Berita Terkini Nasional

Inilah Persoalan yang Dihadapi Anak Muda Masa Kini, Mulai dari Keuangan hingga Percintaan

erbagai persoalan kehidupan menghadirkan rasa khawatir bagi para anak muda di Indonesia. Mulai dari pesoalan ekonomi dan non ekonomi.

Editor: Dedi Sutomo
Kompas.com
Ilustrasi - Deretan Anak Muda yang Masuk Daftar Forbes 30 Under 30 Asia. Inilah Persoalan yang Dihadapi Anak Muda Masa Kini. Ekonomi dan non ekonomi. 

Tribunlampung.co.id – Berbagai persoalan kehidupan menghadirkan rasa khawatir bagi para anak muda di Indonesia. Mulai dari pesoalan ekonomi dan non ekonomi.

Para anak muda ini merupakan kaum milenial dan juga generasi Z.

Kaum milenial merupakan warga negara yang lahir kurung 1981 hingga 1996.

Sedangkan untuk generasi Z (Gen Z), adalah penduduk yang lahir pada kurun waktu 1997 hingga 2012.

Kaum milenial dan generasi Z merupakan generasi penerus yang seharusnya memiliki peran signifikan dalam menentukan nasib bangsa kedepan.

Baca juga: Ganjar Beri Penghargaan kepada Atlet Difabel

Baca juga: Berikut Peluang Sejumlah Pasangan Bakal Calon Presiden pada Pilres 2024 dari Hasil Survei SMRC

Namun, sejauh ini peran generasi milenial dan generasi Z dalam menentukan arah kebijakan pembangunan melumlah dirasakan optimal.

Kondisi itu menghadirkan kegalauan tersendiri bagi kaum milenial dan generasi Z dalam menghadapi tantangan zaman kedepan.

Padahal jika mengacu sensus penduduk 2020, generasi milenial di Indonesia berjumlah 69,38 juta orang atau 25,87 persen dari total penduduk Indonesia.

Sementara generasi Z jumlahnya mencapai 74,93 juta jiwa, atau 27,94 persen.

Ada dua persoalan besar yang menghadirkan kegalauan bagi kaum milenial. Pesoalan ekonomi dan non ekonomi.

Berangkat dari kondisi kegalauan anak muda tersebut, Anak Bangsa Indonesia bersama Tim Research and Analytics KG Media bekerja sama dengan Litbang Kompas mencoba menelah kegalauan para kaum milenial dan generasi Z dalam survei bertajuk “Aspirasi Anak Muda Indonesia”.

Survei dilakukan pada 5 Januari hingga 9 Februari 2022.

Baca juga: Tribun Lampung Selenggarakan Spekta Ramadhan Hingga 30 April 2022

Baca juga: Profil Anggota DPR RI Dapil Lampung I Ahmad Muzani

Hasilnya, ada dua kesulitan besar yang menjadi kegalauan para para anak muda saat ini.

Dua persoalan tersebut yakni ekonomi dan non ekonomi.

Hasil dari survei menunjukan, mayoritas dari para anak muda menjadikan persoalan ekonomi sebagai keresahan utama dengan persentase 48 persen.

Sementara anak muda yang lebih galau dengan kesulitan non ekonomi sebanyak 39 persen.

Dimana untuk persoalan ekonomi yang menjadi kegalauan diantaranya, masalah keuangan (finansial), kesempatan/mendapatkan pekerjaan, mengatur keuangan, tingginya biaya hidup dan penemuhan gaya hidup

Hasil survei menunjukan, anak muda yang ada di Sumatera menempatkan masalah keuangan sebagai kegalauan utama dengan 27 persen.

Lalu, masalah mendapatkan pekerjaan menempati uturan kedua dengan 15 persen. Lalu masalah mengatur keuangan dengan jumlah 2 persen, pemenuhan gaya hidup sebesar 2 persen dan masalah tingginya biaya hidup sebesar 1 persen.

Sama halnya di Jawa, masalah keuangan dan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan juga menjadi dua hal yang menjadi kegalauan utama para anak muda.

Dimana masalah keuangan menempati urutan pertama sebesar 27 persen. Lalu masalah kesempatan mendapatkan perkerjaan sebesar 16 persen.

Di pulau Kalimantan masalah finansial juga menjadi kegalauan utama generasi milenial dan generai Z dengan persentase 27 persen. Lalu masalah kesempatan mendapatkan pekerjaan 15 persen.

Begitu juga dengan para anak muda yang ada di pulau Bali, Maluku dan Papua.

Di Bali, mayoritas anak muda menempatkan masalah keuangan jadi kegalauan utama dengan persentase 27 persren. Lalu masalah mendapatkan perkerjaan 14 persen.

Untuk di Maluku dan Papua, para anak muda juga menjadikan masalah keuangan sebagai persoalan utama yang menghadirkan keresahan tersendiri dengan persentase 32 persen, dan untuk kesempatan mendapatkan perkerjaan 22 persen.

Hasil yang berbeda justru terjadi di Sulawesi. Para anak muda di Sulawesi lebih mengkhawatirkan persoalan kesempatan kerja. Dimana persentasenya mencapai 22 persen.

Sedangkan yang menjadikan persoalan keuangan sebagai kekhawatiran utama hanya 20 persen.

