Berita Lampung
Kondisi Dermaga Canti Lampung Selatan Memprihatinkan, 2 Motor Jatuh ke Laut
Kondisi terkini Dermaga Canti di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan kini memprihatinkan. Bahkan sudah ada 2 motor yang jatuh ke laut.
Penulis: Dominius Desmantri Barus | Editor: Kiki Novilia
Tribunlampung.co.id, Lampung Selatan - Kondisi terkini Dermaga Canti di Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan kini memprihatinkan.
Dermaga Canti tersebut sejatinya berfungsi menghubungkan Desa Canti dan Pulau Sebesi.
Kedua desa tersebut memerlukan Dermaga Canti lantaran terpisah oleh laut.
Pantauan Reporter TribunLampung.co.id pada Senin (11/7/2022), kayu di dermaga yang sudah ada sejak 1985 itu mulai rapuh.
Ujung Dermaga Canti tampak, kurang lebih panjangnya 10-15 meter.
Baca juga: Pikap Curian Mogok, Ditinggal Pelaku di SPBU Candimas Lampung Selatan
Baca juga: Jalan Rusak di Lampung Selatan kembali Jadi Sorotan, Viral Aksi Warga Mandi Lumpur di Jalur Maut
Tersisa puing-puing bekas runtuhan ujung dermaga Canti menjadi terumbu karang buatan.
Selain itu sisa reruntuhan ujung Dermaga Canti digunakan pemilik kapal untuk mengikat tali agar kapalnya bisa bersandar.
Kawat-kawat cor terlihat keluar dan dapat membahayakan warga.
Padahal, dermaganya amat vital karena digunakan warga untuk lalu lintas mengangkut hasil bumi dari Pulau Sebesi seperti pisang dan kelapa.
Hasil bumi yang diangkut bisa menghasilkan 20-30 ton.
Selain hasil bumi, Dermaga Canti tersebut dipakai untuk transit kendaraan roda dua warga atau wisatawan yang akan menyebrang ke Pulau Sebesi.
Dermaga ini juga untuk transit kapal-kapal wisatawan untuk pergi ke Pulau Sebesi, GAK, dan pulau-pulau lainnya.
Baca juga: Motor Tabrak Truk di Lampung Selatan, 2 Orang Meninggal Dunia
Baca juga: Lampung Selatan Sabet Juara 3 Penurunan Stunting Terbaik
Fungsi lainnya, Pemerintah Kabupaten juga sering menggunakan aula dan dermaga canti tersebut saat pandemi, untuk mendistribusikan vaksin ke warga di desa Canti maupun Pulau Sebesi.
Selain itu Dermaga Canti tersebut menjadi mata pencaharian warga sekitar, karena ada 40 warga yang mengantungkan hidupnya di sana.
Mulai dari Nahkoda kapal, ABK, hingga kuli panggul.
Setiap harinya ada 4-5 kapal yang berlalu lalang di Dermaga Canti tersebut.
Satu kapalnya berisikan 5 orang, 1 Nahkoda kapal dan 4 lainnya ABK.
Namun untuk perawatan Dermaga Canti tersebut masih misteri, apakah tanggung jawab pemerintah kabupaten atau provinsi.
Salah seorang warga bernama Andi mengatakan kondisi Dermaga Canti tersebut sudah lama rusak.
"Kalau dermaga ujung itu sudah lama hancur," katanya.
"Kalau nggak salah, setelah tsunami 2018 lalu," jelasnya
"Panjang kerusakan 10-15 meter," ujarnya.
Andi mengatakan dermaga tersebut menjadi vital, sebab lalu lintas penghubungan dua desa.
"Warga dari pulau sebesi nyandarnya di dermaga canti ini, lebih dekat," katanya.
"Kalau mau nyandar di Dermaga Bom kejauhan," ujarnya.
"Apalagi barang-barang ini dikirimnya ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Bakauheni," jelasnya
Warga lainnya bernama syamsudin yang juga buruh panggul mengatakan banyak kejadian buruk akibat kondisi Dermaga Canti saat ini.
"Tahun ini saja sudah dua motor warga Pulau Sebesi yang kecemplung (jatuh) ke laut karena permuka dermaga tidak rata," katanya.
"Mereka mengiklaskan kejadian itu, karena mereka tidak bisa menyalahkan kami juga karena memang kondisi dermaga tidak rata," ujarnya.
Syamsudin mengatakan untuk menyandar kapal juga susah, karena air terlalu dangkal.
"Mau nyandar juga susah airnya dangkal, butuh didalamin lagi, supaya tidak nyangkut," katanya.
"Belum lagi, kita kesulitan untuk mengikat tambang, karena tidak ada besi penahan, terpaksa kita ngikat ke besi bekas runtuhan dermaga," ujarnya.
"Kalau cuaca lagi buruk, terpaksa butuh waktu berjam-jam untul bersandar, karena harus diikat ke besi bekas runtuhan itu, kalau ombak besar yang mau turun ke air nggak ada," jelasnya.
Junaidi menceritakan pengalamannya menolong ibu yang sedang hamil.
"Jadi waktu itu kondisi cuaca sedang buruk, banyak angin, saat itu kondisinya lagi angin baratan," katanya
"Jadi ada ibu hamil mau naik kapal, karena anginnya sedang kencang kapal tidak bisa terlalu dekat dengan dermaga," ujarnya
"Sehingga melangkah ke kapal pun susah," jelasnya
Junaidi mengatakan kemudian ibu hamil itu merasa pusing dan lemas.
"Tak lama ibu hamil tersebut pingsan, kemudian dibawa ke puskesmas terdekat," katanya.
"Harapannya semoga dermaga canti ini diperbaiki, pengennya materialnya dibuat dari cor-coran seperti dermaga di pulau sebesi," pungkasnya.
( Tribunlampung.co.id / Dominius Desmantri Barus )