Berita Lampung
Kisah Wardati 17 Tahun Mengabdi sebagai Guru Honorer di Pulau Pahawang, Lampung: Terus Berjuang
Menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang dipilih Wardati sedari kecil, dimana ia memiliki tekad memajukan pendidikan anak-anak di Pulau Pahawang.
Penulis: Oky Indra Jaya | Editor: Reny Fitriani
Tribunlampung.co.id, Pesawaran - Tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional, berikut ini kisah pengabdian Wardati, seorang guru di Pulau Pahawang, Pesawaran, Lampung, Jumat (25/11/2022).
Menjadi seorang guru adalah pekerjaan yang dipilih oleh Wardati sedari kecil.
Dimana guru kelahiran Desa Pulau Pahawang, Pesawaran, Lampung ini memiliki tekad untuk memajukan pendidikan anak-anak di pulau setempat.
Wardati menceritakan awal kisah menjadi seorang guru di Desa Pulau Pahawang.
Tahun 2005 dirinya mengajar untuk pertama kalinya di sekolah dasar yang saat itu namanya masih SDN Pahawang.
Dirinya mengerti atas kekurangan baik sarana dan prasarana di sekolah tersebut, mengingat dirinya adalah seorang alumni.
Baca juga: BNNK Way Kanan Lampung Tes Urine Pegawai dan WBP Rutan Kelas II B Kotabumi
Baca juga: Kronologi Guru PNS di Lampung Utara Meninggal Tertabrak Kereta Api Penumpang
“Saat itu saya mengerti banyak kekurangan fasilitas di sini, saya ingat dulu mengajar masih menggunakan kapur,” ujarnya.
Dirinya mengungkapkan jika mengajar anak-anak Pulau Pahawang menjadi hal yang luar biasa.
Pasalnya dari menjadi seorang guru di sana ia mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman tentang arti pengabdian.
Terlebih saat dirinya ingin berbagi ilmu sama seperti dirinya saat masih bersekolah dulu.
“Saya mengajar dengan anak-anak yang setiap saat ceria itu berkah nikmatnya luar biasa sekali,” kata Wardati.
Meski begitu, tantangan pun juga silih berganti menerpa.
Dimana dalam dunia pendidikan, ada regulasi yang mengharuskan dirinya untuk menyetarakan pendidikan sebagai syarat menjadi seorang guru.
“Saat itu saya sedih sekali, keterbatasan dalam ekonomi membuat saya harus berfikir untuk melanjutkan pendidikan sebagai syarat menjadi seorang guru,” terangnya.
Namun berjalannya seiring dengan waktu, jalan terbuka luas.
Pada tahun 2011 Wardati melanjutkan pendidikan Strata satu di Universitas Terbuka.
Meski jarak tempuh ke universitas tersebut dibatasi oleh lautan, dirinya tetap semangat untuk meraih gelar sarjana pendidikan.
“Pergi pagi dan pulang sore, dengan membawa harapan untuk bisa meraih gelar sarjana pendidikan,” tuturnya.
Hingga mimpi menjadi seorang sarjana pendidikan pun akhirnya terwujud, pada tahun 2018 Wardati lulus.
Namun asa tak sampai di situ, dirinya kembali bertekad untuk menjadi seorang PNS dengan mendaftarkan diri bersama guru-guru lain.
Hingga SDN Pahawang kini berganti menjadi SDN 8 Marga Punduh dirinya masih tetap berada di tempat itu dan tetap menjadi seorang guru honorer.
Kata dia, menjadi seorang guru tentu adalah pengabdian yang membanggakan, meski harus hidup pas-pasan dan membantu keuangan di rumah bersama suami tercinta yang hanya seorang buruh.
“Saya mencintai tempat kelahiran saya, saya terus bertekad untuk memajukan tanah ini, dengan cita-cita yang terwujud bersama dengan keluarga,” terangnya.
Dirinya terus berharap dan memiliki asa dalam peringatan Hari Guru Nasional yang jatuh pada tanggal 25 November.
“Semoga guru-guru yang sedang berjuang untuk selalu semangat dan diberikan kesehatan, terus berjuang selalu, dan semoga kita bisa diangkat menjadi seorang PNS” harapnya.
“Akan ada keajaiban Allah dalam memberikan titik terang dalam perjuangan selama ini, selalu ada,” pungkas Wardati.
(Tribunlampung.co.id/Oky Indra Jaya)