Untuk persoalan non ekonomi, kekhawatiran yang menghantui para anak muda lebih beragam. Mulai dari persoalan quarter life crisis, pekerjaan dan karier, kemampuan bersosialisasi dan beradaptasi, persoalan akademik, mengelola waktu.

Lalu, masalah pandemi, persoalan orang tua, kesehatan, masalah asmara/percintaan, serta rencana pengembangan bisnis.

Hasil survei menunjukan persoalan karier dan pekerjaan menjadi kekhawatiran utama bagi para anak muda. Namun, kondisi yang berbeda terlihat di Bali. Persoalan quarter life crisis justru menjadi kekhawatiran utama.

Para anak muda di Sumatera menjadikan persoalan karir dan pekerjaan sebagai kekhawatiran paling utama dengan persentase 11 persen. Lalu persoalan quarter life crisis sebesar 5 persen. Kemudian, masalah kemampuan bersosialisasi dan membangun relasi sebesar 5 persen.

Persoalan akademik, pengelolaan waktu, persoalanan orang tua dan pandemi turut menjadi kekhawatiran. Dimana masing-masing responden menjawab sebanyak 3 persen. Masalah kesehatan 2 persen, asmara 1 persen dan pengembangan bisnis 1 persen.

Anak muda di pulau Jawa menjadikan persoalan karier dan pekerjaan menjadi kegalauan utamanya dengan persentase 9 persen. Lalu persoalan quarter life crisis 7 persen, serta masalah kemampuan bersosialisasi sebesar 7 persen.

Anak muda di Kalimantan menempatkan masalah karir dan perkerjaan jadi perosalan yang paling dikhawatirkan dengan persentase 8 persen. Lalu masalah quarter life crisis, kemampuan bersosialisasi dan masalah akademi sebesar 4 persen.

Pengelolaan waktu justru jadi persoalan kedua yang paling dikhawatirkan oleh anak muda di Kalimantan dengan persentase 6 persen.

Anak muda di Maluku dan Papua menjadikan karir dan pekerjaan masalah yang menghadirkan kegalauan utama dengan persentase 10 persen. Lalu, masalah akademik 6 persen dan masalah kemampuan bersosialisasi 3 persen.

Di Sulawesi, karier dan pekerjaan menjadi persoalan yang paling dikhawatirkan para anak muda dengan persentase 10 persen. Lalu, masalah quarter life crisis dan kemampuan bersosialisasi masing-masing 5 persen

Kondisi berbeda pada anak muda di Pulau Bali. Persoalan quarter life crisis menjadil hal yang paling dikhawatirkan dengan persentase 11 persen.

Lalu, masalah karir dan pekerjaan, masalah akademik dan pengelolaan waktu masing-masing 6 persen.

Sementara ada 8 persen anak muda yang beruntung merasa tak memiliki kesulitan apa pun dalam hidup.

Lelaki paling Domiman.

Lalu, jika dibedakan berdasarkan gender, masalah ekonomi lebih banyak dialami laki-laki dengan persentase sebesar 51 persen. Sebaliknya, perempuan cenderung mengalami masalah non-ekonomi.

Artinya, perempuan lebih memiliki kerentanan yang terkait isu psiko-sosial dibandingkan materiel.

Masalah ekonomi, anak muda menghadapi dua kesulitan utama yakni finansial dan mendapatkan perkerjaan. Masing-masing 27 persen dan 16 persen responden.

Lalu diikuti dengan kesulitan mengatur keuangan (2 persen), tingginya biaya hidup (2 persen), dan pemenuhan gaya hidup (1 persen).

Sementara pada masalah non-ekonomi, mayoritas generasi kami di Jawa, Kalimantan, Papua, Maluku, Sulawesi, dan Sumatera mencemaskan masalah karier dan pekerjaan, dengan jumlah responden 8-11 persen.

Baca juga: KPU:Rencana Pembukaan Pendaftaran Parpol Peserta Pemilu 2024 di Bulan Agustus 2022

Baca juga: Jokowi Larang Menteri Bicara tentang Penundaan Pemilu 2024, Pengamat: Itu yang Ditunggu Publik

Berbeda dengan wilayah lain, anak muda di Bali dan Nusa Tenggara lebih banyak menghadapi masalah quarter life crisis, dengan persentase 11 persen. Masalah ini antara lain berupa pencarian jati diri dan pengembangan kepribadian.

Diketahui, survei ini dilakukan dengan metode random sampling dan polling. Dimana survey melibatkan 3.224 responden berusia 17 tahun ke atas di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

Sebanyak 49 persen responden berasal dari Pulau Jawa, 21 persen dari Sumatera, 11 persen dari Sulawesi, 8 persen dari Kalimantan, 6 persen dari Bali dan Nusa Tenggara, 5 persen dari Maluku dan Papua

Responden berjenis kelamin laki-laki (60 persen) dan perempuan (40 persen). Dari tingkat pendidikan, mayoritas responden adalah lulusan sekolah menengah atas (SMA) atau sederajat (41 persen) dan S1 (43 persen).

Sebanyak 25 persen responden adalah pelajar dan 22 persen adalah pegawai swasta nasional. Responden sisanya adalah wirausaha, pegawai negeri sipil, petani, buruh harian, atau penggarap, ibu rumah tangga, dan tuna karya.

Untuk informasi dan hasil riset lebih lengkap dapat mengunjungi laman resmi atau
tautan berikut: https://www.kitabangkit.id/sabi.

(Tribunlampung.co.id/Dedi Sutomo)

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved