Perkelahian Santri di Pesisir Barat
Santri di Pesbar Aniaya Teman Karena Sakit Hati Kena Tegur
Santi di Pesisir Barat menganiaya temannya sendiri hingga tewas. Penganiayaan itu didasari pelaku sakit hati karena ditegur korban.
Menurutnya, korban merupakan santri yang masih diduduk di bangku aliyah.
"Korban DN ini sudah lima tahun belajar di sini, MTs selama tiga tahun terus melanjutkan ke aliyah sekarang kelas 11," ungkap KH Nurhadi.
Menurutnya, DN sosok yang pendiam dan baik. Ia juga dikenal sebagai santri yang pintar serat rajin beribadah.
Karena kemampuan dirasa cukup mumpuni, DN lantas dipercaya ikut membantu mengajar di Ponpes Al Falah Krui tersebut.
"Dia itu kita percayakan untuk ikut membantu mengajar Alquran di sini, yang jelas anaknya itu sangat rajin dan tekun. Korban juga dikenal sebagai salah santri yang selalu menjalani ibadah puasa Senin, Kamis," sambungnya.
Sebelumnya kejadian tersebut, korban dan pelaku diketahui tidak pernah ada permasalahan. Kejadian perkelahian itu disebabkan karena spontanitas saja.
Saat kejadian itu, KH Nurhadi sendiri sedang tidak berada di tempat. Saat itu ia sedang menengok anak santri lainya yang sedang sakit dan dirawat di Puskesmas Pesisir Tengah.
" Makanya saya tidak paham kronologi sebenarnya seperti apa," ungkap KH Nurhadi.
Setelah kejadian, pihaknya langsung membawa korban ke Puskesmas Pesisir Tengah untuk mendapatkan pertolongan. Selain itu, pihaknya juga mencari pelaku yang melarikan diri.
"Kita ketemu pelaku di depan MTs NU di dekat jembatan Way Tuwok Pasar Krui itu. Lalu kita bawa pelaku kembali ke Pondok Pesantren Al Falah. Saat ini pelaku juga sudah dibawa oleh pihak Polsek Pesisir Tengah," ujarnya.
Menyayangkan
Kepala Kemenag Pesisir Barat Yulizar Adri mengatakan, sangat menyanyangkan peristiwa tersebut harus terjadi. Terlebih kejadian tersebut terjadi di lingkungan pondok pesantren yang notabene nya tempat mengajarkan nilai-nilai Islam.
"Kami sangat menyesalkan pristiwa ini harus terjadi, kita juga sangat prihatin melihat kejadian ini terlebih peristiwa ini terjadi di lembaga pendidikan," ungkapnya, Kamis .
Guna mencegah hal serupa terjadi, katanya, dibutuhkan kerja sama dari semua stakeholder baik dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitar.
"Jadi bukan hanya tugas person saja namun semua pihak harus terlibat untuk memantau ini, termasuk rekan-rekan dari LSM dan wartawan," bebernya.
Kepala Dinas DPPA Pesisir Barat dr. Budi wiyono mengatakan, pihaknya memberikan pendampingan kepada korban. Sebab, korban masih berumur 15 tahun. DPPA akan memberikan pendampingan psikologi.(Tribunlampung.co.id/Saidal Arif)