Mesuji
Dosen Unila Ajak Pemda Mesuji Lampung Gali Kebudayaan Berdasar Riset
Dosen Unila Bartoven Vivit Nurdin mengajak Pemda Mesuji menggali kebudayaan berdasar riset, supaya tidak salah sasaran.
Penulis: M Rangga Yusuf | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
Tribunlampung.co.id, Mesuji - Dosen Universitas Lampung (Unila) mengajak Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung menggali kebudayaan berdasar riset.
Ajakan itu disampaikan dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unila Bartoven Vivit Nurdin dalam acara Focus Group Discussion (FGD) Atribut Kebudayaan Mesuji Tahun 2022.
Acara FGD yang dihadiri dosen Unila itu diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Mesuji, Rabu, (22/6/2022).
Kegiatan FGD yang dipusatkan di Aula Perpustakaan Kabupaten Mesuji ini mengungkap kebijakan yang berdasar pada riset, bakal tepat sasaran.
Tidak hanya menggali kebudayaan, riset yang dimaksud juga untuk memastikan atribut kebudayaan.
Baca juga: Disdikbud Mesuji Gelar FGD Atribut Kebudayaan Mesuji Tahun 2022, Hadirkan Budayawan Anshori Djausal
Baca juga: Disdikbud Sebut Angka Anak Putus Sekolah di Kabupaten Mesuji Masih Sangat Tinggi
"Termasuk memastikan atribut kebudayaan, seperti pakaian adat Kabupaten Mesuji, harus berdasarkan riset dan empiris," ujar dosen Jurusan Sosiologi FISIP Unila Bartoven Vivit Nurdin.
Bartoven Vivit Nurdin menilai, selagi Pemda Kabupaten Mesuji mengambil kebijakan berdasarkan riset yang dapat dipertanggungjawabkan, harapannya tidak akan salah sasaran.
Berdasarkan keilmuan, Sosilog Unila tersebut membeberkan, apa saja yang perlu dipelajari untuk dapat dicari atau ditentukan sebagai atribut kebudayaan asli Kabupaten Mesuji.
Menurut Bartoven Vivit Nurdin, atribut kebudayaan itu tidak lepas dari simbol, identitas budaya dan sosial budaya.
Simbolnya sendiri, tambah Bartoven Vivit Nurdin, harus mempunyai makna dan sebagainya.
"Saya kira pakaian Mesuji ini memiliki makna, jadi berbicara atribut kebudayaan bukan (hanya) sekedar atribut saja," ucapnya.
Terkait masyarakat yang menempati suatu daerah, dikatakan Bartoven Vivit Nurdin, Kabupaten Mesuji masyarakatnya heterogen.
Artinya, di Kabupaten Mesuji sendiri terdapat banyak suku maupun adat istiadat.
"Saya tau Kabupaten Mesuji ini type masyarakat nya heterogen, sebab ada masyarakat suku Jawa, Lampung, Bali dan lainya. Oleh karena itu kita sekarang harus mencari identitasnya," ujarnya.
Maka, dengan kemajemukan ini lah jadi tugas bersama. Baik pemerintah, tokoh adat, dan tokoh masyarakat untuk menentukan identitasnya sesuai dengan karakter masyarakat setempat.
"Kebudayaan sendiri memang akan selalu berkembang sesuai perkembangan zaman, dan ini hal yang wajar terjadi.
Karena kalau kebudayaan sendiri tidak berkembang, maka sebenarnya akan mematikan eksistensi dari kebudayaan itu sendiri," tuturnya.
Meski demikian, dalam kelompok masyarakat yang memegang teguh kebudayaan, ada satu hal yang tidak dapat berubah. Meskipun dengan gempuran perkembangan zaman.
Adanya falsafah kebudayaan, seperti halnya pandangan hidup dari masyarakat suku Lampung, yakni Pi'il Pesenggiri.
(Tribunlampung.co.id /M Rangga Yusuf)