Berita Lampung

Sempat Musnah, Ditemukan 21 Jenis Tumbuhan di Gunung Anak Krakatau Lampung Selatan

Temuan 21 jenis tumbuhan itu didapati Tim Seksi Konservasi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu.

Penulis: Vincensius Soma Ferrer | Editor: Daniel Tri Hardanto
Instagram @krakatau_ca_cal via BKSDA Bengkulu
Tim Seksi Konservasi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu menemukan 21 jenis tumbuhan di sekitar Gunung Anak Krakatau pascaerupsi pada 2018 silam. 

Tribunlampung.co.id, Bandar Lampung - Mulai muncul kembali kehidupan dari makhluk hidup di sekitar Gunung Anak Krakatau pascaerupsi pada 22 Desember 2018 silam.

Saat erupsi Gunung Anak Krakatau terjadi, diketahui semua bentuk kehidupan di pulau itu musnah.

Terbaru, sebanyak 21 jenis tumbuhan ditemukan di sekitar Gunung Anak Krakatau.

Temuan 21 jenis tumbuhan itu didapati Tim Seksi Konservasi Wilayah III Lampung Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu.

Kepala Satuan Pengelolaan Hutan Konservasi Krakatau Ari Rakatama menjelaskan, temuan 21 jenis tumbuhan itu didapat setelah dilakukannya sensus flora pionir.

Adapun sensus tersebut dilakukan pada 12-18 Mei 2023 lalu, atau kurang lebih lima setengah tahun setelah terjadinya erupsi Gunung Anak Krakatau.

"Saat erupsi, membuat pulau vulkanis tersebut steril dari berbagai jenis tumbuhan. Seluruh kehidupan di pulau tersebut musnah," kata Ari Rakatama saat dihubungi Tribunlampung.co.id, Rabu (21/6/2023).

"Setelah bertahun-tahun berlalu, kami menemukan setidaknya 21 jenis tumbuhan," lanjut Ari.

Ari menyebut, seluruh tumbuhan yang ditemukan berlokasi dekat dengan pesisir pantai di kawasan Gunung Anak Krakatau.

Puluhan jenis tumbuhan itu menjadi tumbuhan pionir untuk ekosistem baru di sekitaran Gunung Anak Krakatau.

"Bagaikan bayi yang terlahir kembali, kehidupan baru muncul," katanya.

Dari data BKSDA Bengkulu, jenis tumbuhan yang mulai ditemukan yakni kelapa (cocos nucifera), nyamplung (calophyllum inophyllum), keben (baringtonia asiatica).

Lalu, nyiri laut (xylocarpus granatum), ketapang (terminalia catappa), waru laut (thespesia populnea), dan nipah (nypa fruticans).

Kemudian, katang-katang (ipomea pescaprae), pandan (pandanus tectorius), cemara laut (casuarina equisetifolia), pong-pong (cerbera odollam), dan sawi pantai (scaevola taccada).

Selanjutnya, rumput tembaga (iscahemum miticum), jukut tiara (spinifek littoralis), lamtoro (leucaena leucocephala), dan kacang laut (canavalia maritime).

Ada pula mengkudu (morinda citrifolua), waru (hibiscus tiliaceus), tangkil (gnetum gnemon), harendong (melastoma affine), dan awar-awar (ficus septica).

(Tribunlampung.co.id/V Soma Ferrer)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved