Berita Terkini Nasional
Mendadak Sesak Napas di Pesawat, Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra Meninggal Dunia
Sebelum meninggal dunia, Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra sempat menjalani perawatan secara intensif di Rumah Sakit Selangor, Malaysia.
Tribunlampung.co.id, Banten - Isak tangis keluarga menyambut kedatangan jenazah almarhum Ketua Dewan Pers, Azyumardi Azra di rumah duka, Senin (19/9/2022) malam.
Ketika itu pelayat sudah ramai berada di rumah almarhum. Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra meninggal dunia Minggu (18/9/2022).
Sebelum meninggal dunia, Ketua Dewan Pers Azyumardi Azra sempat menjalani perawatan secara intensif di Rumah Sakit Selangor, Malaysia.
Azyumardi Azra menjalani perawatan medis setelah mengalami sesak napas, saat berada di dalam pesawat untuk kunjungan kerja menuju Malaysia.
Jenazah Almarhum Ketua Dewan Pers, Azyumardi Azra tiba di rumah duka, pada Senin (19/9/2022) malam.
Baca juga: Arie Untung Ketahuan Poligami, Ujungnya Minta Doa Langgeng dengan Fenita Arie
Baca juga: Sosok Suami Baru Mawar AFI, Terkuak Saat Unggah Kabar Duka
Diketahui rumah duka almarhum Azyumardi Azra berlokasi di Perumahan Puri Laras II, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten.
Terlihat jenazah Azyumardi Azra dibawa dengan menggunakan kendaraan ambulans berwarna putih diiringi oleh rombongan keluarga dengan menggunakan kendaraan minibus dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta sekitar pukul 23.05 WIB.
Iring-iringan mobil jenazah Azyumardi Azra terpantau tiba di rumah duka sekitar pukul 23.53 WIB dan langsung diwarnai isak tangis dari pihak keluarga yang menunggu di rumah.
Terpantau juga, sang istri Ipah Farihah beserta putra dari mendiang Azyumardi Azra juga turut ikut dalam iring-iringan tersebut.
Setibanya di lokasi, peti jenazah Azyumardi Azra yang dibalut kain berwarna merah putih dikeluarkan dari mobil ambulans berwarna putih oleh petugas dan langsung dibawa ke teras rumah.
Untuk di lokasi rumah duka ini sendiri, terpantau hadir Menteri Koordinator Bidang Perekenomian Airlangga Hartarto serta mantan Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin.
Hingga berita ini ditulis para sanak saudara, serta pelayat masih menggelar pengajian dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga atas kepergian Azyumardi Azra.
Baca juga: Arie Untung Minta Maaf ke Istri dan Keluarga Soal Poligami: Rahasiaku Terungkap
Baca juga: Rizky Billar Beri Ratusan Juta per Bulan untuk Lesty Kejora, Singgung Soal Percantik Diri
Diberitakan, Azyumardi Azra meninggal dunia, Minggu (18/9/2022). Kabar itu dikonfirmasi oleh Wakil Ketua Dewan Pers Agung Dharmajaya.
"Innalillahi wa innalillahi rojiun telah berpulang ke ramhatullah orang tua kita, guru kita, ayahanda kita, pimpinan kita Azyumardi Azra," kata dia dalam pesan yang diterima, Minggu (18/9/2022).
Prof Azyumardi Azra mengalami sesak napas saat berada di dalam pesawat untuk kunjungan kerja menuju Malaysia.
Azyumardi kemudian menjalani perawatan intensif oleh tim dokter di Rumah Sakit Selangor, Malaysia.
Hermono mengatakan, tim dokter menyampaikan bahwa Prof Azra belum bisa dipindahkan ke rumah sakit lain sampai kondisinya lebih stabil.
Berdasarkan keterangan pihak rumah sakit, kata dia, Azyumardi dirawat di ruang zona merah yang lazimnya digunakan untuk perawatan pasien Covid-19.
Azyumardi di Malaysia dalam rangka memenuhi undangan dari Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) untuk menghadiri Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam yang dilaksanakan di Selangor, Malaysia, pada 17 September.
Presiden ABIM Muhammad Faisal Abd Aziz saat ditemui di Rumah Sakit Serdang pada Jumat (16/9/2022) sore mengatakan, Azyumardi akan menjadi salah satu pembicara dalam konferensi tersebut.
Beberapa pembicara lainnya berasal dari Malaysia, Indonesia, dan Brunei Darussalam. Konferensi itu akan dibuka oleh Ketua Emeritus Institut Internasional Pemikiran Islam (IIIT) Anwar Ibrahim.
Wakil Presiden ABIM Muhammad Shazni yang menjemput Azyumardi di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) mengatakan, pada Jumat pukul 15.33 waktu setempat, setelah pesawat tiba, dia masih sempat berkomunikasi lewat WhatAapp.
Namun, Shazni tidak sempat bertemu karena Ketua Dewan Pers tersebut langsung dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.
