Berita Terkini Artis

Perseteruan Pesulap Merah dengan Gus Samsudin Berbuntut Panjang

Perseteruan Pesulap Merah Marcel Radhival dengan Gus Samsudin berbuntut panjang. Sebab, Aplikasi pelayanan kependudukan diduga di-hack.

Editor: taryono
Youtube/Instagram
Kolase pesulap merah dan gus samsudin. Perseteruan Pesulap Merah Marcel Radhival dengan Gus Samsudin berbuntut panjang. Sebab, Aplikasi pelayanan kependudukan diduga di-hack. 

Tribunlampung.co.id, BlitarPesulap Merah Marcel Radhival dan Gus Samsudin berseteru. 

Namun perseteruan Merah Marcel Radhival dengan Gus Samsudin berimbas pada aplikasi layanan publik berbasis internet desa karena diduga diretas.

Seperti diketahui, perseteruan Pesulap Merah dan Gus Samsuddin dipicu keinginan Marcel Radhival, nama asli sang pesulap, membuktikan kemampuan spiritual pemilik Padepokan Nur Dzat Sejati tersebut. 

Perseteruan Pesulap Merah dan Gus Samsudin akhirnya berbuntut penutupan sementara padepokan tersebut. 

Namun, sebelum ada penutupan padepokan, warga Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur, tempat padepokan itu berada merasa dirugikan dengan perseteruan itu. 

Baca juga: Terlihat Awet Muda, Angel Karamoy Tuding Pakai Susuk

Baca juga: Cerai dari Angga Wijaya, Dewi Perssik Berharap Dijauhkan dari Pria Pencuri Hartanya

Pasalnya, beberapa hari setelah Pesulap Merah dan pendukungnya mendatangi Padepokan Nur Dzat Sejati dua pekan lalu, aplikasi layanan publik berbasis internet milik Pemerintah Desa Rejowinangun diretas.

Kepala Desa Rejowinangun Bhagas Wigasto mengatakan, insiden penyusupan pada aplikasi pelayanan publik milik pemerintah desa tersebut merupakan salah satu sebab yang mendorong warga menggeruduk dan menuntut penutupan Padepokan Gus Samsudin.

“Kami ini kan sudah desa digital. Pelayanan publik sudah berbasis internet. Aplikasi pelayanan kependudukan di-hack, data base diacak-acak,” ujar Bhagas kepada Kompas.com, Senin (1/8/2022).

Aplikasi pelayanan kependudukan tersebut, lanjutnya, baru dapat diakses lagi pada Senin siang, setelah sempat tak bisa dikendalikan peretas selama empat hari terakhir.

Selain aplikasi pelayanan kependudukan, tambahnya, portal untuk UMKM di Desa Rejowinangun juga tidak luput dari serangan hacker.

“Di portal itu muncul tulisan ‘Rejowinangun Berhati Anarkis’,” ujarnya.

Bhagas mengaku tidak tahu pihak mana yang melakukan penyusupan ke aplikasi pelayanan publik milik Pemerintah Desa Rejowinangun.

Baca juga: Nasib Artis Sinetron Dunia Terbalik, Rumahnya dari Kayu dan Anyaman Bambu

Baca juga: Sule Kasihan Lihat Kondisi Putri Delina yang Jadi Sasaran Hujatan: Please Setop

Namun, dia meyakini serangan hacker tersebut berkaitan dengan perseteruan antara Pesulap Merah dan Gus Samsudin.

Didukung Ormas

Kata Bhagas, Pesulap Merah maupun Gus Samsudin saat itu sama-sama didukung oleh sejumlah orang yang mengatasnamakan sebuah ormas keagamaan.

“Bahkan ormasnya juga ormas yang sama. Dan terbukti setelah kemarin malam kami bersama pihak GP Anshor Blitar mengusut asal usul ormas itu terrnyata yang satu pihak berasal dari Lampung dan yang di belakang Pesulap Merah berasal dari Tulungagung,” jelasnya.

Menurut Bhagas, warga dan pamong Desa Rejowinangun yang berniat melerai kemungkinan terjadinya konflik fisik akhirnya menjadi korban.

“Kami juga tidak terima dengan salah satu unggahan Gus Udin di YouTube di mana ada ujaran bahwa kalau sampai terjadi apa-apa maka akan dihabisi warga. Jadi warga merasa diseret pada perseteruan keduanya,” jelasnya.

Sementara itu, pengacara Gus Samsudin, Priarno menolak memberikan komentar terkait perseteruan tersebut.

“Mohon maaf untuk saat ini kami no comment dulu ya. Pada saatnya nanti kami akan sampaikan pernyataan,” ujarnya sembari membenarkan akan adanya mediasi antar pihak oleh Kepolisian Resor Blitar.

Alasan Padepokan Ditutup

Ratusan warga Desa Rejowinangun, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Jawa Timur menggeruduk padepokan milik seorang guru spiritual, Samsuddin atau yang sering disebut-sebut Gus Samsudin, Minggu (31/7/2022).

Warga menuntut Padepokan Nur Dzat Sejati yang merupakan tempat Gus Samsudin selama ini menjalankan praktik pengobatan spiritual ditutup.

