga solar bersubsidi perliter Rp 5.100 sedangkan harga Dexlite Rp 13.250, jadi dicampur," kata Wandi.

Pihaknya juga terpaksa mengurangi jatah solar yang dibagikan kepada para nelayan.

Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar setiap nelayan kecil maupun besar mendapatkan jatah solar.

Wandi mengakui, dampak pembatasan jatah solar berpengaruh terhadap pendapatan para nelayan.

"Kalau biasanya mereka melaut bisa 20 sampai 35 hari sekarang hanya 10 sampai 15 harian. Karena pasokan solar berkurang, pendapatan mereka ikut berkurang," kata Wandi.

( Tribunlampung.co.id / Muhammad Joviter )

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved