Berita Lampung
Pj Bupati Pringsewu minta Peringatan HUT ke-77 RI Jadikan Momen Kebangkitan Bersama
Indonesia khususnya Pringsewu setelah 29 bulan mengalami masa pandemi Covid-19, dapat menjadikan HUT ke-77 RI sebagai momen kebangkitan bersama.
Penulis: Riana Mita Ristanti | Editor: Indra Simanjuntak
Karena, pihak keluarga tidak dapat datang langsung ke Lampung Barat.
Pasalnya, kondisi kesehatan dari anak bungsu Mr Gele Harun Nasution, Mulkarnaen Gele Harun sedang kurang stabil.
“Dikonfirmasi bahwa putra beliau berhalangan hadir karena saat ini kondisi kesehatannya belum stabil,” kata Domi selaku Kabag Tata Pemerintahan Setda Lampung Barat.
Ditambahkannya, penyerahan penghargaan rencananya akan dilakukan dalam waktu dekat oleh Bupati Lampung Barat Parosil Mambsus.
“Untuk waktunya, Insya Allah dalam waktu dekat ini tentunya masih dalam momentum HUT RI,” ungkap Domi.
Pihak keluarga mengapresiasi penghargaan yang diberikan oleh Pemkab Lampung Barat kepada almarhum Gele Harun.
"Kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Parosil beserta jajarannya yang telah memberikan penghargaan kepada ayahanda kami,” kata Mulkarnaen Gele Harun saat diwawancarai via telfon.
“Beliau telah berjuang demi kemerdekaan RI dan menjadikan Lampung Barat sebagai benteng terakhir perjuangannya,” ungkap Mulkarnaen.
Diketahui bahwa Mr Gele Harun Nasution merupakan pejuang kemerdekaan. Dirinya melawan penjajah Belanda dengan memakai strategi perang gerilya.
Perang gerilya yang dilakukan oleh Gele Harun Nasution semasa agresi militer Belanda II dilakukan setelah Tanjung Karang kota pentingnya di Lampung ditaklukan oleh Belanda.
Strategi ini juga sesuai perintah kilat No.1 dari Panglima Besar Jendral Sudirman kepada seluruh pejuang kemerdekaan Indonesia.
Diketahui, pada 5 Januari 1949 Mr Gele Harun diberi kepercayaan sebagai Acting Residen Lampung (kepala pemerintahan darurat) menggantikan Residen Rukadi.
Dirinya memindahkan keresidenan dari Pringsewu ke Talang Padang, karena Belanda masuk ke Pringsewu.
Serangan yang terus menerus dilakukan Belanda, membuat Gele Harun dan anak buahnya terpaksa berpindah-pindah. Hingga sampai di Sumber Jaya, Lampung Barat.
Di wilayah Way Tenong, Gele Harun dan anak buahnya dengan segala keterbatasannya terus melakukan perlawanan terhadap Belanda.
Dalam perjuangan griliya itu, Mr Gele Harun harus kehilangan putrinya Herlinawati yang baru berusia 8 bulan.
(Tribunlampung.co.id/ Riana Mita Ristanti/Bobby Zoel Saputra)