Peluncuran Buku Karsa untuk Bangsa
Azyumardi Azra CBE adalah seorang sejarawan dan intelektual Muslim dunia yang besar. Karya dan pemikirannya sudah banyak menjadi kajian-kajian di ruang didik.
Sering pula menjadi perbincangan dan referensi bagi karya tulis para akademisi dan intelektual dalam berbagai rupa, di Indonesia maupun dunia.
Namun, perbincangan tulisan dalam buku ini lebih dari sekadar itu. Kita akan menemukan decak kagum dan kegelian di antara koma dan titik, tak jarang sindiran tajam atas kelakuan intelektual kita hadir dalam beberapa bagian.
Tak sedikit pula cahaya kepribadian sosok cerdik pandai tampak menyadarkan kita betapa berartinya sosok pendidik besar seperti Sir Azra.
Buku ini menjadi ruang didik sekaligus ruang bincang diri yang menarik bagi pembaca, khususnya kaum cerdik pandai di Indonesia.
Melalui buku Karsa untuk Bangsa: 66 Tahun Sir Azyumardi Azra CBE ini, kita dapat belajar banyak dari pendidik besar, man of integrity, Prof. Dr. Azyumardi Azra, M.A., CBE.
Tulisan-tulisan dalam buku ini bisa jadi cermin peradaban bagi para pembaca, sudah sejauh mana berguna dan bermanfaat bagi umat banyak.
Buku ini lahir dari percakapan Muhamad Ali dan David Krisna Alka, dalam rangka memperingati hari lahir ke-66 Professor Azyumardi Azra yang kiprah intelektual publik dan kepemimpinan transformatifnya diakui fenomenal mewarnai perjalanan umat, bangsa, dan keilmuan internasional.
Prof Azra adalah satu-satunya penerima The Commander of the Order of the British Empire (CBE), dari Ratu Elizabeth II, Kerajaan Inggris, dan the Order of the Rising Sun, Gold and Silver Star, dari Kaisar Akihito Jepang, selain menerima berbagai penghargaan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Harian Kompas, dan lainnya.
Beliau perintis transformasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri, dan sejarawan yang konsisten mengkaji perkembangan umat dan bangsa, yang bermuara pada penguatan dan penerapan moderasi agama dan demokrasi di Indonesia.
Buku ini juga bisa dibaca sebagai sejarah intelektual dan sosial umat Islam dan bangsa Indonesia pasca reformasi hingga kontemporer.
Selain testimoni dan pembukaan oleh tokoh-tokoh umat dan bangsa, buku ini terbagi menjadi beberapa bagian: kepribadian, kecendekiaan, kependidikan, kebangsaan, keislaman, dan kesejarahan.
Di bagian kepribadian, Prof. Azra dikenal sebagai pribadi yang otentik, berintegritas, bervisi revolusioner, bergerak reformis membangun lembaga dan wacara pemikiran, memiliki insting politik yang kuat, tapi bersahaja dan apa adanya.
Ia pengayom dan mentor generasi muda dari berbagai kalangan dan latarbelakang: mahasiswa, akademisi, birokrat, diplomat, politisi, jurnalis, aktifis, dan tokoh lintas agama dan negara.
Kecendekiaan diakui karena staminanya menulis, menjadi intelektual paripurna, polymath, membuka mata ke dunia baru.
Prof. Azra disebut sebagai bapak reformasi perguruan tinggi Islam di Indonesia, melakukan integrasi ilmu agama dan sains moderen, dengan imajinasi akademiknya, ia mengajarkan nilai-nilai demokrasi dan toleransi dalam kemajemukan, antara lain melalui pendidikan kewargaan dan penyegaran Pancasila.
Dalam buku ini, Professor Azra disebut juga sebagai muazin bangsa, mengajak suatu koalisi nurani, seorang pluralis dan nasionalis sejati, yang setia tapi kritik membangun, “ketika urat saraf takut putus”, yang menginginkan keadilan sosial di tengah ancaman politik identitas.
Ia adalah sosok intelektual merdeka yang melindungi minoritas, memajukan kesetaraan dan perdamaian. Prof Azra salah satu pencerah dalam kajian dan penguatan Islam dan demokrasi di Asia Tenggara, pemahaman moderasi Islam, Islam Nusantara Berkemajuan, memahamkan pembaca tentang jaringan Islam dan hubungan internasional, dan aktif memberikan solusi konflik Palestina-Israel.
Juga erbaca sejarah sosial intelektual Islam, geneologi pengetahuan Prof Azra, perannya dalam rekonstruksi sejarah Islam Nusantara, dan posisinya juga sebagai pembuat sejarah.
Dalam buku ini terbaca suatu kepemimpinan pendidikan yang visioner dan intelektualisme publik yang cerdas dan mencerahkan, yang sangat diperlukan umat dan bangsa Indonesia.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
(Tribunlampung.co.id/Tribunnews.com)