Liga Inggris

Keraguan Mantan Bek Chelsea Robert Huth pada Graham Potter

Mantan bek Chelsea Robert Huth ragu pada kapasitas Graham Potter sebagai pelatih The Blues. Ia memprediksi Chelsea akan terlempar dari empat besar.

Editor: Yoso Muliawan
TWITTER.COM/BLUE_FOOTY
Pelatih Chelsea Graham Potter - Graham Potter saat dikenalkan sebagai pelatih baru Chelsea kepada publik. Mantan bek Chelsea menyimpan keraguan pada kapasitas Graham Potter. 

Tribunlampung.co.id - Mantan bek Chelsea Robert Huth menyimpan keraguan pada kapasitas pelatih baru Chelsea Graham Potter.

Mantan bek Chelsea Roberth Huth yang gantung sepatu pada 2018 itu ragu pelatih Graham Potter mampu membawa Chelsea finish empat besar Liga Inggris musim 2022-2023.

Mengapa mantan bek Chelsea Roberth Huth ragu dengan pelatih baru Chelsea Graham Potter?

Bagi Robert Huth, pelatih Chelsea Graham Potter adalah pelatih yang paling minim pengalaman di antara pelatih tim-tim papan atas Liga Inggris.

"Chelsea seharusnya benar-benar dekat dengan empat besar. Tapi, saya berpikir manajer tim-tim lain," kata Robert Huth, dikutip BolaSport.com dari Express.co.uk.

Baca juga: Kisah Striker Chelsea Armando Broja Gabung The Blues dari Tottenham Hotspur karena 9 Gol

Baca juga: Bursa Transfer Liga Inggris, Chelsea Buka Opsi Pulangkan Tammy Abraham Meski Sudah Mahal

"Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap Graham Potter, orang-orang seperti Pep Guardiola (pelatih Manchester City), Juergen Klopp (Liverpool), Antonio Conte (Tottenham Hotspur), dan Mikel Arteta (Arsenal), saya pikir mereka lebih unggul darinya dalam hal pengalaman," sambung Robert Huth.

Graham Potter memang lebih banyak melatih tim medioker sepanjang karier kepelatihannya.

Awalnya, Graham Potter melatih Ostersund, tim Liga Swedia.

Graham Potter cukup lama membesut Ostersund, dari tahun 2011 sampai 2018.

Barulah pada musim 2018-2019, Graham Potter mencoba naik kelas dengan menjajal Liga Inggris.

Graham Potter memulai petualangannya di Liga Inggris dengan melatih Swansea City musim 2018-2019.

Hanya setahun, Graham Potter pindah mengarsiteki Brighton & Hove Albion pada 2019-2022.

Baca juga: Dua Hal yang Bikin Gelandang Muda Chelsea Ini Bakal Bela Inggris di Piala Dunia 2022

Baca juga: Cerita Bek Chelsea Marc Cucurella Awali Karier dari Pemain Futsal Biasa

Graham Potter perlahan naik daun lantaran membawa Brighton and Hove Albion finish 10 besar pada musim 2021-2022 Liga Inggris.

'Hanya' karena 'prestasi' membawa Brighton and Hove Albion finsih 10 besar Liga Inggris itulah, pemilik baru Chelsea Todd Boehly memboyongnya ke Stamford Bridge.

Skuad Cukup Dalam

Akan tetapi, dengan minimnya pengalaman Graham Potter, Robert Huth memprediksi sang pelatih akan sulit membawa Chelsea menyelesaikan musim 2022-2023 Liga Inggris dengan posisi empat besar.

"Saya khawatir Chelsea akan kehilangan posisi empat besar," ujar Robert Huth.

"Graham Potter belum pernah bersaing untuk juara, piala, dan untuk Liga Champions sebelumnya," imbuh Robert Huth.

"Lima atau enam tim teratas liga ini sangat dekat dalam hal kualitas di lapangan. Setidaknya ada empat tim lain dengan manajer yang lebih berpengalaman, yang akan menjadi keuntungan besar selama musim ini," sambungnya.

Dengan prediksi Roberth Huth bahwa Chelsea akan terlempar dari empat besar, hal itu bertolak belakang jika melihat komposisi skuad Chelsea, di mana seharusnya bisa bersaing untuk finish empat besar. 

Di posisi kiper, misalnya, masih ada andalan Edouard Mendy, dengan pelapis tak kalah hebat, Kepa Arrizabalaga.

Di barisan belakang, Chelsea memang kehilangan bek sangar Antonio Rudiger yang hijrah ke Real Madrid.

Termasuk, menjual bek yang tak kalah mumpuni, Andres Christensen, ke Barcelona.

Akan tetapi, Chelsea mendatangkan bek tak kalah gahar, yakni Kalidou Koulibaly dari Napoli.

Bek-bek macam Marc Cucurella, Wesley Fofana, dan Trevoh Chalobah, juga sedang naik daun.

Apalagi, masih ada bek sayap cukup berkelas pada diri Reece James dan Ben Chilwell.

Dua senior, Cesar Azpilicueta dan Thiago Silva, juga masih bertahan, sekaligus bisa menjadi mentor bagi junior-junior.

Di lini tengah, Chelsea memang agak kedodoran sejauh musim 2022-2023 Liga Inggris berjalan.

Gelandang bertahan Jorginho dan N'Golo Kante berkutat dengan cedera.

Praktis hanya Mateo Kovacic yang tersisa.

Namun, Chelsea masih menyimpan beberapa daun muda di barisan tengah, seperti Denis Zakaria dan Conor Gallagher.

Tiga gelandang serang juga masih menjadi andalan: Mason Mount, Kai Havertz, dan Hakim Ziyech.

Sementara di lini depan, Chelsea menggaet Raheem Sterling yang bersinar di Manchester City.

Ada juga Pierre-Emerick Aubameyang, mantan bintang Arsenal yang datang dari Barcelona.

Sementara Armando Broja bisa menjadi opsi untuk memaksimalkan sektor penyerangan.

Salah Posisi Raheem Sterling

Mantan bek Chelsea lainnya William Gallas mengeluhkan langkah pelatih Chelsea Graham Potter terkait penempatan posisi Raheem Sterling.

Pada laga perdana melatih Chelsea, yakni matchday kedua Liga Champions melawan Red Bull Salzburg yang berakhir imbang 1-1, Graham Potter memainkan Raheem Sterling di bek sayap kiri.

Saat itu, Graham Potter memainkan formasi 3-4-3, dengan tiga bek Marc Cucurella, Thiago Silva, dan Cesar Azpilicueta.

Mantan bek Chelsea William Gallas pun heran dengan langkah Graham Potter itu.

Pasalnya, Raheem Sterling yang dibeli seharga 50 juta poundsterling atau setara Rp 847 miliar dari Manchester City itu sudah terbiasa bermain di sayap kanan.

"Itu adalah masalah. Ketika saya melihat Raheem Sterling bermain sebagai bek sayap kiri, saya tidak memahaminya," ujar William Gallas dikutup dari Metro Uk.

“Sulit bagi saya memahami mengapa dia ingin bereksperimen dengan sesuatu seperti ini, terutama di pertandingan Liga Champions," jelas mantan pemain Timnas Prancis ini.

"Anda bermain di kandang dan Anda menempatkan Marc Cucurella sebagai bek tengah. Anda menyimpan Wesley Fofana, Kalidou Koulibaly, Trevoh Chalobah di bangku cadangan, dan Anda menempatkan Raheem Sterling sebagai bek sayap kiri? Saya tidak paham," cetus William Gallas.

“Pada akhirnya, mereka tidak mendapatkan hasil yang baik, mereka malah bermain imbang 1-1."

William Gallas pun menantikan langkah yang lebih baik dari Graham Potter untuk mengembalikan Chelsea ke performa terbaiknya.

“Dia terlihat sangat tenang, dan sepertinya dia suka ngobrol dengan pemain-pemainnya," kata William Gallas.

"“Dia melakukan pekerjaan di Brighton. Tapi, ini Chelsea, bukan Brighton," tegasnya.

"Dia telah naik ke level lain dengan lebih banyak harapan, lebih banyak tekanan," lanjut William Gallas. (Tribunlampung.co.id)

 

Artikel ini telah tayang di BolaSport.com dan Tribunnews.com

Sumber: Tribun Lampung
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved