Berita Lampung
Pagelaran Wayang Kulit Melengkapi Malam Puncak Maulid Nabi di Lampung Tengah
Pagelaran wayang kulit di Lampung Tengah ini dibawakan oleh Ki Dalang Agus Manteb dari Gisting Bawah, Tanggamus (Akhmad Syarief Kurniawan).
Penulis: Fajar Ihwani Sidiq | Editor: Robertus Didik Budiawan Cahyono
Tribunlampung.co.id, Lampung Tengah - Pagelaran wayang kulit diselenggarakan di komplek Pondok Pesantren Dusun V Sidorahayu, Kampung Sidomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah, Sabtu (8/10/2022) pukul 20.00 WIB.
Pagelaran wayang kulit di Lampung Tengah ini dibawakan oleh Ki Dalang Agus Manteb dari Gisting Bawah, Tanggamus (Akhmad Syarief Kurniawan).
Acara pagelaran wayang kluit di Lampung Tengah tersebut dalam rangka kegiatan pengajian akbar Khaul Syaikh Muhammad Bahauddin An Naqsyabandi dan Khaul Al Maghfurlah K.H Ali Hasyim.
Dalam pentas wayang kulit tersebut, Ki Dalang Agus Manteb membawakan lakon "Semar Bangun Jiwo".
Lakon yang didalangi Ki Dalang Agus Mantep berkisah tentang sepenggal drama kekecewaan internal keluarga Amarta, yang nyaris berujung peperangan antara anak dan bapak.
Baca juga: 2 Damkar Atasi Kebakaran Hebat Tiga Ruko di Bandar Jaya Lampung Tengah
Baca juga: 3 Napi Terorisme Dipindahkan ke Lapas Gunung Sugih Lampung Tengah
Dalam cerita tersebut, Ki Dalang Agus Mantep menyampaikan pesan moral dari tokoh Semar yaitu 10 pitutur luhur, pesan tentang 10 sikap utama dalam hidup dan kehidupan.
Kiyai Abdul Kahfi sekalu jajaran panitia sekaligus perwakilan keluarga besar Pondok Pesantren Baitul Mustaqim mengucapkan terimakasih kepada masyarakat yang turut meramaikan acara pagelaran wayang kulit dalam rangkaian pengajian akbar ini.
Ia mengatakan, dalam lakon yang dibawakan oleh dalang, diharapkan masyarakat dapat memahami filosofi dan pesan moral yang disampaikan oleh dalang.
Dalam upaya melestarikan budaya Indonesia, lanjutnya, pagelaran wayang kulit juga dapat memberikan edukasi yang dibungkus dalam cerita yang dibawakan oleh dalang.
Sebelumnya, pada sabtu pagi digelar agenda istimewa yakni Dzikrul Maulid Nabi Muhammad SAW dan khaul Akbar Syaikh Maulana Muhammad Bahaudin Annaqsabandy sekaligus Haul Mursyid KH. Ngali Hasyim ke-XIII.
Hal tersebut disampaikan Sekretaris Panitia Haul Mursyid KH. Ngali Hasyim ke-XIII, Kiai Ahmad Khoirudin disela-sela acara tersebut, Sabtu (8/10/2022).
Ketua MWC NU Punggur ini menyampaikan apresiasi dan terimakasih atas antusiasme tamu yang hadir dalam pengajian akbar tersebut.
Baca juga: Pencuri Burung Murai di Lampung Tengah Tertangkap setelah Diintai Korbannya
"Sejak jumat para tamu sudah mulai berdatangan," katanya.
Tamu tersebut, lanjutnya, merupakan wali santri, dan juga para alumni Pondok Pesantren Baitul Mustaqim yang tersebar diseluruh pelosok provinsi Lampung dan provinsi lainnya.
"Tercatat ada ribuan jamaah yang hadir dalam pengajian akbar ini," katanya.
Dalam agenda Dzikrul Maulid Nabi Muhammad SAW dan Haul Akbar Syaikh Maulana Muhammad Bahaudin Annaqsabandy sekaligus Haul Mursyid KH. Ngali Hasyim ke-XIII telah dilaksanakan dari hari jumat hingga sabtu malam.
"Yang mana rangkaian acara terakhir dalam pengajian akbar ini adalah pagelaran wayang kulit," katanya.
Dalam pagelaran wayang kulit, ada pesan moral yang disampaikan dalang melalui lakon yang dibawakannya, yaitu 10 pitutur luhur dari tokoh semar, diantaranya:
Tanggap Sasmita, yang artinya latihlah hatimu, tentang suara hati agar kamu bisa menjadi ahli.
Aja Metani Alaning Liyan, jangan mencari kesalahan orang lain.
Eling Lan Waspada, Amenangi jaman edan yang dimaksudkan untuk tetap waspa memyikapi perkembangan zaman.
Alon-Alon Waton Kelakon, diharapkan jamaah untuk tetap tenang dan tidak terburu- buru dalam menjalankan aktivitas.
Nulada Laku Utama contohlah perilaku yang utama dan yang mengajarkan kebaikan.
Urip Sakmadyone, dimaknai dengan menjalani hidup itu harus selalu waspada, dalam segala tindakan.
Nadyan Silih Sidhekah, Lamun Ora Lawan Eklasing Ati, dimaknai dengan bersedekah yang harus diiringi keikhlasan dalam hati.
Laku Prihatin Untuk Mendapatkan Keberkahan Hidup, dimaknai dengan berusaha semaksimal mungkin dalam mendapatkan sesuatu.
Aja Adigang, Adigung, Adiguna, jangan merasa sombong dengan kemampuan yang dimilikinya.
Dan pesan terakhir yang disampaikan dalang dalam lakon tersebut yaitu perbuatan baik terasa sulit sebelum dijalankan, yaitu jangan enggan melakukan sesuatu jika belum diketahui hasil akhirnya.
(Tribunlampung.co.id/Fajar Ihwani Sidiq)