Lampung Selatan
Antisipasi Aktivitas GAK, Basarnas Siagakan Kapal SAR 443 Basudewa di Perairan Lampung Selatan
Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) menyiagakan kapala Negara SAR 443 Basudewa di perairan Lampung Selatan.
Tribunlampung.co.id, Lampung Selatan – Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) menyiagakan kapala Negara SAR 443 Basudewa di perairan Lampung Selatan.
Keberadaan kapal Negara SAR 443 Basudewa ini untuk mengantisipasi kemungkinan dampak erupsi Gunung Anak Krakatau (GAK) yang dalam beberapa hari sebelumnya sempat mengalami peningkatan aktivitas vulkanik.
Kapal SAR berukuran besar ini juga disiapkan untuk membantu arus mudik lebaran 2022.
"Kapal ini untuk siaga mudik Lebaran dan jika terjadi sesuatu dengan Gunung Anak Krakatau (GAK), kami siap untuk mengevakuasi," jelas Kepala Pos SAR Bakuheni Denny Mezu, Selasa (26/4.2022) kemarin.
Dikatakan Denny, sejauh ini untuk aktivitas GAK terpantau mulai menurun. Dimana secara visual juga terlihat sudah aman.
Baca juga: Hari Ke-4 Pencarian Korban Hilang di Lampung Selatan, Basarnas Lebarkan Lokasi Pencarian
Baca juga: Update Merak-Bakauheni, Pemudik Asal Pulau Jawa Mulai Ramai Tiba di Bakauheni
Namun, pihaknya tetap berkoridinasi dengan BPVMBG, Pos Pantau GAK di Hargo Pancuran, Lampung Selatan.
Terpisah, Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau Andi Suwardi menuturkan, GAK telah mengeluarkan berkilo-kilo ton SO2 atau sulfur dioksida.
Kata dia, dari citra Satelit Sentinel 5 Tropomi mencatat pada 23 April, GAK mengeluarkan 9,2 kilo ton SO2, kemudian pada 17, 15, dan 14, masing-masing mengeluarkan SO2 sebanyak 181,1 ton, 68,4 ton, dan 28, 4 ton.
"Pada 2018 antara Juni-Agustus, Gunung Anak Krakatau telah mengeluarkan S02 sebanyak 12,4 kilo ton dan September-Oktober 2018 19,4 kilo ton," ujarnya.
Andi mengatakan dari 1-24 April 2022, Gunung Anak Krakatau sudah 21 kali meletus, dengan 155 kali mengeluarkan hembusan.
"Terjadi 14 gempa harmonik, 121 gempa low ringan, 17 vulkanik dangkal, dan 38 vulkanik dalam," ujarnya
Sejak 24 April 2022, Badan Geologi memutuskan status Gunung Anak Krakatau menjadi level III (Siaga).
Baca juga: Pasutri di Lampung Utara Kaget Temukan Bayi Perempuan di Depan Pintu Rumahnya
Baca juga: Karyawati Perusahaan Swasta di Bandar Lampung Jadi Korban Pencurian dengan Modus Pecah Kaca Mobil
Waspada Tsunami
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat mewaspadai ancaman terjadinya tsunami pada malam hari, seiring meningkatnya aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.
Menurut Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, status Gunung Anak Krakatau saat ini sudah meningkat dari level 2 atau waspada menjadi level 3 atau siaga.
"Dengan meningkatnya level aktivitas Gunung Anak Krakatau dari level 2 menjadi level 3, masyarakat diminta untuk waspada terhadap potensi gelombang tinggi atau tsunami, terutama di malam hari," kata Dwikorita dalam konferensi pers virtual di akun YouTube Info BMKG, Senin (25/4/2022) malam.
Ia kemudian menjelaskan bahwa secara historis Gunung Anak Krakatau pernah menimbulkan tsunami beberapa kali, dan hal itu bisa saja terjadi lagi.
Sementara di sisi lain masyarakat sulit melihat secara visual adanya gelombang tinggi yang mendekati pantai pada malam hari akibat aktivitas GAK.
Menurut Dwikorita, pada malam hari pemantauan berbagai kemungkinan dari arah laut tidak dapat dilakukan lantaran tidak terlihat jelas.
Dwikorita memastikan BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus memonitor potensi dampak erupsi gunung aktif yang saat ini berlangsung.
"Untuk antisipasi potensi terjadi tsunami akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau, BMKG bersama PVMBG-Badan Geologi di bawah Kementerian ESDM, terus memonitor perkembangan Gunung Anak Krakatau dan muka air laut di Selat Sunda," ucapnya.
Terkait tsunami yang pernah ditimbulkan Gunung Anak Krakatau, Kepala Badan Geologi, Eko Budi Lelono mengatakan Gunung Anak Krakatau pernah menimbulkan tsunami Selat Sunda pada 2018.
Kala itu tsunami diduga disebabkan oleh longsoran di barat daya gunung yang didahului letusan. Namun kini kata Eko, kondisi Gunung Anak Krakatau tidak sama seperti saat 2018.
"Belajar dari 2018 yang memicu tsunami. Mungkin saat ini volumenya belum sebesar itu dan belum curam. Tapi kami terus memonitor," kata Eko.
Menurut Eko kondisi gunung saat ini belum begitu besar. Aktivitas gunung masih membentuk badan baru.
"Ini kan setelah 2018 gunung saat ini dan beberapa ke depan Gunung Anak Krakatau membentuk badan baru. Ini terus kita pantau atau nanti kalau volumenya sudah besar ini kita waspadai bersama potensi untuk runtuh dan memicu tsunami," kata Eko.
Meski demikian, kewaspadaan tetap harus dijaga. Dwikorita meminta BPBD memeriksa jalur evakuasi di wilayah sekitar Selat Sunda, terutama yang pernah diterpa tsunami pada 2018.
BPBD diminta untuk menyiapkan mitigasi bencana bila hal buruk terjadi.
"Ini masih pada level kesiapsiagaan masih potensi, levelnya masih waspada. Namun juga barangkali BPBD setempat seyogianya sudah menyiapkan kontingensi plan meskipun belum, tapi nantinya, doanya tidak, kalau misalnya berkembang, itu kemungkinan terburuk itu juga perlu disiapkan," kata Dwikorita.
Penumpang Melonjak
Sementara Genderal Manager PT ASDP Cabang Bakauheni Lampung Selatan Suharto mengatakan, ada peningkatan jumlah penumpang pada arus mudik tahun ini.
Jumlah penumpang tahun ini, katanya, sebanyak 35.075 orang. Jumlah ini bakal melonjak saat puncak arus mudik nanti. Sementara jumlah penumpang pada 2019 sebanyak 40.986 orang dan 2021 sebanyak 3.376 orang.
"Jumlah kendaraannya pun melonjak. Kendaraan roda empat saat ini mencapai 6.997 unit, sementara pada 2019 sebanyak 6.501 unit dan 2021 sebanyak 2.773 unit," jelas Suharto.(*)