Tragedi Arema di Kanjuruhan

Korban Tragedi Kanjuruhan Jadi 321 Orang, Diskes Malang Sebut Berdesakan

Update terbaru dari tragedi Arema di Kanjuruhan, Malang, korban menjadi 321 orang, rinciannya meninggal dunia 130 orang dan luka-luka 191 orang.

SURYA/PURWANTO
Sejumlah suporter Arema FC, Aremania, menggotong korban kerusuhan sepak bola usai laga lanjutan BRI Liga 1 2022/2023 antara Arema FC vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) malam. Update terbaru dari tragedi Arema di Kanjuruhan, Malang, korban menjadi 321 orang, rinciannya meninggal dunia 130 orang dan luka-luka 191 orang. 

Tribunlampung.co.id, Malang - Update terbaru dari tragedi Arema di Kanjuruhan, Malang, korban menjadi 321 orang, rinciannya meninggal dunia 130 orang dan luka-luka 191 orang.

Data terbaru dari tragedi Arema di Kanjuruhan itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Malang, Wiyanto Wijoyo.

Diketahui, seusai pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang pada Sabtu (1/10/2022), terjadi tragedi Arema di Kanjuruhan, hingga mengakibatkan banyak korban.

Jumlah korban meninggal dunia akibat kerusuhan tersebut terus bertambah.

Wiyanto Wijoyo mengungkapkan, hingga saat ini jumlah korban meninggal dunia sudah sebanyak 130 orang.

Baca juga: Pernyataan Presiden Jokowi Soal Tragedi Arema di Kanjuruhan, Kapolri Dapat Perintah Khusus

Baca juga: Satu Polisi Trenggalek Meninggal saat Bertugas dalam Tragedi Arema di Kanjuruhan

Kemudian untuk korban luka-luka bertambah, dari 180 orang menjadi 191 orang.

“Korban meninggal dunia 130 orang. Luka-luka total 191 orang. Yang jelas itu mereka berdesak-desakan, diinjak-injak,” ujarnya dikutip dari Breaking News Kompas TV, Minggu (2/9/2022).

Sebelumnya, Kapolda Jatim, Irjen Pol Nico Afinta mengungkapkan jumlah korban tewas terhitung pada pukul 05.00 WIB tadi sebanyak 127 orang.

Sementara, kata Nico, untuk korban luka-luka mencapai 180 orang.

“Dalam peristiwa tersebut 127 orang meninggal dunia."

Baca juga: Tragedi Arema di Kanjuruhan, Polisi Ungkap Alasan Tembakkan Gas Air Mata Usai Laga

Baca juga: Korban Jiwa di Kanjuruhan Malang Dikabarkan Tak Hanya Suporter, Aparat Juga

"Dua di antaranya anggota Polri. (Korban) yang meninggal di stadion ada 34 (orang) sisanya di rumah sakit saat upaya proses penolongan.”

“Selain itu, 180 orang masih dalam proses perawatan dilakukan upaya penyembuhan,” tuturnya.

Terkait tewasnya korban, Nico menduga salah satu penyebabnya karena kehabisan oksigen akibat berdesakan.

“Supporter keluar di satu titik. Kalau gak salah di pintu 10 atau pintu 12."

"Di saat proses penumpukan itu terjadi berdesakan sesak napas dan kekurangan oksigen.”

“Tim gabungan sudah melakukan upaya penolongan dan evakuasi ke rumah sakit,” tuturnya.

Di sisi lain, kerusuhan ini juga menyebabkan 13 mobil rusak.

“10 (mobil) di antaranya mobil dinas Polri. Sisanya mobil pribadi,” kata Nico.

Jokowi Perintahkan PSSI Hentikan Sementara Liga 1 BRI

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara pertandingan Liga 1 BRI seusai terjadinya kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang saat Arema FC vs Persebaya bertanding pada Sabtu (1/10/2022).

“Untuk itu saya juga memerintahkan PSSI untuk menghentikan sementara Liga 1 sampai evaluasi dan perbaikan prosedur pengamanan dilakukan,” ujar Jokowi dalam konferensi pers yang ditayangkan di YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (2/10/2022).

Selain itu, Jokowi juga memerintahkan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk melakukan investigasi terkait kerusuhan yang menewaskan 127 orang ini.

“Khusus kepada Kapolri, saya minta investigasi dan mengusut tuntas kasus ini,” tegasnya.

Baca juga: Korban Meninggal di Tragedi Arema FC vs Persebaya Surabaya Bertambah, Total 129 Orang

Jokowi juga meminta Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawangsa untuk memantau terkait pelayanan terhadap korban luka akibat kerusuhan ini.

Jokowi berharap tragedi kerusuhan ini menjadi insiden terakhir dalam sepakbola Indonesia.

“Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepakbola di Tanah Air. Jangan sampai ada lagi tragedi kemanusiaan seperti ini di masa yang akan datang," pungkasnya.

Suami istri meninggal, anak jadi yatim piatu

Tragedi Arema di Kanjuruhan menyebabkan seorang anak bernama Muhammad Alfiansyah yang masih berusia 11 tahun menjadi yatim piatu.

Kedua orangtua Muhammad Alfiansyah meninggal dunia dalam tragedi Arema di Kanjuruhan saat kericuhan usai pertandingan bola antara Arema FC vs Persebaya Surabaya berlangsung di stadion Kanjuruhan Malang.

Pasangan suami istri yang meninggal dunia dalam tragedi Arema di Kanjuruhan Malang adalah Muhammad Yulianton (40) dan Devi Ratnasari (30). 

Pasangan suami istri (pasutri) asal Kota Malang, meninggal dunia usai menjadi korban kericuhan laga Arema FC vs Persebaya yang digelar di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10/2022) malam.

Diketahui, pasutri yang menjadi korban itu bernama Muhammad Yulianton (40) dan Devi Ratnasari (30).

Pasutri tersebut merupakan warga Jalan Bareng Raya 2G RT 14 RW 8 Kelurahan Bareng Kecamatan Klojen Kota Malang.

Diketahui juga, pasutri itu menonton pertandingan tersebut bersama sang anak yang bernama Muhammad Alfiansyah yang masih berusia 11 tahun.

Salah satu saudara korban, Doni (43) menjelaskan secara detail kejadian tersebut.

"Jadi di RT 14 ini, ada sebanyak 20 orang warganya menonton langsung pertandingan di stadion. Kami menonton di Tribun 14," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com, Minggu (2/10/2022).

Setelah pertandingan itu berakhir, sekitar pukul 22.00 WIB, kondisi di dalam stadion mendadak ricuh. Pada awalnya, kericuhan terjadi di tengah lapangan.

Baca juga: Tragedi Berdarah Kanjuruhan Malang Terburuk sepanjang Sejarah Sepak Bola Indonesia

Baca juga: Tragedi Berdarah Kanjuruhan Malang Terburuk sepanjang Sejarah Sepak Bola Indonesia

Tak lama kemudian, kericuhan itu mengarah ke bagian tribun penonton.

"Saat itu, petugas keamanan menembakkan gas air mata ke arah Tribun 12. Namun karena angin, asap dari gas air mata itu mengarah ke Tribun 14. Asap itu membuat perih mata, dan para penonton yang ada di Tribun 14 langsung berhamburan turun untuk segera keluar stadion," jelasnya.

Doni pun langsung menggendong anaknya dan segera mengikuti para suporter yang lain untuk keluar stadion.

"Setelah itu, saya berhenti sebentar di bagian pintu keluar stadion. Tiba-tiba,  Muhammad Alfiansyah ini datang menghampiri saya. Saya langsung tanya, kemana kedua orang tuamu kok enggak ada. Anak itu menjawab, kalau kedua orang tuanya masih di dalam stadion," bebernya.

Tak lama setelah itu, Doni melihat keberadaan kedua korban telah ditolong oleh orang lain.

Kemudian, korban dipinggirkan keluar stadion dan dibawa ke RS Teja Husada, Kabupaten Malang.

Doni menduga, kedua korban meninggal dunia karena terinjak-injak dengan suporter lainnya yang hendak keluar dari stadion.

Sedangkan anak korban, dapat selamat setelah meminta pertolongan ke polisi.

"Kemungkinan, saudara saya jatuh dari tangga tribun lalu terinjak-injak suporter lainnya. Saat saya lihat, bagian muka jenazah sudah pucat membiru. Kalau anaknya, minta bantuan ke polisi yang sedang jaga di dalam stadion terus selamat," ungkapnya.

Dirinya menerangkan, almarhum Devi baru pertama kali menyaksikan pertandingan di Stadion Kanjuruhan. Sedangkan almarhum Yulianton, sudah sering menonton sebelumnya.

Baca juga: Raffi Ahmad Ikut Berduka Atas Tragedi Arema di Kanjuruhan, Doakan Korban dan Keluarganya

Baca juga: Tragedi Arema di Kanjuruhan, Polisi Ungkap Alasan Tembakkan Gas Air Mata Usai Laga

"Kedua jenazah sampai rumah duka sekitar Subuh. Rencananya, akan segera dimakamkan di TPU Mergan sekitar pukul 09.00 WIB ini," tandasnya.

Sementara itu, Wali Kota Malang Sutiaji bersama beberapa kepala OPD lainnya telah datang melayat ke rumah duka.

( Tribunlampung.co.id / Tribunnews.com )

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved