Bantuan Pembaca 'Kompas' dalam Penuhi Kebutuhan Air Bersih Warga Kelurahan Mojo, Surakarta
Pembaca Harian Kompas melalui YDKK berempati untuk membantu perpanjangan jaringan pipa air bersih untuk warga di Kelurahan Mojo, Jawa Tengah.
Tribunlampung.co.id, Jakarta - Pembaca Harian Kompas melalui Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas (YDKK) berempati untuk membantu perpanjangan jaringan pipa air bersih untuk warga di Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah.
Warga akhirnya bisa merasakan air bersih mengalir langsung dari leding di rumahnya. Sebelumnya, kebutuhan air bersih warga dipenuhi dengan membeli air menggunakan jeriken.
Peresmian Pembangunan Sambungan Air Minum Perpipaan di Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta, Jawa Tengah telah terselenggara pada Senin (28/3/2022).
Program perpanjangan jaringan pipa ini aliansi oleh Dana Kemanusiaan Kompas dengan Kelompok Swadaya Masyarakat Mojo Waras sejak akhir tahun 2021. Dana dari pembaca Kompas yang terkumpul sebesar Rp 87 juta.
Dana tersebut digunakan untuk memperluas jaringan pipa air bersih yang dipasok dari Perumda Air Minum Toya Wening, Surakarta, yang sebelumnya hanya ada 40 rumah menjadi 82 rumah. Rumah-rumah tersebut berada di RT 001 RW 003 dan RT 009 RW 002, Kelurahan Mojo.
“Dengan kerja sama ini, kami bisa menambah menjadi 42 SR (sambungan rumah). Jadi, total sekarang ada 82 SR,” ungkap Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat Mojo Waras Mursiyono.
Mursiyono juga menambahkan, dana yang diberikan juga dikelola dengan sistem dana bergulir. Tidak semua dana dihibahkan begitu saja.
Ada subsidi yang bisa diberikan kepada warga tidak mampu untuk membuat sambungan pipa hingga ke rumah mereka. Menurut rencana, hasil dana bergulir akan dimanfaatkan kembali kelak guna membangun fasilitas sanitasi.
Keberadaan sambungan air minum, lanjut Mursiyono, menjadi hal yang sangat penting. Sebab, sudah bertahun-tahun warga hidup tanpa saluran air bersih.
Ia mengingat betul, setidaknya 20 tahun lalu, warga mengandalkan kebutuhan air bersih dari sumur. Namun, lambat laun, air dari sumur berubah kotor.
”Warnanya sangat keruh. Airnya juga berbau. Jadi tidak bisa dikonsumsi. Lima tahun terakhir, kurang lebih, warga mengandalkan air bersih dengan membeli dari tukang air. Mereka membeli lewat jeriken-jeriken itu,” kata Mursiyono.
Istiyani Sari (35), warga RT 002 RW 009, mengungkapkan hal serupa. Semua kebutuhan rumah tangganya dipenuhi dengan air yang dibeli menggunakan jeriken. Harganya Rp 2.000 per jeriken. Ia membeli air jeriken setiap hari untuk keperluan memasak.
Dengan adanya sambungan air, ia merasa sangat terbantu. Hanya dengan Rp 8.000 per bulan, air yang mengalir dari ledingnya digunakan untuk semua keperluan. Mulai dari mencuci, memasak, dan lain sebagainya.
”Kalau dulu, air dari sumur tidak bisa dikonsumsi. Airnya berbau seperti besi berkarat. Untuk mencuci baju pun, kadang-kadang tersisa noda kekuningan buat baju putih. Jadi, senang sekali rasanya air minum sudah bisa mengalir sampai rumah,” ungkap Sari.
Manajer Eksekutif Yayasan Dana Kemanusiaan Kompas Anung Wendyartaka mengungkapkan penyaluran bantuan tersebut merupakan bentuk lain pemanfaatan dana donasi dari pembaca Kompas.