Berita Lampung
Kisah Penambat Kapal di Dermaga Canti Lampung, Risiko Injak Besi Demi Rp 10 Ribu
Simak kisah penambat kapal yang ada di Dermaga Canti, Lampung Selatan, Lampung. Sang penambat kapal tersebut bernama Syamsul.
Penulis: Dominius Desmantri Barus | Editor: Kiki Novilia
Tribunlampung.co.id, Lampung Selatan - Simak kisah penambat kapal yang ada di Dermaga Canti, Lampung Selatan, Lampung.
Sang penambat kapal tersebut bernama Syamsul, warga Desa Canti, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan.
Dikatakan penambat kapal yang juga ayah anak dua anak itu, sebelumnya hanya bekerja sebagai buruh panggul hasil bumi dari kapal-kapal di Dermaga Canti.
Namun, profesinya tersebut terhenti usai Dermaga Canti runtuh dihantam tsunami pada 2018.
Syamsul mengatakan, pekerjaan itu diambilnya lantaran tidak ada yang ingin menjadi penambat kapal atau pengikat tali tambang kapal di Dermaga Canti tersebut.
Baca juga: Polres Lampung Selatan Amankan Pelaku Curat dan Barang Bukti 2 Sepeda Motor
Baca juga: 15 Lampu Jalan Padam di Lampung Selatan, Kadishub: Sabar, Kami Kurang Tenaga
"Butuh orang untuk mengikat tali di bekas runtuhan dermaga tersebut," kata Syamsul, Jumat (15/7/2022).
"Sebab kalau nggak disitu kapal nggak bisa sandar karena dangkal," ujarnya.
"Kadang juga saya membantu mendorong kapal, sebab ombak bawahnya kecil jadi butuh didorong supaya tidak kandas," ungkapnya
Syamsul mengatakan upah yang diterimanya sebagai penambat kapal atau pengikat tali kapal tersebut tidak terlalu besar.
Lanjut Syamsul, namun resiko pekerjaan yang dilakukannya sangat besar.
"Dari awak kapal saya dikasih Rp 10 ribu," katanya
"Dari agen kapal saya dikasih 10 ribu," sambung dia.
Baca juga: Penemuan Jasad Kakek 65 Tahun Mengapung di Pantai Keramat Lampung Selatan
Baca juga: Pikap Curian Mogok, Ditinggal Pelaku di SPBU Candimas Lampung Selatan
"Sehari bisa melayani 3 kapal," ujarnya
Syamsul mengatakan sehari bisa dapat pengasilan Rp 60 ribu dari pekerjaannya sebagai penambat kapal atau pengikat tali kapal
Lanjutnya, namun upah tersebut masih dibagi dua.
"Yang 30 ribu yang kita dapat," katanya
"Tapi kadang ditambah sama agen kapalnya 10 ribu lagi buat kita," ujarnya
Syamsul mengatakan saat kondisi ramai, dirnya bisa melayani 6 kapal dalam sehari.
"5 kapal dari pulau sebesi Dermaga Canti, 1 kapal dari Pulau Sebuku," katanya
Syamsul mengatakan kalau ombak sedang besar, dirinya terpaksa harus menyelam.
Syamsul menambahkan saat menjadi penambat atau pengikat tali kapal, dirinya juga harus berhati-hati dengan puing sisa reruntuhan dermaga tersebut.
"Besi-besi corannya sisa runtuhan dermaga tesebut keluar," katanya
Syamsul bersyukur hingga saat ini dirinya belum menerima resiko kebentur-kebentur tembok dermaga tersebut
"Kalau resiko terparah sih belum pernah ya," katanya.
"Paling keinjek besi, kalau nggak keinjek karang-karang tajam," katanya
Syamsul mengatakan ketika ombak tinggi, dirinya nggak berani turun kebawah untuk mengikat tali, karena resikonya terlalu besar.
"Kalau pas ombak tinggi nggak berani turun, takut ditarik ombak ke tengah," katanya.
"Kalau ombak sedang besar terpaksa kapal tidak bisa bersandar dulu sampai ombak reda," tandasnya
( Tribunlampung.co.id / Dominius Desmantri Barus )