Menurut Bhagas Wigasto, kegaduhan yang timbul dari perseteruan antara Pesulap Merah dan Gus Samsudin telah menyeret warga dan nama Desa Rejowinangun.

“Jadi kenapa warga sampai menghendaki penutupan padepokan Gus Samsudin karena kegaduhan ini ternyata telah menyeret nama desa kami. Desa Rejowinangun di-bully warganet di media sosial karena padepokan itu berada di desa kami,” ujar Bhagas saat dikonfirmasi, Senin (1/8/2022).

Bhagas menduga warganet yang melakukan perundungan terhadap segala hal yang berkaitan dengan Desa Rejowinangun adalah para pengagum dan pengikut akun media sosial Pesulap Merah.

Selain kegaduhan di media sosial, lanjutnya, warga Desa Rejowinangun yang menuntut penutupan padepokan juga menganggap praktik perdukunan berbalut agama yang dijalankan Gus Samsudin telah banyak merugikan orang.

Warga sependapat dengan tudingan Pesulap Merah bahwa Gus Samsudin tidak benar-benar memiliki kemampuan pengobatan secara spiritual.

Baca juga: Terlihat Awet Muda, Angel Karamoy Tuding Pakai Susuk

Baca juga: Cerai dari Angga Wijaya, Dewi Perssik Berharap Dijauhkan dari Pria Pencuri Hartanya

“Kata warga, beberapa pasien mengeluhkan masalah praktik yang dijalankan Gus Udin (Samsudin),” ujar Bhagas. 

Menurut Bhagas, warga dan Gus Samsudin akhirnya mengikuti mediasi di kantor Polsek Kademangan (Lodaya Barat).

Pada mediasi tersebut, kata dia, disepakati padepokan Gus Samsudin ditutup untuk sementara.

"Gus Samsudin tidak bersedia jika penutupan padepokan permanen," ujarnya.

Kronologi Perseteruan

Ternyata, perseteruan pesulap merah dan Gus Samsudin berawal dari trik sulap bakar tisu yang sempat viral di media sosial. 

Pesulap merah yang memiliki nama asli Marcel Radhival sempat membongkar trik Gus Samsudin saat pembersihan rumah dari gangguan ghaib.

Di podacast Deddy Corbuzier, pesulap merah mengungkapkan awalnya dia membongkar trik Gus Samsuddin. 

Diceritakan, saat itu dia melihat video Gus Samsudin tengah berada di sebuah rumahuamh  seolah-olah terkena santet dan guna-guna.

Setelah melihat sekeliling, Gus Samsuddin lalu menemukan tisu di bawah kasur.

Kemudian pembantunya menyodorkan piring yang lebih dulu diberi cairan.

Gus Samsuddin seolah-olah meludahi piring itu setelah itu menaruh tisu dan langsung terbakar.

Setelah itu, Samsuddin mengatakan kalau rumah itu sudah bersih dari gangguan santet. 

Melihat itu hanya sebuah trik sulap, pesulap merah pun membuat video reaction di channel youtube-nya. 

Dia beralasan agar masyarakat Indonesia tahu bahwa itu hanya sekadar trik. 

Bahkan, menurut pesulap merah, trik itu sudah lama sekali ada.

Deddy Corbuzier yang notabene seorang ilusionis juga menganggap itu trik yang sangat mudah dan sudah diketahui sejak dia masih kecil. 

"Jaman dulu banget itu. Koran dirobek terbakar. Asapnya banyak banget itu.

Keluar asap dulu, baru terbakar," sela Deddy Corbuzier. 

Video reaction pesulap merah langsung ditanggapi Samsuddin dengan menantang dia untuk datang ke Blitar. 

"Jangan berani ngomong di youtube. Kalau berani datang ke padepokan. Demi Allah tidak akan saya usir.
Datang ke sini, mau perang monggo. Mau datang baik-baik monggo," cerita pesulap merah menirukan omongan Samsuddin. 

Pesulap merah pun akhirnya datang ke Blitar untuk meminta penjelasan Samsuddin. 

"Saya ingin tahu, kalau asli saya tutup channel. Kalau trik, coba jelaskan kenapa pengobatan pakai trik," ujar pesulap merah. 

Namun, kedatangan pesulap merah justru dihadang pengacara Samsuddin di depan padepokan. 

Awalnya, pengacara melarang pesulap merah masuk padepokan, namun ketika Marshel mau pulang justru dilarang. 

Pesulap merah bahkan diancam sang pengacara dan dituduh menyalahi hukum. 

Saat situasi mulai panas, Kepala DEsa akhirnya mendatangi lokasi dan menanyakan KTP pesulap, namun sang pesulap enggan memberikan. 

Tindakan meminta KTP itu, ujarnya, dianggap sebagai upaya menghalangi Pesulap Merah yang hendak membuktikan kemampuan spiritual Gus Samsudin.

“Padahal wajar kalau ada peristiwa yang dapat berpotensi memicu keresahan seperti itu kami berjaga-jaga. Kalau sampai ada konflik fisik, kami kan tidak tahu siapa saja orang-orang yang datang ke desa kami itu,” ujar Kades Bhagas Wigasto.

Kini padepokan tersebut dijaga ketat aparat keamanan. 

Artikel ini telah tayang di Surya.co.id

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved